Keluarga Siswa SMK Ditembak Polisi hingga Tewas Tuntut Keadilan: Nyawa Dibayar Nyawa
SRAGEN, iNews.id Keluarga Gamma Rizkynata Oktafandy (GRO), siswa SMKN 4 Semarang yang ditembak polisi hingga tewas menuntut keadilan. Mereka meminta agar kasus penembakan itu diusut tuntas dan pelaku dihukum setimpal.
Paman korban, Yuli Andika mengatakan, Gamma awalnya pamit main bersama temannya pada Sabtu (23/11/2024) malam. Namun, hingga larut malam Gamma tidak dapat dihubungi.
Setelah keluarga mencari sepanjang malam, kabar duka menyatakan Gamma meninggal dunia akibat luka tembak di pinggul, kata Yuli, Selasa (26/11/2024).
Yuli membantah dugaan keponakannya terlibat dalam tawuran. "Anaknya itu pendiam, alim, kegiatan sekolahnya bagus, bahkan ikut Paskibraka. Jadi tidak mungkin kalau dia terlibat tawuran seperti yang diberitakan," katanya.
Menurut Yuli, keluarga tidak menerima tindakan yang menghilangkan nyawa keponakannya dan menuntut keadilan. "Kalau ada tindakan tegas, itu tidak dibenarkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Kalau pun dilumpuhkan, mestinya kaki yang ditembak," ungkapnya.
Dia juga mendesak agar aparat penegak hukum mengusut tuntas kasus ini dan menghukum pelaku secara maksimal. "Kami tidak ikhlas. Jika nyawa dibayar nyawa, kami setuju," ucapnya.
Kakek almarhum Gamma, Siman mengenang cucunya sebagai anak yang penurut, pendiam, dan tekun. "Dia tidak nakal, selalu pamit kalau mau pergi. Dia anak piatu karena ibunya sudah meninggal," ungkap Siman.
Menurut Siman, Gamma dan ayahnya berencana mengunjungi Sragen pada Desember mendatang. "Kami kaget ketika mendengar kabar cucu saya meninggal," ucapnya.
Keluarga berharap polisi dapat bertindak adil dan transparan dalam menangani kasus ini, serta memberikan hukuman setimpal kepada pelaku. Mereka menginginkan keadilan bagi Gamma, yang mereka yakini tidak bersalah dalam insiden tersebut.
Jenazah korban sudah dimakamkan di TPU Bangunrejo Padas, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Minggu (24/11/2024) malam.
Almarhum Gamma sempat dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP dr Kariadi Semarang sebelum dinyatakan meninggal. Insiden tersebut diduga terjadi saat polisi membubarkan tawuran di sekitar Kelenteng Sam Poo Kong, Semarang.