Promosikan Bahasa Indonesia, KBRI Canberra Undang Siswa dan Orang Tua ke Wisma Dubes
JAKARTA - KBRI Canberra mengundang 100 orang lebih yang terdiri dari siswa, orang tua siswa, guru-guru dan kepala sekolah dalam jamuan makan di Wisma Duta Besar (Dubes) RI untuk Australia. Jamuan bertujuan untuk memberi apresiasi kepada siswa-siswa pemelajar Bahasa Indonesia dan memberikan penguatan kepada orang tua agar kelak para siswa melanjutkan belajar Bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan berikutnya.
Siswa yang diundang dalam jamuan ini adalah siswa kelas 8, dimana tahun depan mereka akan memilih akan melanjutkan belajar Bahasa Indonesia atau tidak. Rangkaian acara dimulai dengan sambutan kepala sekolah yang hadir, lalu perwakilan siswa kelas 8 menyampaikan pidato Bahasa Indonesia. Acara dilanjutkan dengan pemaparan mengenai Indonesia yang disampaikan oleh mahasiswa yang sedang magang ngajar di sekolah Australia. Untuk meramaikan acara, beberapa siswa bernyanyi membawakan beberapa lagu Indonesia, salah satunya lagu laskar pelangi.
Kemeriahanpun bertambah ketika seluruh peserta menari gemufamire bersama. Acara diakhiri dengan jamuan makanan khas Indonesia seperti nasi kuning, tempe orek, rendang, mie goreng dan bakso.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI Canberra, Mukhamad Najib, menjelaskan bahwa acara ini dirancang khusus untuk memperkuat promosi Bahasa Indonesia kepada siswa dan orang tua siswa. Menurut Najib, orang tua masih menjadi faktor kunci dalam mendorong siswa Australia belajar Bahasa Indonesia.
“Selama ini, orang tua siswa memiliki pengaruh dalam menentukan pelajaran bahasa asing apa yang harus diikuti anaknya. Orang tua yang tidak paham tentang Indonesia akan mendorong putra putrinya belajar bahasa asing lain seperti Jerman dan Prancis. Oleh karena itu, promosi Indonesia kepada orang tua siswa menjadi penting untuk menguatkan Bahasa Indonesia di Australia”, jelas Najib, Sabtu (23/11/2024).
Selain itu, tambah Atdikbud Najib, penguatan kepada guru dan kepala sekolah juga sangat penting. Menurutnya, kepala sekolah memiliki peran menentukan ada atau tidaknya pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Penutupan kelas Bahasa Indonesia di beberapa sekolah Australia umumnya bukan karena tidak ada siswa yang berminat, tapi karena kepala sekolah lebih memilih bahasa Eropa. Oleh karenanya, Najib berpendapat bahwa meyakinkan kepala sekolah mengenai pentingnya mengajarkan Bahasa Indonesia kepada siswa menjadi strategis untuk dilakukan.