5 Alasan Wahyudi Aksara Menjalani Profesi Sebagai Guru, Nomor 4 Bikin Terharu
Jakarta - Guru menjadi garda terdepan dalam membangun sumber daya manusia (SDM) unggul di Indonesia. Mereka berperan penting dalam proses pendidikan dan memiliki tanggung jawab besar, untuk mendidik dan membentuk karakter generasi penerus bangsa.
Menyadari pentingnya peran guru, setiap tahunnya selalu ada tema yang ditetapkan untuk Hari Guru Nasional di Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menetapkan tema peringatan Hari Guru Nasional pada 25 November 2024, yakni “Guru Hebat, Indonesia Kuat”.
Wahyudi, M.Pd. atau populer dengan nama Wahyudi Aksara seorang Penulis, Pelatih Guru, dan Edukreator, dan juga seorang content creator di bidang pendidikan dengan puluhan ribu followers mengatakan, tema Hari Guru Nasional 2024 bertujuan untuk memberikan dukungan dan penghargaan atas semangat belajar, berbagi, dan berkolaborasi para guru hebat Indonesia. Terutama dalam memberikan pendidikan kepada anak bangsa.
“Melalui tema ini diharapkan juga dapat meningkatkan martabat, kehormatan, dan kebanggaan terhadap profesi guru di Indonesia. Melalui tema Guru Hebat, Indonesia Kuat merupakan apresiasi untuk kinerja guru yang sudah puluhan tahun mengabdi di dunia pendidikan,” ujarnya kepada iNews Media Group, Selasa (19/11/2024).
Pria kelahiran 23 Januari 1995 yang pernah menjadi Guru Bahasa Indonesia di SMA Pelita Cemerlang Pontianak ini mengatakan, guru bukan sekedar profesi, melainkan panggilan hati, yang membentuk karakter generasi muda penerus bangsa. Atensinya dalam gelanggang pendidikan, dicurahkan sebagai seorang pengajar.
Berikut lima alasan lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tanjungpura ini terpanggil menjadi seorang guru:
1. Profesi Guru Menyenangkan
Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Generasi muda membutuhkan sosok orang yang bisa dijadikan panutan dalam hidup mereka. Selain orang tua, guru adalah orang yang terdekat dengan mereka di sekolah. Selain ilmu tinggi, murid-murid akan mencontoh perilaku baik dan bijak yang dimiliki para guru.
Bagi Wahyudi, guru secara tak langsung juga berpengaruh dalam perilaku dan hidup mereka di masa depan. “Mengajar bukan hanya sesuatu yang saya suka lakukan, tetapi saya pikir itu sangat menyenangkan. Itu salah satu alasan orang menjadi guru,” tuturnya.
2. Membentuk Karakter
Menjadi guru juga bukan sekedar memberikan pelajaran di dalam kelas, tetapi juga harus berkontribusi dalam memegang peran sentral dalam proses pembentukan karakter dan pengembangan intelektual peserta didik. Guru bukan sekadar pengajar yang bertugas mentransfer ilmu, tetapi juga sebagai figur yang bertanggung jawab atas pembentukan nilai-nilai etika, moral, dan sosial pada diri peserta didik.
“Guru sebagai pendidik harus menjadi sumber inspirasi, pemberi motivasi, pembimbing, dan teladan. Guru sebagai pendidik tidak hanya berperan dalam pencapaian akademis peserta didik, tetapi juga dalam menanamkan karakter yang baik, agar menjadi pribadi yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan mampu berempati terhadap sesama.
3. Menjadi Panutan
Kampanye Akbar Terakhir, Dharma-Kun Hanya Dikelilingi Sejumlah Warga Berdiri di Atas Terpal
Menjalani profesi sebagai guru, Wahyudi mengamalkan prinsip Ki Hajar Dewantara yakni Ing ngarsa sung tulada, yang artinya seorang guru harus bisa menjadi panutan dan memberi contoh yang baik. Menurutnya, tantangan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompleks.
Karena itulah, menjadi seorang guru tidak cukup hanya bermodal prestasi akademik, tapi harus bisa memberikan keteladanan kepada siswa. Guru dapat menjadi teladan dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, seperti jujur, adil, sopan, santun, amanah, bertanggung jawab, peduli, disiplin, giat, dan rajin.
4. Ladang Amal
Menurut Teacher Trainer di Mentari Groups ini profesi guru dapat menjadi ladang amal. Guru bertugas menyebarkan ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya. Sebagai pengganti orang tua, maka peranan guru akan dilihat dalam fase dimana seorang anak melihat gurunya dan menirunya.
“Bagi saya pekerjaan seorang guru merupakan ladang amal, karena mampu mengatur karakter dan pendidikan seorang anak. Guru memberikan kebaikan dalam proses belajar,” ujar lulusan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tanjungpura.
5. Eksplorasi Pengetahuan
Bagi Wahyudi menjadi seorang guru dituntut untuk tidak pernah berhenti belajar. Guru perlu terus mengembangkan kompetensi sesuai dengan bidang pelajaran. “Guru tetap belajar meski sudah mengajar, sehingga dapat mengeksplorasi pengetahuan baru,” katanya pria yang sejak kecil sudah bercita-cita menjadi seorang guru.
Menurutnya, sejak menjadi guru, ia semakin meng-upgrade diri dengan pengetahuan baru, seperti menjadi penulis buku, public speaker, trainer, Wahyudi berkontribusi pada ranah literasi, khususnya karya penulisan seperti sajak, puisi, cerpen dan cerita fiksi yang berhasil diterbitkan.
Bagi Wahyudi lima alasan di atas menjadi dasar baginya dalam memilih profesi guru. Guru dedikatif, inovatif, dan inspiratif ini berkomitmen untuk terus menggemilangkan generasi ibu pertiwi melalui pendidikan, gagasan, tulisan, dan edukasi digital. Selamat Hari Guru Nasional.