Kabar Baik! Ada Layanan Baru Tenda 2 Lantai di Mina saat Haji 2025
JAKARTA - Jamaah haji khusus Indonesia akan mendapatkan fasilitas layanan di Arafah dan Mina selama prosesi haji di Arab Saudi. Peningkatan fasilitas ini terkait luasan dan penunjang lainya selama jamaah haji khusus melaksanakan wukuf di Arafah.
Begitu juga dengan luasan dan fasilitas penunjang selama mabid (bermalam) di Mina untuk melaksanakan prosesi melempar jumrah di Jamarot.
"Ithraa Alkhair menawarkan tenda dua lantai di Arafah dan Mina. Untuk Mina, izin awalnya sudah ada," ujar Chairman of The Board of Directors Ithraa Alkhair, Faisal Abdul Aziz Miajan, di Park Hyatt Hotel Jakarta, dikutip, Selasa (19/11/2024).
Faisal Abdul Aziz Miajan menjelaskan, pihaknya akan memaksimalkan space yang ada. Dengan demikian dapat memberikan kenyamanan yang lebih kepada jamaah haji khusus.
Ia menambahkan, ruangan yang sebelumnya untuk kantor maktab, gudang, pekerja dan stok dapur, akan mereka ambil untuk jamaah. Meski demikian, Ithraa Alkhair menjamin hal ini tidak akan mengganggu kenyamanan jamaah haji.
"Untuk Arafah sudah sejak tahun 2024 menggunakan tenda berbentuk bangunan dua lantai. Untuk Mina izin awalnya sudah ada," katanya.
Syarikah ini juga memperbaiki fasilitas toilet yang umumnya sudah berusia 10-15 tahun. Hal ini untuk kenyamanan jamaah, memerhatikan saluran udara, air, dan durasi penggunaan toilet oleh jamaah.
Chief of Business and Investment Ithraa Alkhair, Omar Mandura, menambahkan, mereka sudah berpengalaman melayani jamaah haji dari berbagai negara.
"Mulai dari Filipina, Prancis hingga Bahrain. Untuk tenda dua lantai di Arafah sudah termanfaatkan oleh jamaah haji Afrika," katanya.
Pada kegiatan ini, sejumlah asosiasi penyelenggara ibadah haji dan umrah, seperti Asphirasi, Bershatu, Kesthuri, Asphurindo, dan Ampuh ikut hadir menyimak presentasi dari syarikah yang tergolong baru bagi Indonesia.
Menurut Ketua Umum Asphirasi, Amaludin Wahab, dalam perhajian penyelenggara ibadah haji membutuh syarikah.
Syarikah jamaah haji adalah perusahaan yang diberi izin untuk beroperasi di lapangan atas mandat dari Muassassah. Sedangkan Muassassah merupakan badan pelayanan haji di Makkah.
"Syarikah-syarikah ini kami undang untuk mempresentasikan layanan-layanan mereka ketika di Arafah dan Mina," katanya.
Terkait layanan terbaru bagi jemaah, ia mengatakan, Ithraa Alkhair menawarkan tenda berbentuk bangunan dua lantai. Selama ini tendanya hanya satu lantai, baik di Arafah maupun Mina.
"Tahun lalu mulai tergunakan untuk pelaksanaan ibadah Wukuf oleh jemaah asal Afrika, tahun depan Insya Allah oleh jemaah kita," tuturnya.
Ketua Umum Kesthuri, Azrul Azis Taba, menambahkan, di Arafah kegiatan ibadahnya hanya satu hari yakni saat Wukuf. Sedangkan di Mina hingga tiga hari menginap.
Saat di Arafah, lanjut Azrul, tak ada isu yang penting terkait pelayanan jamaah. Selain tempatnya luas, juga durasi waktunya di sana hanya satu hari.
Namun yang menjadi isu utama adalah pelayanan di Mina. Sebab di sana jamaah akan menginap tiga malam atau mabid untuk prosesi haji melempar jumrah.
"Mina menjadi perhatian kami karena di sana ada pergerakan jamaah. Mereka melempar jumrah ke Jamarot, karena itu posisi dekat dengan Jamarot menjadi favorit," ujarnya.
Menurut Azrul, Syarikah di Arab Saudi sudah banyak dan beberapa di antaranya sudah datang ke Indonesia.
"Ini (Ithraa Alkhair) yang terakhir. Tahun lalu kita dilayani 4 Syarikah, Ithraa Alkhair yang baru. Tahun lalu mereka melayani jemaah Afrika dan tahun ini menawarkan layanannya ke Indonesia," katanya lagi.
Ia menegaskan, keputusan menggunakan Syarikah yang mana tetap ada di tangan penyelenggara haji Tanah Air.
"Seharusnya sudah kami tetapkan dari bulan Oktober, tapi masih menunggu keputusan pemerintah. Kapan jemaah haji khusus ini mulai melunasi biaya haji. Jadi kami mengetahui berapa jumlah jemaah yang kami miliki dan bisa memilih Syarikah mana yang akan melayani jemaah," katanya.
Azrul menambahkan, seharusnya sekarang ini pemerintah memutuskan persoalan pelunasan dan kuota jamaah haji khusus. Namun faktanya sekarang ada perubahan setelah dibentuk Badan Penyelenggara Haji.
"Karena itu, kami dalam posisi menunggu. Di Tanah Air sendiri prosesnya masih belum jalan. Proses pelunasan dan berapa jemaah yang kami dapat belum pemerintah umumkan secara resmi," pungkasnya.