Perkembangan Ilmu Geografi dan Filsafat di Era Daulah Abbasiyah
Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pesat pada masa Daulah Abbasiyah , melalui tiga pengembangan ilmu: diskusi ilmiah, penerjemahan buku-buku dan perpustakaan .
Syamruddin Nasution dalam bukunya berjudul " Sejarah Peradaban Islam " menyebut di antara ilmu-ilmu umum yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah ilmu geografi dan filsafah .
Ilmu Geografi
Menurutnya, geografi dalam Islam muncul sebagai ilmu akibat perkembangan kota Baghdad sebagai pusat perdagangan.
Hal itu mendorong umat Islam untuk mewujudkan keamanan dalam perjalanan, sehingga muncullah ilmu geografi. Karena banyak di antara mereka yang membuat catatan tentang daerah-daerah lawatan yang akan dilaluinya.
Di masa awal dinasti Abbasiyah telah muncul ahli geografi muslim bernama Ibn Khardazabah yang menulis sebuah buku tentang geografi dengan judul al-Masalik wa al-Mamalik . Buku ini merupakan buku geografi tertua dalam bahasa Arab.
Karya-karya besar umat Islam dalam bidang ilmu-ilmu kealaman ini mambawa pengaruh cukup besar bagi peradaban Barat hingga dewasa ini. Karena banyak karya-karya mereka yang dijadikan buku standar pada Universitas-universitas Barat berabad-abad lamanya.
Pengaruh karya-karya ilmuan-ilmuan ini menerobos ke Barat melalui Andalusia, Cicilia, Perang Salib, Baghdad dan Mesir.
Filsafat
Kaum Muslimin baru mengenal filsafat setelah mereka bergaul dengan bangsa-bangsa lain, seperti Yunani, Persia, dan India. Dan setelah buku-buku filsafat mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada masa dinasti Abbasiyah.
Filosof Muslim pertama adalah Al-Kindi (194 260 H / 809 873 M). Al-Kindi sangat terpengaruh dengan filsafat Aristoteles tentang hukum kausalitas dan sebagian dari filsafat Neoplatonisme.
Dalam dunia filsafat dia dijuluki dengan filosof Arab. Karena dialah satu-satunya orang Arab yang menekuni filsafat, di samping sebagai seorang filosof, dia juga terkenal dalam bidang matematika, astronomi, geografi, dan lain-lain.
Hadiri Puncak Hari Santri 2024, Paslon Yadi-Pipin Apresiasi Kontribusi Santri dalam Membangun Bangsa
Filosof besar Muslim lainnya adalah Ibn Sina (370 428 H / 980 1087 M). meskipun dia berusia pendek, namun sempat meninggalkan karya yang penting antara lain: al-Syifa, al-Qonun fi al-Tibbi, al-Musiqa, dan al-Mantiq.
Di antara pengagumnya adalah Alberto Magnus, guru Thomas Aquino.
Al-Farabi (259 339 H / 873 950 M) dikenal dalam dunia filsafat dengan julukan al-Muallim al-Tsani (guru kedua setelah Aristoteles). Selain sebagai filosof, dia juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu musik dan dia telah memberikan pembagian ilmu pengetahuan secara sistematis.
Dengan demikian dia dipandang sebagai pelanjut tugas Aristoteles.
Al-Ghazali (450 505 H / 1055 1111 M) dikenal sebagai salah seorang filosof muslim terkemuka. Karena kedalaman ilmunya, dia dikenal sebagai Hujjatul Islam.
Dalam sejarah filsafat dia dikenal sebagai orang yang pada mulanya syak terhadap segala-galanya. Dia mencari kebenaran yang sebenarnya.
Pada mulanya dia dapat melalui panca indra, tetapi baginya kemudian ternyata bahwa panca indra itu juga dusta. Karena tidak percaya pada panca indra, dia kemudian meletakkan kepercayaannya pada akal.
Akan tetapi akal juga tidak dapat dipercayai. Dia mempelajari filsafat. Ternyata baginya argumen-argumen yang dikemukakan para filosof tidak kuat. Kemudian dia mengkritik para filosof.
Akhirnya tasawuflah yang dapat menghilangkan rasa syak yang lama mengganggu pikirannya. Dalam tasawuf, dia memperoleh keyakinan yang dicarinya.