Profil Lee Hsien Yang, Putra Pendiri Singapura Mantan Perwira Militer yang Minta Suaka ke Inggris
JAKARTA, iNews.id - Profil Lee Hsien Yang, putra bungsu pendiri Singapura Lee Kwan Yew yang juga adik dari mantan Perdana Menteri Lee Hsien Loong, menjadi sorotan banyak orang. Lee membuat heboh publik Singapura dengan posting-annya di Facebook pada Selasa (22/10/2024) bahwa dia telah mendapat suaka politik di Inggris.
Kabar yang mengejutkan, anak pendiri negara dan adik dari orang paling lama berkuasa di Singapura justru merasa tak aman di negaranya.
Pria 67 tahun itu tak akur dengan Lee Hsien Loong sejak ayah mereka meninggal pada 2015. Mereka terlibat perseturuan memperebutkan rumah peninggalan Lee.
Bahkan Lee tak bisa pulang ke Singapura untuk menghadiri pemakaman kakaknya, Lee Wei Ling, yang meninggal pada 9 Oktober lalu akibat sakit parah bertahun-tahun.
"Serangan pemerintah Singapura terhadap saya sudah diketahui publik. Mereka menuntut putra saya, mengajukan tuntutan disipliner terhadap istri saya, serta menggelar penyelidikan palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun," kata Lee, dalam posting-an.
Menurut Lee, dia mengajukan suaka politik ke Inggris sejak 2022 sebagai pilihan terakhir. Pemerintah Inggris baru menyetujui suakanya pada Agustus lalu.
Profil Lee Hsien Yang
Lee lahir di Singapura pada 24 September 1957. Dia menammatkan pendidikan menengah di negaranya, bersekolah di SMA Katolik, sebelum lulus dari Trinity College, Cambridge, Inggris, dengan gelar di bidang teknik sains.
Lee melanjutkan pendidikan dan memperoleh gelar Master of Science di bidang manajemen Universitas Stanford, Amerika Serikat.
Lee sebenarnya bukan orang sembarangan di Singapura. Pria kelahiran 24 September 1957 itu punya latar belakang militer di Angkatan Bersenjata Singapura dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal.
Dia mulanya mendaftar di Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) pada 1976 dan memegang beberapa jabatan komando dan staf seperti Komandan Brigade Infanteri Singapura Ke-2.
Setelah pensiun dari militer pada 1995, Lee menjadi CEO perusahan telekomunikasi SingTel. Kemudian pada 2007 dia menjadi Direktur dan Ketua Non-Eksekutif Fraser and Neave, jabatan yang dipegangnya hingga 2013. Di saat bersamaan Lee juga menjabat kepala Otoritas Penerbangan Sipil Singapura.
Setelah berseteru dengan kakaknya, Lee bergabung dengan partai oposisi dalam pemilu pada 2020, Progress Singapore Party.
Dalam wawancara media pada Maret 2023, Lee sempat mengisyaratkan akan maju dalam pemilihan presiden, meski jabatan kepala negara di Singapura hanya seremonial.
"Ada pandangan bahwa tergantung pada siapa yang mereka (partai berkuasa/Partai Aksi Rakyat) pilih. Jika saya mencalonkan diri, mereka akan berada dalam masalah serius dan bisa kalah. Banyak orang mendatangi saya. Mereka ingin saya mencalonkan diri. Itu adalah sesuatu yang akan saya pertimbangkan," ujarnya, saat itu.
Namun sampai akhir pedanftaran, dia tak mengambil formulir. Alasan lain, dia mungkin tidak memenuhi persyaratan karena dalam penyelidikan polisi atas dugaan memberikan bukti palsu terkait surat wasiat ayahnya, mendiang Lee Kuan Yew.
Sejak itu dia mengurangi kemunculan publik. Lee dan istrinya Lee Suet Fern, saat ini berada di Inggris.