Haji 2025, Kemenag Matangkan Skema Tanazul dan Murur untuk Atasi Kepadatan Jamaah
JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) mematangkan skema tanazul yang rencananya diterapkan secara resmi pada penyelenggaraan ibadah haji 1446 Hijriah/2025 Masehi. Hal ini sebagai bentuk antisipasi kapasitas berlebih di Mina.
Demikian diutarakan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief, saat diskusi bertajuk “IKJHI 10 Tahun Terakhir Hattrick Sangat Memuaskan dan Ekosistem Ekonomi Haji,” di Jakarta, Kamis (17/10/2024).
"Tanazul akan kita matangkan, artinya jamaah itu tidak tinggal di tenda, tetapi tinggal di hotel yang dekat dengan kawasan tenda, kawasan Mina, sehingga nanti tendanya agak berkurang (kepadatannya),"ujarnya.
Kebijakan ini kata dia, dalam rangka mengurangi kepadatan jamaah haji saat mabit di tenda Mina. Nantinya, jamaah yang tinggal di hotel dekat area jamarat, akan kembali ke hotel dan tidak menempati tenda di Mina.
Nantinya, jamaah akan bermalam pada malam hari di area terdekat jamarat atau tempat lontar jumrah hingga mencukupi waktu mabit. Selanjutnya, mereka kembali ke hotel untuk istirahat.
Dia melanjutkan, terobosan ini bisa menjadi solusi atas kepadatan tenda di Mina sekaligus memberi kenyamanan bagi jamaah dengan tetap mempertimbangkan keabsahan pada aspek manasik hajinya.
Hilman menegaskan, kepadatan di Mina tidak bisa dihindari, karena jumlah peserta haji yang terus bertambah sedangkan kapasitas tenda di Mina tidak banyak mengalami perubahan.
"Lokasinya belum banyak berubah secara infrastrukturnya. Memang tendanya lebih canggih, lebih baik, tetapi secara kawasan meskipun terdengar bahwa saat ini juga mereka (Arab Saudi) sudah melakukan pembaharuan di titik tertentu ya," ungkapnya.
Namun yang menjadi perhatian pemerintah yakni masalah konsumsi bagi jamaah yang akan melaksanakan tanazul. Saat puncak haji, jalur-jalur menuju Mina ditutup oleh otoritas Saudi, sehingga sangat sulit bagi syarikah penyedia layanan konsumsi mendistribusikan makanan.
"Itu yang semua agensi, semua syarikah tidak ada yang sanggup. Kami bisa masaknya, tapi kami tidak sanggup mengirimnya," ucap Hilman.
Oleh karena itu, Kemenag akan mematangkan skema tanazul ini agar ditemukan jalan terbaik untuk kelancaran pelayanan jamaah calon haji Indonesia.
Lebih lanjut dia mengatakan, skema Murur juga akan diperkuat. Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah.
Jamaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Kemenag Bangun 256 Gedung Layanan Haji dan Umrah
Kemenag melaporkan telah membangun 256 gedung Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) sejak era kepemimpinan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau periode 2019-2024.
Program PLHUT dimulai dengan membangun 19 unit gedung. Kemudian pada 2020 jumlah gedung yang dibangun mengalami kenaikan signifikan yakni 40 PLHUT.
"Pada 2021 jumlah gedung PLHUT yang dibangun naik menjadi 42 gedung, tahun 2022 bertambah lagi menjadi 45 unit. Untuk tahun 2023 dan 2024 Kemenag melalui Ditjen PHU membangun gedung PLHUT 100 gedung dengan rincian 55 unit per tahun," ujar Hilman.
Ia mengatakan gedung PLHUT yang sudah dibangun tersebut berada di lingkungan komplek kantor Kemenag kabupaten/kota. Keberadaan gedung ini akan mempercepat dan memudahkan pengurusan haji dan umrah.
Gedung PLHUT terdiri atas dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk ruang pelayanan jamaah. Sedangkan lantai dua untuk ruang serba guna yang dapat digunakan pula untuk bimbingan manasik haji.
Layanannya meliputi layanan informasi, pendaftaran, pembayaran melalui bank yang ditunjuk, serta layanan bimbingan manasik haji dan umrah.
"Digitalisasi akan menyentuh semua level layanan dengan prima dalam memberikan pelayanan profesional, transparan, dan akuntabel. Gedung layanan dua lantai ini juga ramah disabilitas, anak, dan ibu menyusui," pungkasnya.