Profil Esmail Qani, Komandan Brigade Al-Quds Iran yang Hilang saat Dalam Perjalanan ke Lebanon
JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Komandan Pasukan Quds Iran, Esmail Qani, hilang saat melakukan perjalanan menuju Lebanon untuk menemui pejabat Hizbullah.
Esmail Qani ke Lebanon untuk menghadiri pertemuan usai tewasnya pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah pada serangan zinois Israel tanggal 27 September 2024 lalu. Sejak saat itu, Qani tidak diketahui keberadaannya.
Salah seorang pejabat penting Iran menambahkan, saat Israel menyerang Beirut, Qaani dilaporkan sedang berada di Dahiyeh, sebuah wilayah yang berada di selatan Beirut. Namun, mereka mengatakan, sejak serangan tersebut, Iran dan Hizbullah tidak bisa menghubungi Qaani hingga saat ini.
Lantas siapakah Esmail Qani? Berikut profilnya:
Profil Esmail Qani
Dilansir dari Washington Institute, Qani lahir pada 1959. Namun, Departemen Keuangan AS mengklaim bahwa ia lahir pada 195. Beberapa sumber juga menyebutkan Qani lahir di Mashad. Sementara itu, beberapa sumber lainnya menyebutkan ia lahir di Bojnourd
Esmail Qaani yang merupakan tokoh penting bagi Iran. Pasalnya, ia ditunjuk Teheran (Ibu Kota Iran) sebagai kepala dinas intelijen militer luar negeri Korps Garda Revolusi Iran, atau Pasukan Quds.
Sebelum ia menjabat sebagai kepala dinas intelijen militer, kekuasaan itu dipegang oleh Qaseem Soleimani yang tewas pada 2020. Ia dibunuh lewat serangan pesawat tanpa awak di Baghdad dari Amerika Serikat.
Nama Esmail Qaani sebagai pemimpin Al-Quds sebetulnya tidak setenar Qassim Soleimani. Sebab, ia dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan selalu menjaga privasi. Ia juga selalu menghindar untuk bertemu banyak orang, terutama dengan media.
Dilansir Reuters, Qaani juga tidak mendapat penghormatan yang besar dari para anggota Al-Quds, seperti yang terjadi pada Soleimani. Selain itu, ia juga tidak dekat dengan sekutu Al-Quds yang ada di negara-negara Timur Tengah lainnya.
Qani diangkat menjadi wakil komandan Pasukan Quds pada tahun 1997. Di tangannya, sayap militer luar negri IRGC ini menangani operasi militer asing Iran. Pasukan Quds juga memberikan bagi front paramiliter sekutu di semua wilayah Timur Tengah.
Qaani semakin menonjol kepemimpinan usai menggantikan Qassem Soleimani pada 2020. Ia melanjutkan peran Soleimani dalam mempererat hubungan antar-sekutu Iran termasuk Hizbullah, milisi Syiah di Irak, dan Houthi di Yaman.
Sebagai pemimpin, Qaani bertugas mengkoordinir seluruh pasukan Al-Quds yang ada di Timur Tengah serta di wilayah lain yang ada di seluruh dunia. Saat mulai menjabat sebagai pemimpin Al-Quds, ia bersumpah akan menumpas seluruh pasukan AS di Timur Tengah sebagai bentuk balasan atas kematian Soleimani.
"Kami berjanji untuk melanjutkan jejak Soleimani dengan kekuatan yang sama. Satu-satunya kompensasi bagi kami adalah mengusir Amerika dari wilayah tersebut," kata radio pemerintah Iran mengutip pernyataan Qaani menjelang pemakaman Soleimani di Teheran, seperti dikutip Reuters.
Pada 2012, pemerintah AS sudah menetapkan Qaani sebagai teroris. Hal ini lantaran dirinya diduga terlibat dalam memasok senjata kepada kelompok teroris yang ada di Gambia.
Pengaruh Qaani sangat kuat. Kendati demikian, Qaani mengalami kendala dalam bahasa. Ia kurang fasih berbahasa Arab sehingga cukup berhati-hati saat membangun hubungan dengan sekutu Iran.
Ia berjanji melanjutkan misi Soleimani untuk mengusir pasukan Amerika Serikat dari Timur Tengah. "Satu-satunya kompensasi bagi kami adalah mengusir Amerika dari kawasan tersebut (Timur Tengah)," kaya Qaani seperti, dikutip Times of India.