Mahasiswa Ini Makan 720 Telur dalam Sebulan, Uji Kadar Kolesterol dalam Tubuh
SEORANG mahasiswa kedokteran dari Harvard baru-baru ini menyelesaikan eksperimen unik dengan mengonsumsi 720 telur dalam waktu 28 hari. Hal ini dia lakukan untuk menguji dampak telur terhadap kadar kolesterol dalam tubuhnya.
Seperti diketahui Telur sering dianggap memiliki reputasi buruk karena dapat meningkatkan kolesterol LDL atau yang dikenal sebagai kolesterol jahat. Walaupun beberapa pandangan tentang telur telah berubah, banyak ahli kesehatan tetap menyarankan konsumsi yang moderat. Namun, eksperimen terbaru ini mungkin akan memicu diskusi kembali tentang dampak makan telur setiap hari.
Seorang Mahasiswa Kedokteran Harvard yang juga memegang gelar PhD di bidang Kesehatan Metabolik, Nick Horowitz melakukan percobaan ekstrem dengan mengonsumsi telur setiap jam selama 28 hari berturut-turut. Hasilnya cukup mengejutkan.
Melansir dari Odditycentral pada Selasa (8/10/2024), Horowitz menjelaskan tujuan dari eksperimen ini adalah untuk menunjukkan bagaimana metabolisme dapat memengaruhi kadar kolesterol individu.
"Saya tidak menduga kadar kolesterol saya akan berubah hanya karena menambah telur, dan ternyata benar," katanya dalam wawancara dengan Fox News.
Dengan makan 60 lusin telur dalam waktu sebulan, Horowitz berusaha menguji hipotesis bahwa asupan tinggi telur tidak akan memengaruhi kadar LDL-nya secara negatif. Yang menarik, kadar LDL-nya turun sebesar dua persen dalam dua minggu pertama dan kemudian turun hingga 18 persen setelah menambah karbohidrat ke dalam pola makan setelah menjalani diet ketogenik sebelumnya.
"Telur adalah makanan serba guna, jadi memvariasikan olahannya membuat eksperimen ini menjadi lebih menarik," kata Nick
Memasak telur dengan berbagai cara seperti orak-arik, goreng, telur dadar, dan bahkan membuat sup telur. Walaupun hasil eksperimen ini tampak mengejutkan mengingat jumlah telur yang dikonsumsi sangat tinggi, Horowitz menyimpulkan bahwa tidak ada satu pola makan yang bisa dianggap terbaik untuk semua orang.
"Saat mengevaluasi pola makan, penting untuk memperhitungkan kondisi kesehatan metabolik seseorang serta tujuan mereka," ujarnya.