Brasil Darurat Judi Online, Presiden Lula: Penjudi Kehilangan Rumah dan Mobil
BRASILIA, iNews.id - Presiden Brasil Lula da Silva berjanji akan terus melarang taruhan atau judi online untuk olahraga, termasuk sepak bola. Brasil telah memperkenalkan aturan baru untuk mengekang kecanduan judi online di bidang olahraga, namun hasilnya belum efektif.
Negara Amerika Selatan itu mengalami lonjakan kasus judi sejak taruhan olahraga secara online dilegalkan pada 2018. Penelitian terbaru mengungkap, perjudian berdampak negatif pada pendapatan rumah tangga, lilitan utang permanen, bahkan membuat bangkrut keluarga.
Gila perjudian juga diyakini menyebabkan penurunan belanja konsumen, sehingga berdampak pada perekonomian.
Oleh karena itu, pemerintah Brasil memperkenalkan peraturan baru bagi platform judi online. Peraturan tersebut mengharuskan perusahaan luar negeri yang beriklan di Brasil untuk memiliki lisensi, mendirikan kantor cabang di Brasil, layanan pelanggan bagi penjudi, serta memiliki kebijakan untuk mencegah pencucian uang.
Bukan hanya itu, dalam peraturan baru, taruhan menggunakan kartu kredit akan dilarang, mulai berlaku pada akhir tahun.
Lula menegaskan tidak akan ragu untuk terus menghentikan praktik judi jika peraturan baru nanti tidak berhasil. Pasalnya, berbagai aturan yang telah dibuat belum mampu secara efektif menghentikan kegiatan ilegal tersebut.
Selain itu dia geram dengan para pelaku judi dari kalangan bawah, penerima bantuan langsung tunai. Uang bantuan untuk keluarga berpenghasilan rendah melalui program Bolsa Familia Brasil digunakan untuk taruhan.
"Semua orang tahu, orang yang membeli roti di pagi hari akan bertaruh sedikit menggunakan uang roti itu. Tapi yang tidak dapat saya biarkan adalah taruhan berubah menjadi penyakit, kecanduan, dan orang menjadi tergantung padanya, karena saya tahu ada orang yang kehilangan rumah dan mobil mereka," ujarnya.
Hasil survei Locomotiva Institute pada Agustus mengungkap, hampir seperempat dari 215 juta penduduk Brasil ikutan judi online di berbagai platform. Angka tersebut melonjak hingga 25 juta pada 2024, dengan rata-rata 3,5 juta pengguna baru setiap bulan.
Peningkatan tajam dalam judi online umumnya dikaitkan dengan situasi ekonomi.
Lebih dari 50 persen responden menganggap judi online olahraga bisa menghasilkan banyak uang. Sementara itu, data mengungkapkan 45 persen penjudi mengalami kerugian finansial dan 30 persen merusak hubungan pribadi.