Bijak Mengelola Waktu Layar Anak, Solusi untuk Orangtua di Era Digital
Gadget sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari ponsel pintar, tablet, hingga televisi, hampir setiap rumah memiliki akses ke perangkat elektronik.
Anak-anak, terutama yang berusia dini, sering kali tertarik pada layar dan teknologi. Sebagai orangtua, tantangan utama parenting adalah bagaimana mengelola penggunaan waktu layar anak secara bijak tanpa harus melarangnya sepenuhnya.
Melansir dari Wired pada Sabtu (5/10/2024), tren gerakan antiponsel pintar semakin berkembang, didorong oleh kekhawatiran orangtua akan dampak negatif layar dan media sosial terhadap kesehatan mental anak-anak. Pemerintah di berbagai negara, seperti Florida dan Inggris, mulai mengambil langkah tegas dengan melarang penggunaan media sosial dan ponsel pintar untuk anak-anak di sekolah.
Cara Bijak Mengelola Waktu Layar
1. Tetapkan Batasan Waktu
Pastikan ada aturan yang jelas tentang berapa lama anak boleh menggunakan gadget setiap harinya. Para ahli merekomendasikan anak usia 2 hingga 5 tahun tidak boleh melebihi 1 jam waktu layar per hari.
2. Pilih Konten Berkualitas
Tidak semua konten layar diciptakan sama. Pilihlah program, aplikasi, atau permainan yang bersifat mendidik dan interaktif. Pastikan juga konten tersebut sesuai dengan usia anak.
3. Jadilah Contoh yang Baik
Anak-anak meniru perilaku orangtua. Jika menghabiskan banyak waktu di depan layar, anak akan menganggap hal itu normal. Cobalah untuk menunjukkan bahwa ada aktivitas lain yang juga menarik, seperti membaca buku atau bermain di luar rumah.
4. Pantau dan Dampingi
Ketika anak sedang menggunakan gadget, pastikan untuk selalu mendampingi. Ini bukan hanya untuk mengawasi konten yang mereka tonton, tetapi juga untuk membantu mereka memahami dan belajar dari konten tersebut.
Mengelola waktu layar anak bukan berarti harus melarang sepenuhnya. Terpenting adalah memastikan bahwa penggunaan gadget tetap seimbang, tidak mengganggu aktivitas lain yang mendukung perkembangan fisik dan sosial anak.