Viral Program Cek Kesehatan Gratis, Pakar Ingatkan Kesiapan Fasilitas dan SDM

Viral Program Cek Kesehatan Gratis, Pakar Ingatkan Kesiapan Fasilitas dan SDM

Terkini | okezone | Jum'at, 27 September 2024 - 09:00
share

PROGRAM cek kesehatan gratis digadang-gadang jadi salah satu program yang akan dijalankan Presiden terpilih Prabowo Subianto mulai 2025 mendatang.

Meski dinilai merupakan langkah yang tepat sebagai deteksi dini sejumlah penyakit menular dan kronis, namun menurut Pakar Kesehatan dr Dicky Budiman, ada sejumlah aspek yang harus dipertimbangkan.

Salah satunya, yakni kesiapan fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia yang memadai. Mengingat, sasaran yang mendapatkan program cek kesehatan gratis ini yakni sebanyak 52 juta orang.

“Namun ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, pertama ya tingkat kesiapan sistem kesehatan. Apakah fasilitas kesehatan ini memberikan kapasitas yang memadai ya. Peralatan, infrastruktur, tenaga medis untuk melaksanakan pemeriksaan massal ini kan,” ujar dr. Dicky, kepada MNC Portal, Kamis 26 September 2024.

Selain itu, dr. Dicky juga mengingatkan pemerintah agar bisa menimbang apakah anggaran yang disediakan bisa cukup memadai untuk seluruh biaya operasional program cek kesehatan gratis tersebut.

“Kemudian yang kedua efesiensi pengeluaran anggaran. Anggaran sebesar Rp 5 triliun itu, harus dipastikan cukup untuk menutup seluruh biaya operasional logistik. Bahkan pada beberapa kasus ada pengadaan alat medis yang diperlukan,” katanya.

Meski begitu, dr. Dicky menilai, rencana Presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan membuat program pemeriksaan kesehatan gratis merupakan langkah yang tepat. Seperti diketahui, secara jangka panjang, program pemeriksaan kesehatan gratis ini menjadi target untuk menciptakan generasi yang lebih sehat menyusul Indonesia Emas 2045.

Terlebih, jika program pemeriksaan kesehatan gratis ini bisa tepat sasaran. Khususnya bagi kelompok-kelompok rentan, salah satunya untuk penderita Tuberkulosis yang rencananya akan menjadi kelompok prioritas pertama.

“Wacana kebijakan ini secara umum bisa dianggap tepat ya. Terutama harus menyasar kelompok rentan, atau berisiko tinggi terhadap penyakit tertentu, seperti TBC, hipertensi, diabetes, atau penyakit kronis lainnya,” tuturnya.

“Karena apa? karena Indonesia menghadapi banyak penyakit menular dan tidak menular yang tinggi. Antara lain kita diabetes tiga besar, bahkan TBC juga tiga besar, ini contoh ya bagaimana masalah yang dihadapi Indonesia,” katanya.

Topik Menarik