PPI Australia Gelar Konferensi Internasional Bahas Masa Depan Hubungan 2 Negara

PPI Australia Gelar Konferensi Internasional Bahas Masa Depan Hubungan 2 Negara

Terkini | inews | Jum'at, 16 Agustus 2024 - 14:55
share

JAKARTA, iNews.id - Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) menggelar Konferensi Internasional Pelajar Indonesia ke-9 2024 (KIPI 2024). Konferensi bertema 'Commemorating 75 years of Australia-Indonesia Diplomatic Relations towards Indonesia Golden Generation in 2045' ini diselenggarakan selama 2 hari.

Selain dilaksanakan melalui Zoom, acara ini juga digelar secara langsung di University of New South Wales (UNSW) Sydney.

KIPI 2024 mengundang pembicara dari tiga dimensi profesional. Pejabat pemerintah membawakan keahlian dalam pembuatan kebijakan dan pemikiran berbasis regulasi. Akademisi dan peneliti menyumbang pemikiran berbasis penelitian dan beasiswa. Sementara kalangan industri berbagi pengalaman dunia nyata dalam mengembangkan bisnis.

Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams dan Duta Besar RI untuk Australia Siswo Pramono mengirim video sambutan untuk secara resmi membuka KIPI 2024. Keduanya menekankan peran penting konferensi ini sebagai platform strategis untuk pertukaran ide dan pengetahuan antar-mahasiswa Indonesia.

Presiden PPIA Wildan Ali mengatakan selama 43 tahun lembaganya telah memfasilitasi hubungan kuat kedua negara.

"Dengan menciptakan platform dinamis untuk pertukaran budaya, kolaborasi akademik dan jaringan profesional, memberdayakan mahasiswa untuk menjadi advokat yang berpengaruh dan jembatan antara kedua negara, kata Wildan, dalam keterangan, Jumat (16/8/2024).

Direktur Hubungan Pasifik dan Oceania Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Adi Dzulfuat, sebagai pembicara kunci, memuji peran mahasiswa di Australia dalam mempererat hubungan kedua negara.

Mahasiswa Indonesia di Australia memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan antara kedua negara seiring tengan perjalanan studi mereka, berinteraksi dengan rekan-rekan Australia, dan mewakili warisan budaya dan nilai-nilai Indonesia, kata Adi.

Kemudian lima sesi plenary dilakukan selama konferensi sesuai dengan trek konferensi. Sesi plenary pertama bertema Ekonomi dan Bisnis dipimpin Fariz Fadhillah, Mahasiswa Magister Perdagangan University of Sydney.

Sebagai bintang tamu hadir Budy Resosudarmo dari perspektif akademisi dan Iwan Sunito dari sudut pandang pebisnis. Budy membahas tentang ekonomi Indonesia, komitmen iklim, dan kemungkinan kolaborasi dengan Australia.

Sementara Iwan Sunito berbagi pengalaman membangun perjalanannya dalam berbisnis sebagai CEO One Global Capital dan bagaimana hasrat membawanya menuju kesuksesan saat ini.

Sesi plenary kedua membahas Bahasa, Pendidikan, dan Budaya. Sesi ini dipimpin Wendi Wijarwadi, kandidat PhD bidang Pendidikan UNSW. Hadir sebagai pembicara Mukhamad Najib, Atase Pendidikan Indonesia di Canberra dan David Wijaya, dosen di University of Sydney.

Najib berbagi tentang penguatan kualitas pendidikan tinggi melalui kerja sama antara Indonesia dan Australia. Di sisi lain, David membahas tren dan tantangan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Australia.

Hari kedua dimulai dengan pidato kunci dari perspektif Australia tentang 75 tahun hubungan diplomatik Australia-Indonesia. Crispin Conroy AM, Direktur Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Kantor NSW, mewakili Menlu Penny Wong, menyampaikan pidato dari perspektif Australia diikuti oleh sesi plenary.

Pidato ini menyoroti bagaimana hubungan antara Australia dan Indonesia dapat ditelusuri jauh sebelumnya hingga ratusan tahun lalu. Saat itu pelaut Makassar berlayar ke Australia Utara untuk membangun perdagangan dan hubungan budaya dengan masyarakat adat setempat hingga saat ini sebagai mitra ekonomi, keamanan, dan transisi global menuju Net Zero.

Indonesia dan Australia terhubung oleh geografi atas pilihan. Kita (Australia dan Indonesia) tidak dapat dan tidak akan memiliki kawasan yang kita butuhkan tanpa Indonesia yang kuat dan makmur," demikian petikan pidato Penny Wong, sebagaimana disampaikan Conroy.

Tema untuk sesi plenary ketiga Arsitektur Kedokteran dan Kesehatan, dipimpin oleh Lailaturrahmi, kandidat PhD Pendidikan Farmasi, Monash University. Julie Bines dari University of Melbourne berbagi pengalamannya tentang pengembangan vaksin rotavirus neonatal sebagai hasil kolaborasi Indonesia-Australia.

Kemudian Anthony Sunjaya, peneliti di George Institute for Global Health, membahas peluang dan refleksi tentang penggunaan kesehatan digital untuk meningkatkan hasil bagi pasien dan sistem kesehatan.

Sesi plenary keempat membahas Keberlanjutan, Pertanian, Teknologi, dan Energi. Sesi ini dipimpin James Zulfan, kandidat PhD Teknik Bendungan dan Sungai UNSW. Pembicara pertama dalam sesi ini adalah Dirgayuza Setiawan, mantan Direktur Pengembangan Bisnis dan Manajemen Portofolio ID Food. Beliau menyampaikan topik tentang keamanan pangan dan keberlanjutan Indonesia menuju generasi emas 2045.

Pembicara kedua adalah Fendi Liem, CEO dan pendiri SEDAYUSolar. Fendi berbagi pengalaman dalam membangun perusahaan Rekayasa Pengadaan Konstruksi Energi Terbarukan (EPC) terkemuka di Indonesia dengan proyek Pembangkit Tenaga Surya dan Mini Hydro di seluruh Indonesia, termasuk daerah terpencil dan kurang terlayani.

Sesi plenary terakhir tentang Keamanan, Hukum, dan Hubungan Internasional yang dimoderatori oleh Wildan Ali. Sesi ini mengundang Kate OShaughnessy, Direktur Penelitian di Perth USAsia Centre yang berbagi keterlibatannya dalam hubungan diplomatik Australia-Indonesia.

Di sisi lain, Dubes RI Siswo Pramono membahas posisi Indonesia dalam pertarungan geopolitik: Kebijakan luar negeri yang independen dan aktif untuk pengembangan ekonomi.

Topik Menarik