Mamah Muda Ditemukan Tewas di Aliran Irigasi Simalungun
SIMALUNGUN - Seorang mamah muda bernama Mega Pertiwi (32) ditemukan tewas di aliran irigasi di perbatasan Huta II, Nagori Bandar Siantar dan Huta IV, Nagori Dolok Malela, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, Sabtu (10/8/2024).
Jasad Mega pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama Sumardi alias Bolo (35), warga Huta Nagori Bandar Siantar. Saat itu Sumardi sedang melintas di sekitar lokasi dan mencium bau busuk yang menyengat. Ia lalu menyusuri sumber bau dan menemukan mayat Mega Pertiwi tersangkut di aliran irigasi.
Sumardi pun segera mencari bantuan dari warga sekitar, termasuk Jupri (63), yang kemudian menyebarkan berita penemuan jasad itu kepada warga lainnya. Dalam waktu singkat, warga sekitar berbondong-bondong menuju lokasi untuk melihat langsung kejadian tersebut.
Polisi yang menerima informasi penemuan mayat itu kemudian menurunkan personel mereka dari Polsek Bangun, Resort Simalungun, ke lokasi penemuan mayat. Bersama petugas kesehatan dari Puskesmas Bandar Siantar, Polisi kemudian melakukan pemeriksaan terhadap mayat tersebut dan tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan di mayat tersebut.
"Hasil pemeriksaan medis tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh Mega Pertiwi, yang memperkuat dugaan bahwa kematiannya bukan akibat tindak pidana. Dugaan ini semakin kuat setelah polisi melakukan interogasi terhadap keluarga korban. Dari hasil interogasi, diketahui bahwa Mega Pertiwi telah menderita penyakit epilepsi selama dua tahun terakhir," kata Kapolsek Bangun, AKP Esron Siahaan, Sabtu (10/8/2024).
Menurut keterangan kedua orang tua Mega, Satiran dan Sumiati, pada hari sebelumnya, Jumat, 9 Agustus 2024, Mega masih sempat mengantarkan anaknya ke sekolah sebelum hilang. Saat terakhir kali terlihat oleh ayahnya pada pukul 14.30 WIB, Mega sedang berada di rumah mereka di Huta IV Nagori Dolok Malela.
Saat Mega tidak kembali hingga malam hari, keluarganya mulai khawatir. Namun, mereka tidak langsung melapor ke pihak berwajib karena mengira Mega pergi ke rumah bibinya di Tebing Tinggi untuk mencari pekerjaan.
Kekhawatiran tersebut berubah menjadi kesedihan mendalam ketika mereka akhirnya mengetahui bahwa mayat yang ditemukan di Tali Air Irigasi tersebut adalah Mega Pertiwi. Identitas Mega dipastikan oleh ayahnya, Satiran, yang mengenali wajah putrinya di TKP.
Menyadari riwayat penyakit epilepsi yang diderita Mega, keluarga korban menerima dengan ikhlas kenyataan bahwa kematiannya kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit tersebut, yang mungkin memicu tenggelamnya Mega di irigasi. Mereka memutuskan untuk tidak melakukan visum et repertum dan menganggap kejadian ini sebagai musibah. Jenazah Mega Pertiwi kemudian dibawa pulang ke rumah duka di Huta IV Nagori Dolok Malela untuk disemayamkan.
"Kasus ini ditutup sebagai kasus non-pidana, mengingat tidak adanya indikasi kekerasan yang terlibat. Proses evakuasi dan penanganan di lokasi kejadian berlangsung dengan lancar berkat kesigapan aparat kepolisian dan kerja sama masyarakat setempat. Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi warga untuk selalu waspada dan menjaga anggota keluarga yang memiliki kondisi kesehatan yang rentan, seperti epilepsi, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang," tukas Esron.