Sejarah Masjid Agung Demak, Masjid Tertua Peninggalan Raden Patah dan Wali Songo

Sejarah Masjid Agung Demak, Masjid Tertua Peninggalan Raden Patah dan Wali Songo

Terkini | semarang.inews.id | Selasa, 21 Mei 2024 - 08:50
share

DEMAK, iNewsSemarang.id Masjid Agung Demak di Jawa Tengah merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid yang berlokasi di Jalan Sultan Patah, Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak ini merupakan peninggalan Raden Patah dan Wali Songo.

Masjid Agung Demak tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sasaran wisata religi dan sejarah yang sering diziarahi wisatawan. Masjid ini juga jadi pusat pendidikan, politik, dan sosial masyarakat.

Masjid ini melambangkan toleransi dan keberagaman budaya yang menjadi ciri khas Indonesia. Masjid Demak telah berperan penting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia khususnya Tanah Jawa.

Zaman dulu, banyak pedagang muslim dari Arab dan Persia datang ke Nusantara untuk berdagang. Mereka turut memperkenalkan Islam hingga agama Allah ini tersebar luas di Indonesia.

Kesultanan Demak yang berdiri pada perempat akhir abad ke-15 Masehi, merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa dan jadi pusat penyebaran Islam. Masjid Demak dibangun oleh Raden Patah yang memimpin Kesultanan Demak periode 1475-1518.

Mengutip laman Dinas Pariwisata Demak, Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-15 oleh Raden Patah dan para Wali Songo. Awalnya, Raden Patah yang baru saja menjadi penguasa Demak melihat pentingnya memiliki pusat agama yang kuat sebagai landasan untuk memperluas pengaruh Islam.

Gaya arsitektur Masjid Agung Demak memadukan elemen-elemen Jawa kuno dengan gaya arsitektur Islam. Bangunan ini terbuat dari batu bata merah yang diukir dengan detail yang rumit. Atapnya berbentuk limas dan ornamen-ornamennya dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang indah.

Kombinasi harmonis antara seni Jawa dan seni Islam menciptakan keunikan dan keelokan yang memikat. Selain itu, Raden Patah dan para Wali Songo juga menyematkan gambar bulus atau hewan yang mirip dengan kura-kura di bagian dindingnya.

Bulus sengaja dipilih karena secara filosofis melambangkan tahun pembangunan masjid, yakni 1401 Saka. Adapun simbol tersebut diambil dari kepala bulus yang bermakna 1, 4 kaki bulus, 0 untuk badan bulus yang bulat, dan 1 untuk ekor bulus.

Mengutip informasi yang ada dalam jurnal Inersia (2018) bertajuk Ruang Sakral dan Profan dalam Arsitektur Masjid Agung Demak, Jawa Tengah, Masjid Agung Demak memiliki citra positif bagi masyarakat Indonesia.

Jumlah pengunjung ke Masjid Agung Demak juga terus mengalami peningkatan, setelah sebelumnya menurun akibat terjangan pandemi Covid-19.

Topik Menarik