Asal-usul Goa Sentono, Saksi Bisu Duel Sengit Prajurit Sakti Majapahit Melawan Sunan Bonang

Asal-usul Goa Sentono, Saksi Bisu Duel Sengit Prajurit Sakti Majapahit Melawan Sunan Bonang

Terkini | okezone | Sabtu, 25 November 2023 - 18:03
share

GOA Sentono di Blora , Jawa Tengah merupakan sebuah destinasi wisata alam yang memikat dengan sentuhan sejarahnya. Ia juga merupakan sebuah cagar budaya yang sayang untuk dilewatkan wisatawan manakala berkunjung ke Blora.

Terletak di lembah Bengawan Solo, tepatnya di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, keunikan dan kecantikan Goa Sentono menciptakan daya tarik yang membuat pengunjung penasaran untuk menggali lebih dalam tentang sejarahnya.

Hingga kini, cerita goa ini masih diperjuangkan oleh masyarakat sekitar, menjadikannya sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang patut dikunjungi.

Mengutip laman Pemkab Blora, di masa lampau, Dusun Sentono menjadi tempat berdirinya sebuah padepokan yang dipimpin oleh Ki Blacak Ngilo. Awalnya, padepokan ini begitu terkenal sehingga menarik perhatian banyak orang untuk datang ke Sentono guna menyantrik dan belajar dari Blacak Ngilo.

Dengan kebijaksanaan dan kearifannya, Blacak Ngilo mengajarkan berbagai ilmu kepada para pengikutnya, termasuk cara bercocok tanam, budi pekerti, spiritual dan olah kanuragan kepada masyarakat lokal.

Goa Sentono, Blora

Goa Sentono (Foto: dok. Fita Risthy)

Sentono, yang berlokasi di tepi aliran Sungai Bengawan Solo, menjadi daerah yang strategis untuk pertanian.

Tak heran jika Sentono dan sekitarnya mengalami kemajuan yang luar biasa. Bahkan, Blacak Ngilo dihormati oleh pengikutnya seolah-olah ia adalah seorang raja.

Namun, setelah waktu berlalu, sikap Ki Blacak Ngilo mengalami perubahan yang kurang baik dengan bertindak sewenang-wenang. Warga desa dipaksa untuk menyumbangkan lebih dari separuh hasil panen mereka.

Selain itu, Ki Blacak Ngilo juga memerintahkan agar setiap keluarga yang memiliki anak perempuan harus menyerahkannya sebagai selirnya.

Sunan Bonang

Sunan Bonang (Foto: Pinterest/Postergaul)

Ketegangan merayap di kalangan masyarakat, terutama setiap malam bulan purnama, mereka diwajibkan menyediakan darah manusia sebagai tumbal untuk memperkuat kesaktiannya.

Tindakan yang tidak wajar itu terdengar oleh Raden Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang .

Oleh karenanya, Sunan Bonang mengirim salah satu utusannya untuk menghadap Blacak Ngilo dengan pesan agar Blacak Ngilo menghentikan perilaku sewenang-wenang terhadap rakyatnya, meninggalkan penyembahan berhala, dan mengikuti ajaran Islam dengan tulus dan benar.

Goa Sentono, Blora

Area sekitar Goa Sentono (Foto: dok. Falkhan Barizi)

Namun, setelah mendengar peringatan tersebut, Blacak Ngilo marah dan tanpa ampun, ia memenggal leher utusan Sunan Bonang hingga putus.

Tempat pemenggalan itu kemudian diabadikan sebagai sebuah desa yang dikenal sebagai Pangulu.

Nama Pangulu berasal dari kata 'Penggal Gulu' merujuk pada penggalan leher utusan Sunan Bonang. Desa ini terletak di wilayah Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Merasa dianggap remeh, Blacak Ngilo tidak terima. Ia mengirim surat tantangan kepada Sunan Bonang untuk menghadapi pertarungan adu kekuatan.

Topik Menarik