Identik dengan Nabi Musa, Keanehan di Laut Merah Kembali Ditemukan

Identik dengan Nabi Musa, Keanehan di Laut Merah Kembali Ditemukan

Teknologi | sindonews | Selasa, 22 Oktober 2024 - 20:54
share

Laut Merah yang terletak di Jazirah Arab hingga saat ini banyak mengundang perhatian para ilmuwan. Mulai dari warnanya hingga sejarahnya dalam kehidupan Nabi Musa AS.

Yang terbaru, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kedalaman tergelap Laut Merah mungkin menyembunyikan misteri asal-usul kehidupan setelah menemukan 'kolam kematian' yang menakjubkan di dasarnya.

Sebuah tim peneliti dari Universitas Miami mencapai dasar Laut Merah, yang terletak di antara Jazirah Arab dan Afrika, dan menemukan danau asin padat yang disebut kolam kematian.

Meski namanya terdengar mengkhawatirkan, begitu pula sifat kolam kematian, yang merupakan lingkungan paling ekstrem di Bumi.

Kolam langka yang terbentuk di dasar laut bersifat hipersalin (yang berarti sangat asin) dan tidak mengandung oksigen sama sekali.

Kolam-kolam ini tidak ramah dan dapat langsung membunuh hewan apa pun yang mencapai perairannya.

Namun, kolam-kolam ini memiliki mikroba hidup, yang memberikan wawasan tentang bagaimana kehidupan dimulai di planet kita dan bagaimana makhluk hidup dapat berevolusi di dunia yang kaya air.

"Pemahaman kita saat ini adalah bahwa kehidupan bermula di Bumi di laut dalam, hampir pasti dalam kondisi anoksik tanpa oksigen," kata Sam Purkis, yang merupakan profesor geosains kelautan di Universitas Miami dan memimpin penelitian tersebut, saat berbicara kepada Live Science .

"Kolam air garam laut dalam merupakan analogi yang bagus untuk Bumi purba dan, meskipun tidak mengandung oksigen dan sangat asin, kolam tersebut dipenuhi dengan komunitas kaya yang disebut mikroba 'ekstrofil'," kata Purkis.

"Mempelajari komunitas ini memungkinkan kita untuk melihat sekilas kondisi tempat kehidupan pertama kali muncul di planet kita, dan mungkin dapat mengarahkan pencarian kehidupan di 'dunia air' lain di tata surya kita dan sekitarnya," tambahnya.

"Jika itu saja tidak cukup, kolam-kolam tersebut juga dapat menghasilkan penemuan-penemuan mikroba yang dapat mengarah pada pengembangan obat-obatan baru," kata Purkis lebih lanjut.

"Molekul dengan sifat antibakteri dan antikanker sebelumnya telah diisolasi dari mikroba laut dalam yang hidup di kolam air garam," tambahnya.

Di seluruh dunia, para ilmuwan hanya menemukan beberapa lusin kolam air garam laut dalam, yang ukurannya berkisar dari beberapa ribu kaki persegi hingga sekitar satu mil persegi (2,6 kilometer persegi), menurut Live Science.

Kolam langka ini sejauh ini hanya ditemukan di tiga perairan - Teluk Meksiko, Laut Mediterania, dan Laut Merah.

Jumlah danau semacam itu terbanyak terdapat di Laut Merah, yang diyakini berasal dari pelarutan kantong-kantong mineral yang diendapkan pada zaman Miosen.

Seperti diketahui, atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS dikisahkan membelah Laut Merah dan berhasil menyelamatkan kaumnya dari Fir'aun. Dikutip dari The Guardian, studi membuktikan mukjizat tersebut bukan hal yang sepenuhnya mustahil. Namun perlu kekuatan dan pengaturan tepat hingga keajaiban bisa terjadi, yang sepenuhnya merupakan kuasa Allah SWT.

Peneliti dari National Centre for Atmospheric Research (NCAR) and the University of Colorado at Boulder (CU) membuktikannya dengan permodelan komputer. Ilmuwan menggunakan variasi kekuatan ombak dan angin hingga bisa menyediakan tanah kering yang bisa dilewati kaum Nabi Musa AS.

"Laut yang membelah bisa dimengerti melalui pergerakan air yang dinamis. Kekuatan angin menggerakkan air sesuai dengan hukum fisika, menciptakan areal yang aman dilewati dengan air di kedua sisi. Kemudian air kembali lagi ke tempatnya semula," kata pimpinan riset Carl Drews.

Topik Menarik