Efek Mematikan Pembangkit Nuklir Fukushima Jika Jepang Diguncang Gempa Megatrush

Efek Mematikan Pembangkit Nuklir Fukushima Jika Jepang Diguncang Gempa Megatrush

Teknologi | sindonews | Selasa, 13 Agustus 2024 - 11:04
share

Jepang telah memprediksi akan terjadi gempa besar minggu ini, lalu gimana Jepang mengantisipasi pembakit Nuklir Fukushima jika gempa besar itu terjadi.

PLTN Fukushima Daiichi terletak di kota Okuma, Prefektur Fukushima. Ia berada di pesisir timur Jepang, sekitar 220 kilometer ke arah timur laut dari ibu kota Tokyo.

Seperti diketahui, sepuluh tahun yang lalu, pada hari Jumat siang di bulan Maret, gempa bumi terkuat yang pernah tercatat di Jepang menghantam pesisir timur negara itu.

Gempa bermagnitudo 9,0 itu begitu kuat, ia menggeser bumi dari porosnya. Ia memicu tsunami yang menyapu pulau utama Jepang, Honshu, menewaskan lebih dari 18.000 orang dan menghapus satu kota dari peta.

Seperti dilansir dari BBC, di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima, gelombang raksasa melampaui sistem pertahanan dan membanjiri reaktor, menyebabkan bencana besar. Otoritas setempat menetapkan zona terlarang yang semakin membesar seiring radiasi bocor dari PLTN, memaksa lebih dari 150.000 orang untuk mengungsi.

Satu dekade kemudian, zona tersebut masih ada dan banyak penduduk belum kembali. Pemerintah percaya perlu sampai 40 tahun untuk menyelesaikan perbaikan, yang telah menghabiskan biaya triliunan yen.

Sistem di PLTN mendeteksi gempa bumi dan secara otomatis mematikan reaktor nuklir. Generator darurat bertenaga diesel menyala supaya pendingin tetap dipompa di sekitar inti reaktir, yang masih sangat panas bahkan setelah reaktor berhenti.

Tetapi tak lama kemudian gelombang setinggi lebih dari 14 meter menghantam Fukushima. Air menenggelamkan tembok penghalang, membanjiri PLTN dan mematikan generator darurat.

Para pekerja segera menyalakan kembali listrik, namun dalam beberapa hari setelahnya bahan bakar nuklir di tiga reaktor menjadi terlalu panas dan melelehkan sebagian inti - peristiwa yang disebut kebocoran nuklir (nuclear meltdown).

PLTN juga mengalami sejumlah ledakan zat kimia yang merusak bangunan. Materi radioaktif mulai bocor ke atmosfer dan Samudera Pasifik, mendorong evakuasi dan terus meluasnya zona terlarang.

Dampak jangka panjang dari radiasi masih diperdebatkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan laporan pada 2013 yang mengatakan bahwa bencana tersebut tidak akan menyebabkan peningkatan kasus kanker di wilayah. Para ilmuwan baik di dalam maupun di luar Jepang percaya bahwa di luar kawasan seputar PLTN, risiko radiasi masih relatif rendah.

Tapi banyak yang percaya bahayanya jauh lebih besar, dan para penduduk tetap khawatir. Meskipun pemerintah telah mengangkat pembatasan di banyak area, sebagian besar orang belum kembali ke rumah mereka. Pada 2018, pemerintah Jepang mengumumkan bahwa seorang pekerja PLTN telah tewas setelah terpapar radiasi dan keluarganya berhak mendapat kompensasi.

Namun sejumlah orang dikonfirmasi tewas dalam evakuasi, termasuk puluhan pasien rumah sakit yang harus dipindahkan karena ketakutan akan radiasi.

Bencana Fukushima diklasifikasikan sebagai level tujuh oleh Badan Energi Atom Internasional, level tertinggi untuk peristiwa semacam itu dan hanya bencana kedua yang memenuhi klasifikasi ini setelah Chernobyl.

Topik Menarik