Inovasi Bank Pakan, Daya Tarik Kaum Milenial Beternak Dombadi Mojokerto

Inovasi Bank Pakan, Daya Tarik Kaum Milenial Beternak Dombadi Mojokerto

Teknologi | sindonews | Jum'at, 9 Agustus 2024 - 13:19
share

Menjadi peternak tidak banyak menjadi impian kaum milenial . Sebuah inovasi peternakan berupa bank pakan justru kini menjadi daya tarik karena kepraktisannya.

Pilihan menjadi peternak baru kini tengah dijajal oleh warga Beratkulon, Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Mohammad Tajuddin. Sekira 13 domba menjadi peliharaannya sejak beberapa bulan terakhir.

Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 jamaknya memilih sektor formal, seperti perkantoran atau pabrik untuk berkarya.

Beragam alasan melatarbelakangi mulai dari gengsi, harus bergulat dengan kotoran hingga masa depan kurang menjanjikan di sektor pertanian dan peternakan. Sebagian yang masih menganggur memilih menjadi bangsawan alias bangsane tangi awan.

Ihwal perubahan pola hidup serta ketertarikan pria kelahiran 1984 itu beternak domba bermula dari hobi traveling-nya. Di beberapa tempat yang disinggahi dia melihat peternakan domba dan mulai tertarik menggali informasi seputar domba.

Bak gayung bersambut, koleganya di kantor pemerintahan desa Beratkulon, H. Mulyadi mengajaknya belajar lebih jauh tentang seluk beluk peternakan domba ke sentra-sentra peternakan di daerah Kediri. Sang kepala desa itu akhirnya lebih dulu memutuskan untuk terjun menjadi peternak domba.

Salah satu pertimbangan utama memutuskan terjun ke usaha peternakan domba karena sistem bank pakan yang sangat memudahkan perawatan ternak. Kades Mulyadi yang sejak kecil berprofesi sebagai petani sudah sangat familiar dengan dunia peternakan, terutama kambing.

Lantaran itu istilah ngarit alias mencari rumput sudah melekat dalam hidupnya. Melekat lantaran capeknya luar biasa, harus berjibaku berburu rerumputan dan daun-daunan yang harus disajikan tiap hari pagi dan sore ke kambing-kambing peliharaannya.

Namun, untuk domba ternyata rumus ngarit bisa ditinggalkan. Dengan sistem bank pakan, ketersediaan pakan untuk ternak bisa ditabung untuk periode tertentu, misal satu bulan, disimpan dalam drum-drum plastik. Alhasil rutinitas harian memberi makan domba menjadi kegiatan ringan dan menyenangkan.

Pola pemeliharaan sederhana inilah yang kemudian membuat Tajuddin juga tertarik ikut beternak domba. Ia memperhitungkan waktu merawat dombanya masih bisa dibagi untuk berkantor di balai desa sebagai Kaur Pemerintahan dan guru honorer di SMK Roudlotun Nasyiin (Ronas) Desa Beratkulon.

"Pagi tinggal ke kandang tidak sampai 30 menit, sore juga sama. Kalau ada kegiatan lain bisa minta tolong orangtua atau tetangga," katanya kepada SINDOnews.

Pertimbangan lainnya tentu saja prospek bisnis ternak domba. Mulai dari masa pertumbuhan hewan hingga potensi harga jual yang tinggi, untuk menyuplai kebutuhan daging harian masyarakat, acara hajatan, akikah hingga hari raya kurban.

Alhasil, belasan ekor domba kini berseliweran di kandang panggung berukuran 3 x 4 meter miliknya. Domba-domba ini mendapat pasokan makanan dari rumput pakchong dan odot yang ditanam di lahan samping kandang domba seluas sekitar 4.000 meter persegi.

Rumput pakchong dan odot yang ditanam sudah bisa dipanen di usia 3 bulan alias 90 hari untuk periode pertama masa tanam. Selanjutnya setelah dipanen, panen berikutnya bisa dilakukan 40 hari kemudian.

Untuk panen rumput pakchong dan odot serta mengolahnya menjadi pakan silase, dia mengupah tiga tetangganya selama beberapa hari. Rumput yang sudah dicacah selanjutnya dicampur bekatul dan tetes tebu lalu dimasukkan tong selama minimal 5 hari. Setelah lima hari pakan sudah bisa diberikan ke domba. Pakan yang disimpan dalam tong bisa bertahan sampai setahun.

"Hitung-hitungannya masih masuk. Sangat murah biayanya. Hasil panen juga bisa untuk menyuplai kebutuhan pakan selama beberapa bulan sampai ketemu masa panen rumput lagi," katanya. Di sisi lain, kotoran domba juga bisa diolah menjadi pupuk alami.

Kandang domba Tajuddin menempati lahan seluas 400 meter persegi, sudah lengkap dengan tembok batako setinggi 1 meter. Di area ini selain beternak domba, dia juga membudidayakan lele di lima kolam berukuran besar. Dalam sekali musim tanam dia menebar 30 ribu bibit ikan yang dipanen secara berkala.

Kembali ke domba. Peliharaan Tajuddin sering disebut oleh para tetangganya Shaun and The Sheep. Julukan tersebut merujuk pada domba jenis Texel silangan asal Australia. Kini sudah ada 13 domba jenis Texel yang dibudidayakan. Sebagian domba-domba tersebut miliknya sendiri dan sisanya titipan dari orang lain. "Sistemnya bagi hasil kalau beranak nanti," katanya.

Bapak tiga anak itu menjelaskan, jika domba hamil dan melahirkan dua ekor maka dibagi rata antara pemilik domba dan dirinya, masing-masing kebagian seekor. Sementara jika jumlahnya ganjil, maka anakan ketiga nanti dijual dan hasilnya dibagi dua. "Atau kalau mau nyusuki (dibeli sendiri) juga bisa," terangnya.

Untuk sementara dia fokus ke budidaya dengan memperbanyak jumlah indukan. Namun ke depan juga perlahan akan menggarap sisi pembesaran juga, untuk domba jantan. "Untuk harga domba sekarang hitungan per kilogram dihargai Rp90 ribu, jadi ditimbang hidup sistemnya," ucapnya.

Dia meyakini ke depan prospek bisnisnya bakal cerah lantaran permintaan daging domba masih tinggi. Di sisi lain, jumlah pasokan masih terbatas.

Sokongan dari pihak lain, kata dia, juga sangat vital dalam beternak domba. Keberadaan kelompok tani sangat membantu dalam hal subsidi silang pakan serta solusi terhadap masalah-masalah harian terkait ternak.

Begitu pula kehadiran para penyuluh dari dinas pertanian dan peternakan yang bersikap responsif dalam memberikan edukasi serta informasi-informasi lain, termasuk akses bibit hingga obat-obatan.

Di Desa Beratkulon, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, sudah terdapat tiga peternak domba dan kambing. Yaitu milik Tajuddin, H Mulyadi dan pengasuh Pesantren Ronas Gus M. Ma'ruf Alkhasani.

Selama hampir setahun beternak domba H Mulyadi yang awalnya memiliki 25 domba betina dan 1 jantan kini sudah berhasil menghasilkan 22 anakan domba. Ikhtiar bersama para peternak domba dan kambing ini tentu sangat berkontribusi terhadap ketahanan pangan terutama pemenuhan terhadap kebutuhan daging.

Sektor pertanian, termasuk di dalamnya sub sektor peternakan tak hanya menyediakan pangan, namun juga membuka lapangan pekerjaan. Karena perannya yang strategis ini, Kementerian Pertanian terus mendorong milenial untuk meningkatkan produktifitas sektor peternakan. Salah satunya dengan penggunaan pejantan unggul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi dalam Millennial Agriculture Forum (MAF) yang diselenggarakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) mesio Maret 2024 lalu, mengatakan pemilihan bibit unggul menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan profit, di samping pakan dan pengendalian penyakit.

Meskipun menggunakan betina lokal, peternak wajib menggunakan pejantan unggul. Bisa menggunakan pejantan impor seperti dorper. Bisa juga menggunakan domba garut yang bobotnya bisa mencapai 100-120 Kg. Atau dombos yang bobotnya bisa mencapai 140 kilogram, kata Dedi dilansir dari laman Polbangtan YOMA.

Menurut Dedi, dengan penyilangan ini peternak bisa memperbaiki genetika pada populasi ternak yang dimiliki. Sehingga produktifitas ternak bisa ditingkatkan. Hal ini diperlukan agar peternak bisa mencukupi kebutuhan domba yang tinggi. Kebutuhan domba sangat tinggi, ucap Dedi.

Tak hanya dari segi pasar, Dedi menyebut Indonesia mempunyai sumber pakan yang luar biasa. Hal ini memudahkan peternak untuk menekuni peluang bisnis ini. Dari segi pasar dan pakan tersedia di Indonesia. Tinggal penyediaan konsentrat untuk penggemukan maupun breeding, ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Direktur Polbangtan YOMA, Bambang Sudarmanto mengajak ratusan mahasiswa Polbangtan YOMA dan generasi milenial untuk mengambil peluang ini. Tiru dan adaptasi pada kegiatan usaha ternak dan lakukan inovasi. Baik dalam penyilangan domba domba unggul maupun inovasi pakan. Bagaimana mendapatkan untung yang besar, dengan memanfaatkan bahan pakan yang ada di sekitar kita, ujarnya.

Topik Menarik