Jawa Adalah Koentji Siapa Menguasai Dia Menang Pemilu

Jawa Adalah Koentji Siapa Menguasai Dia Menang Pemilu

Teknologi | BuddyKu | Kamis, 15 Desember 2022 - 13:26
share

Jawa adalah kunci. Kalimat yang ngehits pada era 1960-an itu, rupanya masih relevan sampai sekarang. Masih punya peran penting dalam menentukan kemenangan Pemilu.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, Pulau Jawa yang saat ini berpenduduk lebih dari 150 juta orang, menguasai 60 persen populasi Indonesia. Sehingga, penting bagi kita, untuk mengukur peta kekuatan politik elektoralnya.

Hanta memastikan, siapa pun kandidat yang bisa menguasai Pulau Jawa,akan mendapat peluang besar memenangkan Pemilu. Baik itu Calon Presiden atau partai politik. Itu sebabnya, Jawa menjadi incaran utama para kontestan Pemilu.

Secara kuantitatif, jumlah penduduk Indonesia memang banyak. Secara geografis, tersebardari Aceh sampai Papua. Tapi secara populasi, menumpuk di Pulau Jawa. Di Pemilu 2019, sebanyak 57,4 persen pemilih ada di Pulau Jawa. Nyaris 60 persen. Di luar Jawa, angkanya cuma 42,6 persen, kata Hanta dalam rilis survei Jawa Penentu Kemenangan, Membedah Kekuatan Politik Elektoral Capres, Cawapres, dan Partai Politik di Pulau Jawa, yang disampaikan secara virtual, Kamis (15/11).

Perbandingan ini cukup timpang. Karena seorang kandidat bisa mengantongi tiket kemenangan, dengan hanya mengamankan suara di Pulau Jawa saja, tandasnya.

Tak cuma itu. Sistem one man one vote (satu orang satu suara) yang digunakan pada Pemilu, juga menjadikan Jawa sebagaiwilayah penentu kemenangan peserta Pemilu. Baik kandidat maupun partai politik. Jawa menjadi basis dan wilayah tarung utama, dalam mendulang suara sebanyak mungkin.

Hanta pun lantas membandingkan jumlah pemilih di Jawa dan luar Jawa, berdasarkan data DPTKPU tahun 2019. Jumlah pemilih di DKI Jakarta, mencakup4,1 persen dari total nasional. Banten 4,3 persen; Jawa Barat 17,4 persen; Jawa Tengah & DI Yogyakarta 16,1 persen; Jawa Timur 16,2 persen.

Sementara di luar Jawa, Sumatera meliputi20,4 persen. Bali & Nusa Tenggara 5,3 persen; Kalimantan 5,9 persen; Sulawesi 7 persen; serta Maluku dan Papua 3,3 persen.

Jadi bayangkan, saat Jawa Barat hampir setara dengan dengan seluruh Sumatera. Lalu Jawa Timur atau Jawa Tengah melampaui seluruh Kalimantan yang hanya 5,9 persen dan Sulawesi yang cuma 7 persen. Di Jawa, ada tiga provinsi yang menjadi lumbung elektoral terbesar, terang Hanta.

Sehingga, dapat disimpulkan, sosok yang bisa memenangkan pertarungan di dua wilayah, di antara tiga lumbung suara di Jawa, akanmenjadi pemenang Pilpres.

Pak Jokowi misalnya. Tahun 2014 dan 2019, Pak Jokowi menang di Jawa Tengah yang merupakan basisnya. Pak Prabowo, unggul di Jawa Barat. Di Jawa Timur, Pak Jokowi unggul cukup tebal atas Prabowo. Sekitar 1-2 juta suara. Itu cukup untuk menambal kekalahan di beberapa provinsi lainnya. Di provinsi-provini Sumatera kan, Pak Jokowi banyak kalahnya, terang Hanta.

Dukungan Kepala Daerah

Hanta menegaskan, kepala daerah memiliki posisi sangat strategis di Pulau Jawa. Kepadatan penduduk yang dimiliki pulau ini, tak ubahnya seperti berkah elektoral bagi setiap kepala daerah.

Setidaknya, ada dua konsekuensi elektoral. Pertama, dukungan kepala daerah di provinsi Jawa memiliki efek elektoral besar. Kedua, keputusan untuk maju sebagai kontestan, juga berimplikasi terhadap dukungan elektoral pemilih di daerahnya.

Itulah mengapa, kepala daerah di Jawa mampu menghadirkan magnet elektoral, dan kerap dilirikpartai politik atau king maker untuk maju sebagai Capres atauCawapres 2024, tandas Hanta. ***

Topik Menarik