Apa Itu Perang Gerilya, Strategi Pejuang yang Membuat Penjajah Kelimpungan
JAKARTA - Pembacaan naskah proklamasi memang menandakan bahwa kemerdekaan berhasil digenggam bangsa Indonesia, namun itu bukanlah akhir dari perjuangan. Seusai merdeka, Belanda beserta Sekutu masih berupaya untuk menguasai wilayah Indonesia.
Setelah kemerdekaan diperoleh, bangsa Indonesia masih harus mengerahkan jiwa dan raganya untuk mempertahankan kemerdekaan. Mengetahui pentingnya melakukan perjuangan melalui beragam upaya, tak sedikit pejuang yang melakukan perjuangan secara fisik dengan berperang.
Salah satunya adalah perjuangan rakyat di bawah kepemimpinan Jenderal Soedirman. Perang ini tidak dilakukan dengan cara biasa, lantaran Jenderal Soedirman menyiapkan taktik perang gerilya untuk membuat Belanda keluar dari Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan pusat pemerintahan Indonesia.
Gerilya merupakan salah satu taktik perlawanan yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, bersembunyi, dan juga melancarkan sabotase kepada pihak lain.
Dilansir dari laman Okezone, strategi perang ini sangat efektif untuk mengelabui, menipu, dan melakukan serangan kilat kepada pihak lawan. Sebelum melakukan perlawanan, para pejuang akan lebih dahulu mempelajari menguasai medan yang akan mereka serang. Hal ini nantinya akan memberikan keuntungan.
Ketika pihak lawan mulai lengah, mereka akan mudah untuk dilumpuhkan dengan strategi mengepung secara diam-diam.
Di Indonesia, tokoh yang mengenalkan strategi perang ini adalah Jenderal Soedirman. Saat itu ia tetap memimpin perang ini meskipun kondisi tubuhnya sedang lemah akibat penyakit yang menyerang paru-parunya.
Meski dirinya harus dibawa dengan tandu oleh pasukan, Jenderal Soedirman tetap memberikan arahan perang dan bersemangat menghadapi musuh.
Selama bergerilya, Jenderal Soedirman dan pasukannya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Berbagai medan daerah mereka lalui, seperti sungai, gunung, lembah, dan hutan. Dalam perjalanan, para pejuang juga melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda. Strategi perang gerilya yang dilakukan Jenderal Soedirman bertujuan untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda.
Taktik ini ternyata efektif untuk dilakukan dan berhasil membuat para pejuang menguasai keadaan dan medan pertempuran. Puncak perlawanan rakyat Indonesia terjadi pada 1 Maret 1949 serentak di semua wilayah Indonesia dan berhasil memukul mundur Belanda.