Mengenal Amir Sjarifuddin Tokoh Kemerdekaan RI, Pahlawan yang Pilih Jadi Pemberontak

Mengenal Amir Sjarifuddin Tokoh Kemerdekaan RI, Pahlawan yang Pilih Jadi Pemberontak

Teknologi | BuddyKu | Selasa, 16 Agustus 2022 - 13:02
share

Untuk kalangan sejarawan siapa yang tidak kenal dengan Amir Sjarifuddin, tokoh terkemuka dalam perjuangan untuk lepas dari lingkaran penjajahan dan kolonialisme.

Peran Amir cukup besar mengantarkanke gerbang kemerdekaan Republik Indonesia . Dia merupakan seorang pahlawan.

Walaupun dalam perjalanan Republik Indonesia berdiri, sosok Amir tidak pernah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional , namun namanya terukir dalam sejarah perjuangan kemerdekaan RI.

Hanya saja namanya kemudian tenggelam diantara tokoh terkemuka perjuangan tanah air hingga kemudiantercoreng karena dianggap berkhianat terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun1948, bersama Musso.

Punya nama lengkap Amir Sjarifuddin Harahap, Amir lahir 27 April 1907 dari keluarga Batak yang telah membaur dengan masyarakat Melayu-Islam di Deli.

Amir Sjarifuddin pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan, Menteri Pertahan hingga Perdana Menteri pada awal Republik Indonesia berdiri.

Setelah Peristiwa Madiun 1948, pada masa pemerintahan Hatta sebagai Perdana Menteri, PKI berupaya membentuk negara komunis di Madiun dan menyatakan perang terhadap mereka.

Amir Sjarifuddin melalui Front Demokrasi Rakyat (FDR) saat itu merasa kecewa dengan pemerintahan akibat perjanjian Renville di mana Indonesia banyak mengalami kerugian hingga menguntungkan pihak Belanda.

Untuk itu FDR secara radikal menentang perjanjian Renville, menghentikan perundingan denganBelanda sampai menuntutnasionalisasi semua perusahaan asing.

Penentangan kuat mereka terhadap kabinet Hatta jelas terlihat dari tujuan pertama program tersebut. Sementara tujuan utama kabinet Hatta adalah untuk melaksanakan perjanjian Renville, FDR adalah untuk menolaknya

Amir Sjarifuddin, sebagai salah seorang tokoh PKI, yang pada saat peristiwa Madiun meletus sedang berada di Yogyakarta dalam rangka kongres Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) turut ditangkap beserta beberapa kawannya.

19 Desember 1948, sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir Sjarifuddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata Indonesia.

Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar.

Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Solo, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu.

Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.

Amir tokoh Kongres Pemuda II

Perjuangan Amir Sjarifuddin untuk kemerdekaan Indonesia tidak pernah diragukan lagi. Ia pernah menjadi bagian dalam Kongres Pemuda II 1928 yang belakangan dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Di situ Amir punya andil cukup besar.

Menjadi bendahara acara itu, Amir menjadi salah-satu wakil Jong Sumatra dan ikut membidani kelahiran organisasi Jong Batak.

Pada 1937, Amir mendirikan Partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), yang berusaha membina segenap kekuatan-kekuatan antifasis dan prodemokrasi.

Belakangan, dia mengakui menerima uang dari pemerintah Belanda pada 1941 untuk "membiayai jaringan di bawah tanah" melawan invasi fasisme dan militerisme Jepang, tulis Ben Anderson dalam buku Revoloesi Pemuda, Pendudukan Jepang dan Pelawanan di Jawa 1944-1946 (1988).

Saat itu Amir dihubungi oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerjasama dengan dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang.

Rencana itu tidak banyak mendapat sambutan. Rekan-rekannya sesama aktivis masih belum pulih kepercayaan terhadapnya akibat polemik pada awal tahun 1940-an, serta tidak paham akan strateginya melawan Jepang.

Mereka ingin menempuh taktik lain yaitu, berkolaborasi dengan Jepang dengan harapan Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Hindia Belanda setelah kolonialis Belanda dikalahkan. Dalam hal ini garis Amir yang terbukti benar.

Pada bulan Januari 1943 ia tertangkap oleh Jepang, di tengah gelombang-gelombang penangkapan yang berpusat di Surabaya.

Amir ditangkap Kempetai Jepang dan dijatuhi hukuman mati, karena dianggap mengorganisasi gerakan gawah tanah. Hukuman itu tidak pernah dijalankan setelah ada intervensi Sukarno-Hatta.

Artikel Menarik Lainnya:

Topik Menarik