Gunung Berapi Bawah Laut di Antartika Picu 85 Ribu Gempa Bumi

Gunung Berapi Bawah Laut di Antartika Picu 85 Ribu Gempa Bumi

Teknologi | inewsid | Sabtu, 30 April 2022 - 13:02
share

JAKARTA, iNews.id - Sebuah gunung berapi bawah laut tidak aktif di dekat Antartika telah terbangun. Gunung berapi tidak aktif tersebut telah memicu kumpulan 85.000 gempa Bumi.

Kumpulan, yang dimulai pada Agustus 2020 dan mereda pada November tahun itu adalah aktivitas gembar terkuat yang pernah tercatat di wilayah tersebut. Gempa itu kemungkinan disebabkan jari magma panas yang menyembul ke dalam kerak Bumi.

"Ada intruksi serupa tempat lain di Bumi, tapi ini adalah pertama kali kami mengamatinya di sana. Biasanya, proses-proses ini terjadi dalam skala waktu geologi. Jadi di satu sisi, kita beruntung melihat ini," rekan penulis studi Simone Cesca, seorang seismolog di Pusat Penelitian Geosains Jerman GFZ Postdam.

Kumpulan itu terjadi di sekitar Orca Seamont, sebuah gunung berapi tidak aktif yang menjulang 2.950 kaki dari dasar laut di Bransfielt Strait, lorong sempit antara South Shetland Island dan ujung barat laut Antariksa.

Di wilayah itu, lempeng tektonik Phoenix menyelam di bawah lempeng Antartika, menciptakan jaringan zona patahan, meregangkan beberapa bagian keran dan menurut studi 2018 di jurnal Polar Science, membuka celah di tempat lain, sebagaima dikutip dari Slash Gears.

Para ilmuwan di stasiun penelitian di Pulau King George, salah satu Kepulauan Shetland Selatan, adalah yang pertama merasakan gemuruh gempa kecil. Berita segera kembali ke Cesca dan rekan-rekannya di seluruh dunia, beberapa di antaranya berkolaborasi dalam proyek terpisah dengan para peneliti di pulau itu.

Tim ingin memahami apa yang sedang terjadi, tetapi King George Island terpencil, kata Cesca, dengan hanya dua stasiun seismik di dekatnya. Jadi para peneliti menggunakan data dari stasiun seismik tersebut, serta data dari dua stasiun bumi untuk sistem navigasi satelit global, untuk mengukur perpindahan tanah.

Menurut penulis studi, mereka juga melihat data dari stasiun seismik yang lebih jauh dan dari satelit yang mengelilingi Bumi yang menggunakan radar untuk mengukur pergeseran di permukaan tanah.

Stasiun terdekat agak sederhana, tapi bagus untuk mendeteksi gempa terkecil. Stasiun yang lebih jauh, sementara itu, menggunakan peralatan yang lebih canggih dan dengan demikian dapat melukiskan gambaran yang lebih rinci tentang gempa yang lebih besar. Dengan menyatukan data ini, kata Cesca, tim dapat membuat gambaran geologi yang mendasari yang memicu kawanan gempa besar ini.

Dua gempa bumi terbesar dalam rangkaian tersebut adalah gempa berkekuatan 5,9 pada Oktober 2020 dan gempa berkekuatan 6,0 pada November. Setelah gempa November, aktivitas seismik berkurang. Gempa tampaknya menggerakkan tanah di Pulau King George sekitar 4,3 inci (11 sentimeter), demikian temuan studi tersebut.

Hanya 4 persen dari perpindahan itu yang dapat dijelaskan secara langsung oleh gempa bumi; para ilmuwan menduga pergerakan magma ke dalam kerak sebagian besar merupakan penyebab pergeseran dramatis dari tanah.

Topik Menarik