Idap Sindrom Fowler, Wanita 27 Tahun Ini Tidak Bisa Buang Air Kecil selama 6 Tahun

Idap Sindrom Fowler, Wanita 27 Tahun Ini Tidak Bisa Buang Air Kecil selama 6 Tahun

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 22 April 2025 - 09:00
share

Seorang wanita bernama Anna Gray mengidap kondisi langka bernama sindrom fowleryang membuatnya tidak dapat buang air kecil secara alami selama enam tahun terakhir. Di usianya yang baru 27 tahun, Anna menderita gangguan langka pada sistem kemih yang menyebabkan otot sfingter kandung kemih gagal berelaksasi dan menahan keluarnya urine.

Gejala awal muncul pada November 2018, ketika wanita asal Salisbury, Wiltshire, Inggris itu dirawat di rumah sakit akibat infeksi ginjal setelah beberapa hari tidak bisa buang air kecil. Meski sempat dipasang kateter, kondisinya tidak kunjung membaik.

Beberapa minggu kemudian, dokter harus mengeluarkan hampir dua liter urine dari kandung kemihnya. Sayangnya, keluhannya sempat diabaikan dan dianggap remeh oleh beberapa tenaga medis yang menyuruhnya terus mencoba buang air kecil di rumah.

Kondisinya memburuk hingga akhirnya pada Desember 2018, Anna kembali ke rumah sakit. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa otaknya tidak lagi berkomunikasi dengan kandung kemihnya. Pada Februari 2019, ia akhirnya mendapat diagnosis resmi sindrom fowler.

Foto/New York Post

Dilansir dari New York Post, Selasa (22/4/2025), sejak saat itu, ia tidak lagi mampu buang air kecil secara alami dan harus bergantung pada kateter permanen.

Awalnya, Anna diajari melakukan kateterisasi mandiri sebanyak lima kali sehari. Namun, karena sering mengalami infeksi, ia akhirnya dipasangi kateter suprapubik pada tahun 2020. Alat ini adalah selang yang ditanamkan langsung ke kandung kemih melalui perut dan terhubung ke kantong penampung urine, yang harus dikosongkan beberapa kali dalam sehari.

Kondisi tersebut memberikan dampak besar dalam kehidupan sosial dan mental Anna. Ia mengaku sempat menjalani perawatan untuk masalah kesehatan mental setelah didiagnosis, serta merasa kehilangan rasa percaya diri. Namun seiring waktu, ia belajar menerima kenyataan dan kini mulai terbuka dalam membagikan kisahnya.

"Saya sempat merasa seolah menjadi satu-satunya orang di dunia dengan kondisi ini. Tapi menemukan komunitas online sesama penderita sungguh sangat membantu dan membuat saya merasa tidak sendiri," kata Anna.

Pada Januari 2024, Anna kembali dilarikan ke rumah sakit karena mengalami infeksi sepsis di area tempat kateter ditanamkan. Ia sempat dirawat di unit perawatan intensif selama tiga minggu sebelum akhirnya dipulangkan.

"Saat itu saya benar-benar merasa saya akan meninggal," katanya mengenang masa-masa kritis tersebut.

Anna sempat mengikuti uji klinis pada tahun 2020 untuk alat pacu saraf sakral, perangkat yang diharapkan mampu membantu otak mengirim sinyal ke kandung kemih. Namun, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa fungsi kandung kemihnya terlalu rendah untuk melanjutkan prosedur tersebut.

Meskipun kondisi fisiknya membatasi banyak hal dalam hidupnya, Anna kini lebih aktif menyuarakan pentingnya edukasi tentang kondisi langka ini. Ia berharap pengalamannya bisa membuka mata banyak orang tentang sindrom fowler, yang umumnya hanya menyerang perempuan dan masih dianggap tabu untuk dibicarakan, terutama soal gangguan buang air kecil.

"Semoga dengan saya berbicara, ada orang lain di luar sana yang merasa tidak sendirian. Saya ingin membantu orang lain untuk memahami bahwa kondisi ini nyata dan sangat memengaruhi kehidupan seseorang,” tuturnya.

Kini, Anna masih dalam pengawasan tim manajemen nyeri dan menjalani perawatan lanjutan untuk menjaga kualitas hidupnya.

Meski perjalanan kesehatannya penuh tantangan, ia bertekad untuk terus menyuarakan pengalaman pribadi dan memperjuangkan peningkatan kesadaran terhadap kondisi langka yang selama ini kurang diperhatikan.

Topik Menarik