Puncak Peringatan Hari Kartini, Kongres Perempuan Dunia Bakal Digelar di Rembang

Puncak Peringatan Hari Kartini, Kongres Perempuan Dunia Bakal Digelar di Rembang

Nasional | sindonews | Senin, 21 April 2025 - 18:23
share

Pemkab Rembang bersama Yayasan Kartini Heritage Center yang beranggotakan keturunan langsung RA Kartini bakal membuat Kongres Perempuan Dunia untuk memperingati Hari Kartini. Kongres ini dikonsep sebagai tempat para perempuan berdiskusi, menyalurkan ide dan gagasan sebagaimana perjuangan pahlawan nasional RA Kartini.

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Rembang Mochamad Hanies Cholil Barro alias Gus Hanies saat kegiatan Puncak Peringatan Hari Kartini ke-146 di Kompleks Museum Kartini, Kabupaten Rembang, Jateng, Senin (21/4/2025).

Puncak Peringatan Hari Kartini ke-146 tersebut difasilitasi Bank Indonesia Perwakilan Jateng bekerjasama dengan Pemprov Jateng dan menggandeng pihak swasta.

“Tadi ngomong-ngomong sama mas Joddi (canggah RA Kartini) Jadi memperingati (Hari Kartini) tidak hanya dengan mengenangnya, tidak hanya sebatas seremoni perayaan, namun dengan menggelar Kongres Perempuan Dunia, diikuti perempuan-perempuan, bertukar ide dan gagasan, memperjuangkan keadilan,” kata Gus Hanies.

Canggah RA Kartini, Joddi Mulyasetya Putra (31) saat ditemui di Kompleks Museum RA Kartini di Kabupaten Rembang, Senin (21/4/2025). Foto/Eka Setiawan

Dia menyebut, catatan sejarah di Indonesia sudah 3 kali digelar Kongres Perempuan, yakni pada 1928 digelar di Yogyakarta, 1930 di Solo, dan 1938 di Bandung.

“Rencananya (Kongres Perempuan Dunia) akan kita gelar di sini (Kompleks Museum RA Kartini) tempat peristirahatan terakhir RA Kartini,” paparnya.

Canggah RA Kartini, Joddi Mulyasetya Putra (31) menjelaskan para keluarga keturunan langsung RA Kartini yang tergabung di Kartini Heritage Center memang ingin berkolaborasi agar bisa berkontribusi mengimplementasikan nilai-nilai Kartini.

“Adanya (ide) kongres tersebut, setiap warisan eyang Kartini bisa dirincikan dalam sebuah aksi-aksi dan tindakan nyata. Karena gini, yang sulit memang warisan eyang Kartini itu adalah banyak orang yang belum bisa memaknai dengan aksi nyata,” kata Joddi di lokasi.

Dia mengatakan warisan RA Kartini itu lebih kepada pemikiran, konsep, ide dan gagasan untuk memajukan peradaban. Bagaimana perempuan ambil peran berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa.

“Warisan Eyang Kartini bukan warisan yang disimpan atau kemudian hilang karena udara, warisan Kartini itu api semangat yang harus dipertahankan untuk umat Indonesia dan global,” sambungnya.

Pada kegiatan di Kompleks Museum RA Kartini itu, diramaikan dengan sejumlah perlombaan yang sarat makna pelestarian budaya. Di antaranya; lomba Ngadi Sariro alias rias ala keraton hingga lomba hantaran. Diramaikan pula dengan fashion show berbaju adat.

Joddi berharap agar di peringatan-peringatan selanjutnya bisa dikolaborasikan dengan kegiatan diskusi yang cakupannya lebih besar. Seperti ide membuat Kongres Perempuan Dunia.

“Harapannya hari ini bisa jadi sebuah pemantik agar di tahun depan lebih besar lagi, sosial impact-nya lebih besar lagi, agar bisa jadi panduan-panduan lebih rinci bagaimana mengamalkan nilai-nilai eyang Kartini dalam bentuk nyata,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra mengemukakan struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Rembang lebih banyak dikontribusi sektor tersier, seperti; perdagangan, hotel, restoran serta pariwisata yang didukung UMKM.

“Jadi BI sangat mendukung perempuan dalam perkembangan perekonomian, kaaraena UMKM kebanyakan wanita, ibu-ibu, sekitar 63 persen data nasional, dominasinya Jawa dan Jateng pada khususnya. Wajar kami akan fokus kelompok-kelompok itu,” kata Rahmat.

Pihaknya, sebut Rahmat, menyambut baik ide membuat Kongres Perempuan Dunia pada peringatan Hari Kartini ke depan. Pihaknya akan berkolaborasi maksimal mewujudkan itu.

“Tentunya kami sangat mendukung, karena memang UMKM jadi salah satu soko guru perekonomian nasional juga, yang di dalamnya sebagaian besar pengusaha UMKM adalah perempuan. Seperti semangat ibu Kartini, perempuan jadi soko guru suatu bangsa,” tandasnya.

Sementara itu, saat ini BI Jateng berkolaborasi dengan berbagai pihak akan mengembangkan produksi Batik Lasem, dengan batik cap atau kombinasi batik cap dan tulis. Batik Lasem, sebut Rahmat, masih terkenal premiumnya sehingga hanya bisa dibeli masyarakat di kelompok terbatas, pada konteks karena harga jualnya yang tinggi.

“Nantinya warna-warna pakai bahan alami. Kami akan kembangkan Batik Lasem yang lebih mudah terakses masyarakat, jadi harganya terjangkaulah oleh masyarakat luas,” tandas Rahmat.

Topik Menarik