Apakah Israel Akan Menyerang Yordania?
Rezim Zionis telah baru-baru ini menyatakan bahwa Israel sedang terlibat perang empat front, yakni melawan Hamas di Jalur Gaza, melawan Hizbullah di Lebanon, melawan kelompok-kelompok perlawanan Palestina di Tepi Barat, dan melawan militer rezim Bashar al-Assad yang didukung Iran di Suriah.
Itu disampaikan Panglima Militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi dalam sebuah pertemuan dengan para rekrutan dari Brigade Golani awal bulan ini.
Halevi menambahkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengerahkan tentara Angkatan Darat darat ke Suriah, seraya mencatat bahwa Angkatan Udara dan dinas intelijen telah bergabung dalam operasi tersebut.
Setelah empat front tersebut, apakah Israel akan memperluas lagi perangnya, termasuk menyerang Yordania?
Sejauh ini belum ada rencana resmi Zionis Israel akan menyerang Yordania—musuh lama yang kemudian menjalin hubungan diplomatik.
Namun, seorang pengusaha Israel yang dikenal sebagai sekutu Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Roni Mizrachi, telah membuat ancaman terselubung terhadap Yordania.
Ancaman pernah disampaikan ketika Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengusulkan perjanjian damai untuk mengakhiri perang dan menjamin "keamanan" Israel.
Mizrachi mengatakan kepada stasiun televisi Channel 14: "Apa yang kita lihat hari ini di Lebanon akan terjadi di Yordania berikutnya."
Dia mengeklaim bahwa Teheran dapat memperoleh pengaruh di Kerajaan Yordania seperti yang dimilikinya terhadap kelompok-kelompok Lebanon seperti Hizbullah.
Israel telah melakukan serangan udara besar-besaran terhadap Lebanon selama sejak Oktober lalu dan konflik mereda dengan kesepakatan gencatan senjata.
Invasi Israel ke Lebanonn telah menewaskan ribuan orang dan sekitar 1 juta orang mengungsi.
Para menteri luar negeri Arab, seperti Ayman Safadi dari Yordania, telah mengutuk serangan tersebut.
"Saya ingin memberi tahu Anda... mengapa kita semua picik. Karena kita melihat Lebanon hari ini, dalam 15 tahun ke depan Yordania akan menjadi negara berikutnya yang akan menjadi tempat orang-orang Iran memiliki kepentingan," kata Mizrachi.
"Oleh karena itu, Lebanon harus ditangani dengan keras dan kepala ularnya harus dipukul. Iran harus dipukul dengan bom elektromagnetik—bom taktis termasuk bom atom—bukan untuk melukai orang tetapi untuk menyerang fasilitas mereka. Ini mungkin dan kami memiliki kemampuan," paparnya.
Yordania dan Israel menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994, dan meskipun hubungan diplomatik mereka terus berlanjut, hubungan menjadi lebih tegang setelah perang Israel yang membabi buta di Gaza dan tindakan Zionis di Lebanon.
Sebagian besar warga negara Yordania berasal dari Palestina dan telah terjadi protes rutin terhadap perang Gaza di luar Kedutaan Besar Israel di Amman.
Pada 8 September, seorang pengemudi truk Yordania menembaki penjaga keamanan Israel di perbatasan Raja Hussein antara Yordania dan Tepi Barat, menewaskan tiga dari mereka.
Sejak itu, Israel telah menewaskan ratusan warga sipil lainnya di Gaza, melanjutkan serangannya di Tepi Barat, dan mengancam akan melakukan invasi darat ke Lebanon selatan—yang benar-benar dilakukan sebelumnya.
Segera setelah Mizrachi memberikan komentarnya mengenai Yordania, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa negara-negara Arab dan Muslim akan menjamin keamanan Israel jika setuju untuk mendirikan Negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza, berdasarkan perbatasan tahun 1967.
“Perdana menteri Israel datang ke sini hari ini dan mengatakan bahwa Israel dikelilingi oleh mereka yang ingin menghancurkannya...kami di sini—anggota komite Muslim-Arab, yang diamanatkan oleh 57 negara Arab dan Muslim—dan saya dapat memberi tahu Anda dengan sangat tegas, kami semua bersedia menjamin keamanan Israel dalam konteks Israel mengakhiri pendudukan dan mengizinkan munculnya Negara Palestina,” kata Safadi.
Dia menuduh Netanyahu sengaja menciptakan "bahaya" bagi Israel karena menentang solusi dua negara.
"Bisakah Anda bertanya kepada pejabat Israel apa tujuan akhir mereka—selain hanya perang dan perang dan perang?" tanyanya.
Kilas Balik Konflik Israel-Yordania
1. Perang Enam Hari 1967
Pada tahun 1967, selama Perang Enam Hari, Israel berperang dengan negara-negara Arab, termasuk Mesir, Yordania, dan Suriah.Sebelum perang dimulai, Israel menganggap Yordania sebagai ancaman potensial karena hubungan Yordania dengan negara-negara Arab lainnya yang anti-Israel. Namun, pada saat yang sama, Israel memiliki kebijakan untuk tidak terlibat langsung dengan Yordania kecuali jika Yordania ikut menyerang.
Selama perang, setelah Yordania menyerang, Israel akhirnya melakukan serangan balasan yang sangat cepat. Israel menguasai seluruh Yerusalem dan wilayah Tepi Barat yang sebelumnya dikuasai oleh Yordania.
2. Perjanjian Perdamaian Israel dengan Yordania 1994
Pada akhirnya, Yordania dan Israel menandatangani Perjanjian Perdamaian pada tahun 1994, yang mengakhiri secara resmi permusuhan antara kedua negara tersebut. Perjanjian ini mengatur berbagai aspek hubungan bilateral, termasuk masalah perbatasan dan keamanan.Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa pertimbangan strategis dan perencanaan militer terkait dengan kemungkinan serangan terhadap Yordania, terutama selama Perang Enam Hari, Israel lebih cenderung untuk menghindari konfrontasi langsung dengan Yordania setelah itu dan akhirnya memilih jalan diplomasi yang mengarah pada perdamaian.