Putin Isyaratkan Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Akan Gempur Ukraina Lagi
Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan Moskow akan menggunakan rudal hipersonik Oreshnik lagi untuk menyerang Ukraina. Dia mengatakan Moskow tidak ragu untuk melakukannya dan juga tidak terburu-buru.
Rudal balistik jarak menengah hipersonik Oreshnik pertama kali diuji dalam pertempuran bulan lalu dalam sebuah serangan terhadap pabrik rudal Ukraina di kota Dnipro.
Militer Moskow mengatakan serangkaian serangan misil Oreshnik akan lebih kuat daripada serangan nuklir taktis tetapi tanpa dampak radioaktif.
"Kami belum memiliki banyak sistem Oreshnik ini, tetapi kami memiliki beberapa," kata Putin kepada wartawan pada hari Kamis setelah pertemuan Dewan Ekonomi Eurasia Tertinggi (SEEC) di St Petersburg.
Rudal tersebut, lanjut Putin, telah memasuki produksi serial.
“Kami memiliki lebih dari satu sistem dalam inventaris kami, tetapi kami tidak terburu-buru untuk menggunakannya, karena ini adalah senjata yang ampuh, yang dirancang untuk mengatasi masalah tertentu,” paparnya.
“Kami bertindak secara sistematis, tetapi kami tidak mengesampingkan kemungkinan untuk menggunakannya hari ini atau besok, jika diperlukan,” imbuh Putin, yang dilansir dari Russia Today, Jumat (27/12/2024).
Pemimpin Kremlin tersebut juga mengonfirmasi pernyataan koleganya dari Belarusa, Alexander Lukashenko, bahwa senjata ampuh tersebut juga akan dikerahkan ke Belarusia.“Saya kira untuk saat ini akan ada sepuluh, dan kemudian kita lihat,” kata Lukashenko sebelumnya pada hari Kamis ketika ditanya berapa banyak sistem rudal canggih Oreshnik yang ingin ditempatkan di Minsk.
“Jika Rusia ingin menempatkan lebih banyak, kami akan menempatkan lebih banyak lagi,” imbuh dia.
Sistem rudal balistik baru itu dapat membawa beberapa hulu ledak yang mampu menyerang dengan kecepatan hipersonik. Menurut Moskow, hulu ledak tersebut mampu melaju dengan kecepatan sepuluh kali kecepatan suara dan tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara mana pun.
Serangan terhadap pabrik rudal Ukraina di Kota Dnipro pada 21 November terjadi setelah dua serangan jarak jauh dengan rudal ATACMS yang disediakan Amerika Serikat di wilayah Rusia, yang diklaim dilakukan oleh Ukraina.
Putin sebelumnya mengatakan bahwa Kyiv tidak mampu secara independen melakukan serangan semacam itu dan bahwa serangan tersebut akan menempatkan NATO dalam konfrontasi langsung dengan Rusia.
Moskow juga memperbarui doktrin nuklirnya sebagai pesan kepada Washington, tetapi Putin sejak itu mengatakan bahwa eskalasi nuklir mungkin tidak diperlukan karena keberadaan misil Oreshnik.