4 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Salah Satunya Berisiko Dieksekusi
Sedikitnya ada empat negara yang melarang perayaan Natal. Masing-masing di antaranya memiliki alasan serta konsekuensi tersendiri bagi para pelanggarnya.
Secara umum, perayaan Natal dirayakan banyak orang di dunia. Tradisi dan cara perayaannya pun beragam karena mengikuti karakteristik dan budaya masing-masing negara.
Kendati begitu, ternyata tidak semua negara melegalkan perayaan Natal. Beberapa di antaranya diketahui memiliki larangan tersendiri dengan berbagai pertimbangannya. Siapa saja mereka?
Negara yang Melarang Perayaan Natal
1. Korea Utara
Korea Utara bisa dibilang sebagai salah satu negara yang paling tidak bersahabat dengan perayaan seperti Natal.Momen Natal tidak pernah dirayakan secara terbuka Pyongyang sejak Dinasti Kim mulai mengambil tindakan drastis terhadap kebebasan beragama pada 1948.
Bagi warga yang nekat dan terbukti bersalah merayakannya akan menghadapi risiko dipenjara atau hukuman yang lebih berat.
Mengutip The Sun, seorang pembelot pernah mengungkap fakta mengejutkan dari larangan Natal di Korea Utara. Bernama Timothy Cho, ia mengaku tidak pernah mendengar Natal sampai dirinya datang ke Inggris.
Cho yang kini bekerja dengan 0pen Doors UK & Ireland, sebuah lembaga amal yang mengadvokasi atas nama orang-orang Kristen yang teraniaya di seluruh dunia, menyamakan Korea Utara dengan negeri fiksi "terkutuk" Narnia. Di sana, tidak ada kebebasan apa pun untuk merayakan hari keagamaan seperti Natal.
"Umat Kristen bawah tanah mungkin merayakannya secara rahasia dengan menyanyikan sejumlah himne dengan sangat pelan dan membaca kitab suci, tetapi hanya itu saja. Bayaran yang harus mereka tanggung seandainya ketahuan juga sangat mahal,” ungkap Cho, dikutip Selasa (24/12).
Cho menambahkan hukuman minimalnya adalah dikirim ke kamp penjara gulag dan dipaksa bekerja keras. Sementara yang paling berat bisa dihadapkan pada eksekusi di tempat.
Menurut Open Doors' World Watch List, Korea Utara memang telah dinobatkan menjadi salah satu negara paling berbahaya bagi umat Kristen selama dekade terakhir.
Rezim keluarga Kim yang sangat membenci Barat berusaha membasmi agama dan hanya ingin rakyatnya memandang pemimpin di sana sebagai Tuhan.
2. Brunei
Berikutnya ada Brunei. Sedikit berbeda, larangan Natal di negara ini hanya dikhususkan pada perayaan di tempat umum.Sebagaimana diketahui, Brunei memiliki mayoritas penduduk beragama Islam. Kementerian terkait di sana menyebut alasan larangan perayaan Natal di tempat umum karena dikhawatirkan bisa merusak iman umat Muslim.
Larangan tersebut muncul pada Desember 2014 lalu. Kementerian Agama Brunei dalam siaran pers yang dimuat The Brunei Times menyebutkan perayaan Natal secara berlebihan dan terang-terangan dapat merusak aqidah umat Islam.
Rilis tersebut ikut memperingatkan umat Islam agar tidak berpartisipasi dalam perayaan Natal, termasuk mengenakan topi atau pakaian yang menyerupai Sinterklas.
Terlibat dalam tindakan tersebut merupakan pelanggaran berdasarkan Pasal 207 (1) KUHP yang dapat dihukum dengan denda hingga USD20.000 dan penjara hingga lima tahun.
3. Tajikistan
Tajikistan terbilang sebagai negara yang cukup kontroversial dalam menentukan aturan bagi warga negaranya. Belum lama ini, mereka melarang penggunaan hijab meski memiliki masyarakat mayoritas Muslim.Jauh sebelum itu, Tajikistan juga melarang perayaan keagamaan seperti Natal. Alasannya tak jauh berbeda, yakni karena hal-hal seperti itu dianggap asing bagi budayanya.
Sebuah pengalaman pernah diceritakan pelancong terkenal asal Bosnia bernama Robert Dachesin yang sudah mengunjungi 102 negara. Dia menemukan hal ‘aneh’ saat berkunjung ke salah satu negara di Asia Tengah, yaitu Tajikistan.
Mengutip Sarajevo Times, Dachesin menyebut Tajikistan sebagai negara konservatif yang paling ekstrem selama ini. Di sana, dia mengatakan tidak ada momen Tahun Baru, Natal, dan perayaan lainnya di depan umum.
“Di sini, antara lain, Tahun Baru, Natal, dan perayaan umum apa pun dilarang. Dilarang menyelenggarakan pernikahan dengan banyak orang, dan di pemakaman tidak diperbolehkan menangis keras, berpegangan tangan, atau menunjukkan terlalu banyak emosi. Dilarang memberi anak-anak nama asing, laki-laki tidak diperbolehkan memiliki janggut panjang, dan semua seni bela diri yang mempromosikan kekerasan juga dilarang,” ungkap Dachesin dalam catatan perjalanannya.
4. Somalia
Somalia sudah lama menetapkan larangan perayaan Natal. Salah satu alasannya karena perayaan semacam itu tidak ada hubungannya dengan Islam yang menjadi agama mayoritas penduduknya.Selain faktor agama, para pejabat di Somalia menyebut alasan lain larangan perayaan Natal. Di antaranya karena berisiko menarik serangan dari kelompok militan Islam yang sangat anti dengan produk budaya non-Muslim.
"Natal tidak akan dirayakan di Somalia karena dua alasan; semua warga Somalia beragama Islam dan tidak ada komunitas Kristen di sini. Alasan lainnya adalah demi keamanan," ujar Abdifatah Halane, juru bicara wali kota Mogadishu, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (24/12).
Itulah beberapa negara yang melarang perayaan Natal dengan berbagai alasannya.