Bagaimana Hiroshima dan Nagasaki Menghilangkan Radiasi Nuklir setelah Dijatuhi Bom Atom oleh Amerika Serikat?

Bagaimana Hiroshima dan Nagasaki Menghilangkan Radiasi Nuklir setelah Dijatuhi Bom Atom oleh Amerika Serikat?

Teknologi | sindonews | Sabtu, 14 Desember 2024 - 10:14
share

Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang menjadi sasaran bom atom pertama yang pernah digunakan dalam perang. Keduanya dijatuhi bom atom milik Amerika Serikat masing-masing pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Pemboman tersebut tak hanya menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki, tetapi juga membunuh puluhan hingga ratusan ribu orang di sana. Momen tersebut ikut menjadi titik balik menyerahnya Jepang dalam perang pasifik 1945.

Melihat peristiwa mengerikan tersebut, ada sebagian orang yang penasaran mengenai cara Hiroshima dan Nagasaki menghilangkan radiasi nuklir usai dijatuhi bom atom. Beberapa juga membandingkannya dengan Chernobyl yang bahkan sudah tidak bisa dihuni.

Cara Hiroshima dan Nagasaki Menghilangkan Radiasi Nuklir setelah Dijatuhi Bom Atom

Pertama, perlu dipahami bahwa peristiwa pemboman Hiroshima-Nagasaki ini berbeda dengan insiden Chernobyl. Lebih khusus lagi, ada perbedaan mendasar dari ledakan bom nuklir dan ledakan reaktor nuklir.

Mengutip IFL Science, bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebenarnya sudah meledak jauh di atas permukaan tanah. Tujuannya untuk memaksimalkan hasil ledakan dan menyebabkan kerusakan langsung yang cakupannya lebih besar.

Namun, sebagai gantinya hal tersebut juga mengurangi tingkat radiasi yang dihasilkan bom tadi. Kondisi itu berbeda dengan insiden Chernobyl yang terjadi di permukaan tanah dan melemparkan lebih banyak bahan radioaktif ke atmosfer.

Bom Hiroshima dan Nagasaki meledak pada ketinggian masing-masing 600 meter dan 503 meter di atas permukaan tanah. Sekitar 10 persen material nuklir dalam bom mengalami fisi, sementara 90 persen sisanya membumbung di stratosfer bersama bola api yang dihasilkan dalam ledakan.

Pada sebuah senjata nuklir, mereka bisa memaksimalkan jumlah energi yang dilepaskan dengan mengonsumsi uranium sebanyak dan secepat mungkin. Reaksi ini tidak memerlukan banyak uranium untuk mencapai ledakan yang signifikan.

Little Boy misalnya, bom yang dijatuhkan di Hiroshima. Bom itu mengandung 64 kilogram (141 pon) uranium dan kemurniannya (jumlah U-235 yang terkandung) hanya sekitar 80 persen.

Lagi, hal ini berbeda dengan insiden Chernobyl. Sebuah reaktor nuklir umumnya menggunakan batang kendali untuk menyerap neutron tambahan sehingga reaksi berantai fisi dapat dipertahankan pada intensitas yang lebih rendah dan jauh lebih lama.

Untuk itu, reaktor akan membutuhkan uranium yang diperkaya dalam jumlah besar sebagai bahan bakarnya. Menariknya, Chernobyl mengandung sekitar 180 ton atau setara dengan 3.600 kg Uranium-235, berkali-kali lebih besar dari bom Hiroshima.

Jadi, bisa dipahami bahwa radiasi nuklir di Hiroshima dan Nagasaki sebenarnya sudah hilang sendiri seiring waktu. Adapun penyebabnya karena ledakan kala itu tidak sampai menyentuh tanah, sehingga paparan radiasinya berkurang.

Selain itu, jumlah bahan uranium yang dipakai juga tidak sebanyak yang dikeluarkan reaktor Chernobyl. Alhasil, Hiroshima dan Nagasaki bisa bangkit dan kembali menjadi kota sebagaimana umumnya.

Tambahan informasi, situs kota Hiroshima juga menyebutkan bahwa radiasi di Hiroshima dan Nagasaki saat ini setara dengan tingkat radioaktivitas alami yang sangat rendah. Radiasi ini tidak berdampak lagi padatubuhmanusia.

Topik Menarik