Apakah AS Bakal Perang Melawan Iran? Ini Jawaban Donald Trump

Apakah AS Bakal Perang Melawan Iran? Ini Jawaban Donald Trump

Global | sindonews | Jum'at, 13 Desember 2024 - 08:19
share

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan "apa pun bisa terjadi" ketika ditanya tentang peluang berperang melawan Iran selama masa jabatan berikutnya dalam sebuah wawancara dengan TIME.

Wawancara itu bertepatan dengan saat dia dinobatkan sebagai “Person of The Year (Tokoh Tahun Ini)” oleh majalah tersebut.

"Apa pun bisa terjadi. Apa pun bisa terjadi. Ini situasi yang sangat tidak stabil," kata Trump, sebelum melanjutkan dengan mengatakan bahwa menurutnya hal paling berbahaya yang terjadi sekarang adalah Ukraina yang menembakkan rudal ke Rusia, yang menurutnya merupakan eskalasi besar.

Trump sebelumnya telah mengancam Iran, yang Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)-nya telah berusaha membunuhnya, menurut pemerintah AS. Iran telah membantah klaim tersebut.

Selama masa jabatan pertamanya, pada tahun 2020, Trump memerintahkan serangan udara AS yang menewaskan komandan militer terkenal Iran, Qassem Soleimani.

Trump pada tahun 2018 juga mengingkari kesepakatan nuklir yang dibuat oleh pendahulunya; Barack Obama, pada tahun 2015 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi AS terhadap Iran yang telah dilonggarkan.

Kesepakatan nuklir tersebut telah membatasi kemampuan Iran untuk memperkaya uranium, sebuah proses yang dapat menghasilkan bahan fisil untuk senjata nuklir.

Sementara itu, Angkatan Udara Israel sedang melakukan persiapan untuk serangan potensial terhadap fasilitas nuklir Iran. Itu diungkap pejabat militer Zionis kepada Times of Israel.

Menurut laporan tersebut, Tel Aviv percaya bahwa pengambilalihan Suriah yang tiba-tiba oleh pemberontak “jihadis” telah melemahkan posisi Teheran di kawasan tersebut, yang dapat mendorong Iran untuk mempercepat program nuklirnya.

Serangan udara Israel telah menghancurkan sebagian besar pertahanan udara Suriah, membuka jalan bagi operasi melawan Iran.

Teheran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya bersifat damai dan sipil, bertentangan dengan tuduhan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Iran telah berupaya membuat bom atom.

Israel pernah mempertimbangkan serangan terhadap situs nuklir Iran setelah serangan rudal Teheran pada tanggal 1 Oktober lalu, tetapi tidak menindaklanjuti rencana tersebut.

Pemerintah Netanyahu telah menggunakan peristiwa terkini di Suriah untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya, meluncurkan salah satu operasi serangan terbesar dalam sejarah Angkatan Udara Israel.

Awal minggu ini, jet–jet tempur Israel menyerang lebih dari 250 target di sekitar Suriah, termasuk bandara dan pelabuhan laut, situs pertahanan udara dan rudal, fasilitas industri militer, dan gudang senjata.

Pasukan Israel juga bergerak melampaui zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, mengeklaim Gunung Hermon.

Pemerintahan Bashar Assad di Suriah digulingkan oleh militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) minggu lalu. Namun kelompok “jihadis” itu belum mengonsolidasikan kekuasaan.

Israel yakin bahwa Iran terisolasi setelah Assad digulingkan dan bahwa sekutu utamanya yang lain di kawasan itu, Hizbullah yang berbasis di Lebanon, telah dilemahkan secara signifikan oleh serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) baru-baru ini di sana.

Hal itu dapat mendorong Iran untuk mempercepat program nuklirnya dan juga dapat menciptakan peluang bagi serangan pendahuluan Israel, menurut laporan Times of Israel, Jumat (13/12/2024).

Topik Menarik