Rusia Tegaskan Barat Dukung Para Teroris di Suriah
Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menegaskan Rusia memiliki laporan Amerika Serikat (AS) dan Inggris mungkin terlibat dalam mendukung militan yang berafiliasi dengan al-Qaeda yang saat ini sedang melakukan serangan di Suriah.
Kelompok pemberontak Hayat Tahrir-al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, melancarkan serangan mendadak dari Idlib pekan lalu dan sejak itu telah menguasai Aleppo dan Hama.
Jurnalis AS Tucker Carlson bertanya kepada Lavrov siapa yang mendukung teroris di Suriah, selama wawancara yang ditayangkan pada hari Kamis (5/12/2024).
"Yah, kami punya beberapa informasi," tegas Lavrov. "Informasi yang beredar dan sudah menjadi domain publik, menyebutkan, antara lain, Amerika, Inggris. Beberapa orang mengatakan Israel tertarik untuk memperburuk situasi ini sehingga Gaza tidak berada di bawah pengawasan yang sangat ketat."
"Ini permainan yang rumit. Banyak aktor yang terlibat," ujar diplomat Rusia itu menambahkan.
Lavrov menjelaskan kepada Carlson bahwa Rusia, Iran, dan Turki menjadi penengah gencatan senjata di Suriah pada tahun 2017 dan sekali lagi pada tahun 2020, dengan menyebut Format Astana ini sebagai "kombinasi pemain yang berguna."
"Aturan mainnya adalah membantu warga Suriah untuk berdamai satu sama lain dan mencegah ancaman separatis semakin kuat," ungkap diplomat itu.
Dia menekankan, "Itulah yang dilakukan Amerika di wilayah timur Suriah ketika mereka melatih beberapa separatis Kurdi dengan menggunakan keuntungan dari penjualan minyak dan gandum, sumber daya yang mereka kuasai."
"Kami ingin berdiskusi dengan semua mitra kami dalam proses ini tentang cara memutus jalur pendanaan dan mempersenjatai para teroris,” ungkap dia.
Lavrov telah berbicara dengan Menlu Turki dan Iran, katanya kepada Carlson, dan bermaksud bertemu dengan mereka lagi pada hari Jumat di sebuah konferensi di Qatar.
Menurut dia, Rusia akan mendorong "implementasi ketat" dari kesepakatan mengenai Idlib karena provinsi Suriah itu adalah tempat para teroris muncul.
“Pengaturan yang dicapai pada tahun 2019 dan 2020 memungkinkan teman-teman Turki kita untuk mengendalikan situasi di zona de-eskalasi Idlib dan memisahkan HTS dari oposisi, yang bukan teroris dan bekerja sama dengan Turki,” papar Lavrov.
Pimpinan militer dan keamanan dari ketiga negara juga saling berhubungan, diplomat tertinggi Rusia menambahkan.
Carlson berusaha bertemu dengan Lavrov, dengan mengatakan dia terkejut AS dan Rusia semakin dekat ke perang terbuka atas Ukraina.
Dia juga mencoba mewawancarai Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tetapi usahanya diblokir, yang kabarnya dilakukan oleh pemerintah AS.