Skenario Terburuk Dolar AS Tahun 2025 di Tengah Ancaman Tarif 100 Trump

Skenario Terburuk Dolar AS Tahun 2025 di Tengah Ancaman Tarif 100 Trump

Terkini | sindonews | Kamis, 5 Desember 2024 - 18:26
share

Saxo Bank Denmark meramalkan beberapa peristiwa yang kemungkinan dapat mengguncang pasar keuangan global pada tahun 2025. Menurut prospek bank investasi, dunia pada tahun depan bakal berusaha menemukan alternatif untuk dolar AS setelah pemerintahan Donald Trump bakal menerapkan kebijakan tarif impor tinggi.

Ditambah kebijakan penghematan dengan memangkas pengeluaran pemerintah yang dipimpin oleh Departemen Efisiensi Pemerintah dikomandoi Elon Musk bakal berdampak terhadap dolar AS.

"Implikasi bagi dolar AS sangat mengerikan bagi perdagangan di seluruh dunia, karena memotong pasokan dolar yang dibutuhkan untuk menjaga roda sistem USD global tetap berputar, ironisnya hal itu meningkatkan risiko terhadap dolar AS," kata Kepala Strategi Makro Saxo, John Hardy.

Saat dolar AS diramal bakal jatuh tahun depan, dampaknya merembet ke pasar kripto yang diprediksi meningkat empat kali lipat menjadi lebih dari USD10 triliun. Sementara dolar akan ambruk 20 terhadap mata uang utama dan 30 terhadap emas.

Analis di bank yang berbasis di Kopenhagen itu juga memprediksi bahwa nilai pasar produsen chip Nvidia dapat membengkak menjadi dua kali lipat dari Apple, 'supercharged' dengan ketersediaan chip Blackwell transistor revolusioner 208 miliar yang lebih besar.

"Dengan perlombaan senjata AI yang semakin intensif karena tidak ada raksasa atau bahkan pemerintah yang ingin ketinggalan, dan karena biaya listrik pusat data AI telah melonjak, permintaan yang tak terpenuhi untuk chip Blackwell yang lebih kuat namun dengan daya rendah membuat Nvidia mengambil mahkota sebagai perusahaan paling menguntungkan sepanjang masa," kata bank itu.

Sentimen tersebut dapat mendongkrak harga saham Nvidia dari level yang sudah tinggi hampir USD139 menjadi USD250, membuat pasar mempertanyakan seberapa tinggi harga itu bisa terus naik.

Peristiwa lain yang dapat mengirim gelombang kejutan di seluruh pasar global adalah China melepaskan stimulus fiskal sebesar 50 triliun yuan (USD7 triliun) pada tahun 2025 dan untuk tahun-tahun berikutnya, untuk "mengubah" ekonominya.

"Sebagian besar pengeluaran masuk langsung ke kantong konsumen melalui mata uang digital e-CNY, sehingga akan disuntikkan ke dalam perekonomian daripada untuk melunasi utang," tulis Kepala Strategi Investasi bank Charu Chanana.

Langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan "dampak reflasi yang kuat" di China dan dunia, serta harga komoditas yang lebih tinggi, menurut ahli strategi tersebut.

Dalam prediksi lainnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bisa menjadi "tidak relevan" tahun depan di tengah melonjaknya popularitas dan keterjangkauan kendaraan listrik.

"Dengan beberapa anggota mengakali kuota produksi untuk mendapatkan pendapatan yang mereka bisa dan turunya permintaan ekspor, mayoritas anggota dengan cepat menyadari jig sudah naik. Di tengah konflik, anggota kunci pergi. Kondisi ini mengirim OPEC ke tumpukan abu sejarah. Mantan anggota memaksimalkan produksi untuk memastikan pangsa pasar, mendorong penurunan besar harga minyak," tulis Saxo.

Ramalan lainnya pada tahun 2025 termasuk pound sterling Inggris menghapus diskon pasca-Brexit terhadap euro, AS memberlakukan pajak pusat data AI "besar" di tengah lonjakan harga listrik, dan jantung manusia pertama yang berfungsi penuh yang dicetak secara bio menggunakan teknologi bioprinting 3D bakal terwujud.

Topik Menarik