Kekecewaan Ranggalawe Penguasa Tuban Atas Penunjukan Mpu Nambi di Kerajaan Majapahit

Kekecewaan Ranggalawe Penguasa Tuban Atas Penunjukan Mpu Nambi di Kerajaan Majapahit

Infografis | sindonews | Senin, 2 Desember 2024 - 06:56
share

PEMBERONTAKANpertama yang dihadapi Raden Wijaya ketika menjadi Raja Majapahit diinisiasi anak dari sahabatnya. Ranggalawe memang menjadi anak Arya Wiraraja yang juga sahabat Raden Wijaya dan berjasa dalam pendirian Kerajaan Majapahit.

Arya Wiraraja menjadi bagian dari pembawa rombongan kuda dari Madura ke Majapahit untuk menyerang balik Jayakatwang. Namun, sang anak Ranggalawe malah berbalik melawan Raden Wijaya dalam pemberontakan itu lalu dicatat sejarah terjadi pada 1295 yang merupakan pemberontakan pertama di Kerajaan Majapahit.

Ranggalawe tidak senang dengan penunjukannya sebagai gubernur dermaga Tuban yang strategis. Dia berharap diangkat sebagai Menteri Kepala Pemerintahan pada Pemerintah Pusat.

Ranggalawe kian murka tatkala jabatan itu jatuh ke tangan saingannya, Mpu Nambi, putra yang cakap dari Mpu Sina, yang tak lain adalah rekan ayahnya di Dewan Menteri Keamanan sebagaimana dikutip dari buku "Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit" dari Earl Drake.

Entah sudah berapa generasi, keluarga-keluarga papan atas ini saling berebut kekuasaan. Pikir mereka, kehadiran seorang raja yang masih muda dan tak berpengalaman memberikan peluang bagi mereka untuk menumpuk kekuasaan dengan sejenak melupakan permusuhan lama.

Terlepas dari fakta bahwa pengangkatan pejabat tinggi adalah hak prerogatif raja, Ranggalawe sempat mengingkari perkawanan lamanya dengan Wijaya dengan berpidato di hadapan seluruh hadirin istana yang merupakan bagian dari acara rutin resmi.

Saat itu, Ranggalawe menyampaikan usaha Raden Wijaya akan sia-sia karena menunjuk Mpu Nambi. Bahkan, Ranggalawe menyebut Raden Wijaya telah membuat kesalahan serius dengan pengangkatannya yang tidak akan menguntungkan negara.

Ranggalawe secara tegas mengutarakan dalam pidatonya bahwa Nambi itu sosok bodoh, lemah, takut, dan busuk. Dalam segala hal, Ranggalawe mengatakan Nambi mengecewakan. Singkatnya, Nambi disebut Ranggalawe manusia tanpa keberanian, tanpa wibawa, tanpa reputasi, serta tanpa kepribadian.

Di akhir pidatonya, Ranggalawe meyakini citra negara Majapahit akan hancur dengan pengangkatan Nambi. Apa yang dilakukan Raden Wijaya dianggap Ranggalawe justru menurunkan reputasinya sendiri. Dia pun menantang Nambi duel satu lawan satu di mana pun dan kapan pun waktunya.

Ungkapan kemarahan ini menyinggung perasaan raja dan warga keraton lainnya yang mendesak Ranggalawe agar berpikir masak-masak sebelum menentukan sikap. Nambi mengabaikan tantangan duel tersebut.

Setelah itu, Ranggalawe cepat-cepat pulang dan mengadu kepada ayahnya seraya bersikeras bahwa hanya ada dua pilihan yakni kembali melayani raja atau memberontak. Ketika sang ayah menganjurkan agar dia mengendalikan kemarahannya dan tetap setia pada raja, Ranggalawe menjelaskan apa yang dia rasakan.

Topik Menarik