Pilih Pemimpin Kaya Apa Miskin? Beda Utsman bin Affan dengan Umar bin Khattab
KEPEMIMPINAN Umar bin Khattab sungguh berbeda dengan Utsman bin Affan. Keduanya mencerminkan gambaran tentang pemimpin yang sedari muda miskin dibanding dengan pemimpin yang sudah kaya sejak masa kanak-kanak. Utsman adalah orang kaya, sedangkan Umar dikenal miskin.
Padaawal pemerintahannya,Khalifah Usman bin Affan menaikkan tunjangan para pejabat. Nilainyalebih tinggi dibanding yang pernah diberikan di masa Khalifah Umar bin Khattab. Parapemuka Muslimin yang tinggal di Madinah diberi keleluasaan lebih banyak sehingga mereka dapat menikmati hidup yang lebih baik. Hal ini membuat semua orang senang.
Pada masa sebelumnya, Khalifah Umar melarang orang-orang penting di kalangan Muhajirin dari Quraisy keluar daerah kecuali harus dengan izin dan untuk waktu tertentu. Dan banyak permintaan izin demikian itu yang ditolak.
Ada orang yang meminta izin ingin ikut berperang - dan dia dari kalangan Muhajirin di Madinah yang dilarang keluar - kata Umar kepadanya: "Sudah cukup banyak Anda berperang bersama Rasulullahsallallahu 'alaihi wasallam. Dalam perang sekarang ini lebih baik Anda tidak melihat dunia dan dunia tidak melihat Anda."
Umar memberlakukan itu terhadap kaum Muhajirin, hal yang tidak dilakukannya terhadap orang Makah yang lain. Alasannya dalam hal ini, ia khawatir kaum Muhajirin itu akan teperdaya oleh kehidupan dunia dan mereka akan mendapat banyak harta di negeri-negeri yang baru dibebaskan itu sampai melampaui batas. Selanjutnya mereka hanya akan menjadi contoh buruk buat yang lain dan akan sangat membahayakan negara yang baru tumbuh ini.
Sesudah Utsman naik, ia tidak memperlakukan kaum Muhajirin seperti pada masa Umar, sebab dia melihat Quraisy sudah bosan dengan sikap yang begitu keras pada akhir masa Umar itu.
Kalifah Utsman membiarkan dan membolehkan kaum Muhajirin bebas berpindah-pindah di segenap imperium yang tadinya dilarang untuk mereka. Akibatnya, banyak mereka yang berangkat pergi ke segenap penjuru. Mereka melihat dunia dan dunia pun melihat mereka.
Mereka mengembara kian ke mari dan menikmati segala macam kesenangan. Hal ini membuat mereka senang sekali dengan pemerintahan Utsman. Mereka dapat memilih hidup yang serba mudah daripada di masa Umar yang dirasakan terpaksa hidup harus menahan diri dan serba sangat sederhana.
Langkah Utsman memberikan kebebasan demikian ini tak terlintas dalam pikiran orang bahwa hal ini telah menyalahi kelaziman kedua Khalifah sebelumnya.
Orang yang memberontak kepada penguasa dan mencari logika untuk membenarkan pemberontakannya jika tidak sejalan dengan tuntutan dan keinginannya itu lebih sering terjadi daripada yang memberontak karena gagasan yang ditolak mengenai tingkah lakunya untuk mewujudkan kepentingan umum. Dan ini berlaku pada setiap bangsa dan setiap zaman.
Kaum Muslimin pada permulaan pemerintahan Utsman dalam wilayah kedaulatan yang luas itu memberi jaminan bagi siapa saja untuk hidup nyaman dan serba berkecukupan.
Umar memang pernah melarang mereka hidup bersenang-senang semacam itu, dan larangan ini cukup lama sehingga mereka merasa jemu dengan cara-cara yang dirasa terlalu keras itu, dan sudah tak ada lagi yang akan dapat mereka cerna.
Bahwa kemudian Utsman membolehkan apa yang menjadi kesenangan mereka, tentu mereka menyambut Utsman dengan senang hati, kendati ini berlawanan dengan kelaziman kedua Khalifah sebelumnya itu.
Utsman tidak akan mampu mengharuskan orang hidup sangat sederhana dan meninggalkan kesenangan seperti yang diharuskan oleh Umar, sebab Umar sendiri hidup sangat sederhana dan terlalu ketat terhadap dirinya.
Dia melihat suatu keharusan baginya untuk merasakan apa yang dirasakan oleh kaum duafa dan kaum tak berpunya, dia mampu memikul beban yang begitu berat di atas dirinya dengan kesehatan fisik dan kekuatan yang diberikan Allah kepadanya.
Ketika ia memikul tugas sebagai Amirulmukminin itu usianya baru lima puluh tahun. Ketika itu Umar sangat keras dan tegas, tak mudah tunduk. Tak ada rakyat yang akan menyalahkannya bilamana ia menuntut yang lain juga agar mengikuti langkahnya, dan meneladani cara hidupnya itu.
Tetapi Utsman dalam hal ini kebalikannya dari Umar. Dia memegang jabatan itu umurnya lebih kurang sudah 70 tahun. Ketika itu, sekalipun di masa remaja dan masa mudanya ia hidup serba nyaman, makan makanan yang serba enak, mengenakan pakaian mewah, memakai cincin dan melapis giginya dengan emas. Kekayaannya yang memang sudah melimpah, tentu dapat menampik kecurigaan orang bahwa dia akan memperkaya diri dari harta kaum Muslimin ketika ia memangku jabatan itu.
Dalam keadaannya yang demikian ia tak akan mampu membendung kaum Muhajirin atau yang lain untuk pergi ke mana saja di bumi ini dan menikmati segala karunia yang halal dan baik yang dikaruniakan Allah kepada mereka.
Ada sumber yang menyebutkan bahwa Amr bin Umayyah ad-Dumari mengatakan, "Quraisy adalah orang yang paling suka makankhazirah. Saya pernah makankhazirahbersama Utsman yang terbuat dari masakan yang paling bagus yang pernah saya alami, mengandung juga jeroan kambing dengan lauk pauk yang lunak dan samin."
Lalu kata Utsman: "Bagaimana pendapat Anda tentang makanan ini?"
Saya jawab: "Yang terbaik yang pernah saya makan."
Lalu dia berkata: "Semoga Allah memberi rahmat kepada Umar bin Khattab, saya belum pernah makan khazirah bersama dia."
Kata saya: "Ya memang, ketika saya menyuap makanan hampir tumpah lagi dari mulut ke tangan; tanpa daging, dan lauknya hanya samin tanpa susu."
"Anda benar, saya percaya," kata Usman. "Orang yang mengikuti cara Umar radiyallah 'anhu akan payah. Dalam hal ini dia memilih yang lebih mudah daripada yang sulit-sulit. Saya sungguh tidak makan dari harta Muslimin; saya makan dari harta saya sendiri. Anda tahu, di kalangan Kuraisy sayalah yang terkaya dan yang paling beruntung dalam perdagangan. Sampai sekarang saya masih makan yang serba lunak dan enak. Dalam umur saya yang sudah lanjut begini saya lebih menyukai makanan yang lunak-lunak. Saya tidak tahu dalam hal ini bagaimana dampaknya buat orang lain," lanjutnya.
Ubaidillah bin Amir berkisah: "Ketika itu bulan Ramadan, saya beriftar (berbuka puasa) bersama Utsman. Yang dihidangkan buat kami makanan yang lebih lunak dari makanan Umar. Dalam hidangan Utsman itu saya melihat ada tepung putih bermutu tinggi dan daging domba muda setiap malam. Saya belum pernah melihat Umar makan makanan dari tepung yang diayak. Daging kambing yang dimakannya hanya yang sudah dilumatkan. Dalam hal ini orang berkata kepada Usman: "Semoga Allah memberi rahmat kepada Umar dan orang yang sanggup makan apa yang dimakannya itu."
Haekal mengatakan kalau memang sudah begitu keadaan Utsman di masa muda dan tuanya, ia tidak akan mampu menahan kaum Muhajirin di Madinah atau membendung mereka tak boleh bepergian ke luar dan menikmati rezeki yang diberikan Allah. Khalifah ini tidak akan sanggup mengharuskan orang hidup sangat sederhana dan menjauhi kesenangan dunia, atau meminta para pejabatnya di kota-kota lain menjalani cara hidup seperti itu.