Kampanye Akbar, Dharma-Kun Basuh dan Cium Kaki Ibu-ibu di Atas Panggung
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor Urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardana menghadiri kampanye akbar di Lapangan Tabaci, Kalideres, Jakarta Barat, Sabtu (23/11/2024). Keduanya naik ke panggung seluas 7 X 9 meter beralaskan karpet hijau.
Tiba di atas panggung, Dharma-Kun langsung dikalungi sebuah selendang khas Betawi. Sejumlah pria berpeci merah ikut mengawal ketibaan keduanya sembari berpantun ria.
Sejumlah warga yang awalnya duduk-duduk di atas terpal biru yang membelah lapangan mulai berdesakkan maju ke depan panggung. Lambat laun hiruk pikuk massa para pendukung Dharma-Kun mulai terlihat ditampilkan berkerumun di hadapan panggung.
"Beginilah kami, paslon independen, petugas rakyat, Pak Dharma dan Pak Kun," kata salah seorang pembawa acara meneriakkan semangat.
Tak lama berselang, acara berlanjut pada tahapan pembacaan doa. Acara pun baru disusul dengan nyanyian lagu Indonesia Raya secara lengkap. Kemudian pembacaan syair puisi pun dideklamasikan di hadapan paslon tersebut.
Basuh dan Cium Kaki Seorang Ibu
Dia atas panggung, Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana mengikuti prosesi cuci dan cium kaki seorang perempuan paruh baya. Secara bergantian Dharma dan Kun membasuh kaki dari seorang ibu bernama Suci (65), yang disebut sebagai salah satu relawan pendukung Dharma-Kun.
Suci maupun Dharma larut dalam haru biru isak tangis. Suci tampak tak kuasa menahan keharuan sembari terus mendekap mulutnya agar tidak terdengar suara kesedihannya.
"Pak Dharma memang petugas rakyat, Pak Dharma membuktikan baktinya dengan mencuci kaki salah satu warga. Sebagai simbol, paslon independen adalah petugas rakyat," kata pembawa acara sembari ikut menangis, Sabtu (22/11/2024).
Dharma terus mengusap kaki Suci dengan menggunakan selemmbar tisu yang terus diganti, sembari sesekali menyeka air mata di kelopak matanya.
"Ini bukti pelayan rakyat yang betul-betul ingin melayani rakyat. Bukan petugas partai. Beliau betul-betul ingin berdikari, yang hanya mengabdi kepada rakyat," lanjut pembawa acara menjelaskan.
Dharma mengatakan dirinya akui tidak mengetahui adanya kegiatan prosesi cuci kaki tersebut. Namun prosesi itu adalah bagian dari teguran untuk para pemimpin agar selalu rendah diri dan hati.
"Itu adalah suatu bentuk yang luar biasa di mana kaki adalah tempat menginjak tanah. Filosofinya kaki adalah tempat menginjak tanah. Jadi kalau sudah jadi pemimpin jangan lupa bahwa kamu masih menginjak bumi," kata Dharma kepada wartawan selepas prosesi.