Warga Ngawi Syukuran Pembangunan Jalan Bringin-Boan Rampung Setelah Bertahun-tahun Rusak
Masyarakat desa di Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menggelar selamatan atau tasyakuran selesainya pembangunan jalan penghubung Bringin-Boan, Rabu (13/11/2024). Selamatan ini sebagai bentuk rasa syukur warga akhir akses jalan tersebut selesai dibangun setelah puluhan tahun menunggu.
Sudah puluhan tahun Jalan Bringin-Boan yang menjadi akses warga di tiga desa, Bringin, Kenongorejo, dan Sumberbening, tak tersentuh perbaikan. Selama itu, warga kesulitan beraktivitas secara lancar, terkendala kondisi jalan yang membelah hutan tersebut. Terutama saat musim penghujan turun. Akses jalan berubah menjadi seperti medan off road yang berlumpur dan sulit dilintasi kendaraan.
Padahal, Jalan Bringin-Boan menjadi akses utama warga di wilayah tersebut menuju kota kecamatan maupun kota kabupaten. Terdapat ratusan kepala keluarga (KK) dan ribuan jiwa di wilayah itu, yang menggantungkan akses pada Jalan Bringin-Boan.
Di era Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, Jalan Bringin-Boan sepanjang 5,5 Km dan lebar 4 meter dibangun dengan rigid beton. Pembangunan dibiayai dari pos Dana Alaokasi Umum (DAU) dengan pagu anggaran mencapai Rp14,7 miliar. Jalan tersebut ditargetkan rampung pada akhir Desember 2024 tapi dapat diselesaikan lebih cepat dari rencana semula.
Ony Anwar Harsono yang kembali mencalonkan diri pada Pilkada Ngawi 2024 hadir dalam tasyakuran. Ia berharap pembangunan Jalan Bringin-Boan sepanjang 5,5 km menjadi triger daya ungkit ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Warga Boan dan sekitarnya ini, sudah lama sekali mendambakan jalan yang bagus. Di sana potensi tanaman jagung, tabu, tembakau, luar biasa," kata Mas Ony yang merupakan calon petahana ini dalam keterangannya, Kamis (14/11/2024).
Menurutnya, mayoritas warga di Boan dan sekitarnya adalah masyarakat desa hutan, yang menggantungkan kegiatan ekonominya di hutan melalui kerja sama perhutanan sosial. Warga banyak menanam komoditas pangan, semisal jagung dan ketela. "Lalu, ada juga hasil perkebunan dengan tanaman tembakau dan lainnya," katanya.
Hanya, sambung dia, komoditas dari daerah Boan dan Kecamatan Bringin secara umum, kalah bersaing dengan yang berasal dari Ngawi bagian selatan. Diketahui, wilayah Kecamatan Bringin, Karanganyar, Karangjati, Pitu, dan Kasreman, sering disebut sebagai wilayah Lor Bengawan.
"Potensi komoditasnya luar biasa, tapi harganya kurang kompetitif, karena truk kalau masuk ke sana yang komplain karena jalannya jelek dan susah. Sehingga alasan itu yang menyebabkan harganya selisih jauh dari Ngawi selatan," ucapnya.
Karenanya Mas Ony berharap, dengan selesainya proyek jalan di Kecamatan Bringin ini, harga komoditas masyarakat setempat bisa bersaing dan kompetitif, karena ada aksesibilitas yang baik dan lebih mudah. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi daya ungkit secara ekonomi.
"Menjadi triger untuk percepatan pengentasan kemiskinan untuk mengakselerasi kegiatan ekonomi kerakyatan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat," tegasnya.
Lebih luas, Mas Ony, mengatakan saat ini kondisi jalan mantap di Ngawi sudah mencapai lebih dari 95. Ia mengakui, ada prioritas pembangunan jalan di wilayah lor bengawan, yang menjadi kantong-kantong kemiskinan.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Sumberbening, Hanif Hernawan sebelumnya menjelaskan, akses Jalan Bringin-Boan sudah sangat lama tak tersentuh pembangunan. Menurut dia, kala musim hujan, jalan dari tanah liat tersebut menjadi berlumpur pekat.
"Warga pun tentu kesulitan untuk melintas. Kendaraan sering terjebak saat nekat menerobos," ucapnya, Senin (30/9/2024).
Hanif menuturkan, saat musim hujan, pakaian anak-anak sekolah jadi kotor saat tiba di tempat belajar. Hal ini lantaran terciprat lumpur saat melintas di jalan becek yang mereka lalui.
Ia bercerita ihwal kesulitan lain yang dialami warga. Hanif ingat, pada suatu waktu, ada warga yang meninggal dunia di rumah sakit. Ambulans yang membawa jenazah tak bisa masuk sampai rumah duka, mogok terjebak lumpur tanah liat di tengah Jalan Bringin-Boan.
"Sudah berupaya didorong warga, tapi tak berhasil. Akhirnya jenazah digotong warga secara manual, berjalan cukup jauh," katanya.
Pernah pula, ibu hamil yang akhirnya melahirkan di tengah jalan, sebelum sampai Puskesmas, lantaran terhambat akses jalan tersebut. "Itu cerita masa lalu. Kini kami bersyukur, kondisi jalan telah berubah," ucapnya.