Perdagangan Rusia-Afrika Capai Rekor Tertinggi, Tahun Lalu Rp382,5 Triliun
Volume impor dan ekspor antara Rusia dan benua Afrika diproyeksikan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030. Omset perdagangan Rusia dengan negara-negara Afrika tumbuh dengan mantap sejak mencapai rekor tertinggi dalam sejarah sebesar USD24,5 miliar atau setara Rp382,5 triliun (kurs Rp15.613 per USD) pada tahun 2023.
Disampaikan oleh Wakil Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia Dmitry Volvach menerangkan, peningkatan tersebut menyusul dari tahun sebelumnya yang hampir mencapai 37. "Kenaikan tahun lalu disebabkan oleh peningkatan ekspor dari Rusia dan impor dari Afrika masing-masing sebesar 43 dan 8,6," kata Volvach.
Hal itu diungkapkan saat konferensi tingkat menteri perdana Forum Kemitraan Rusia-Afrika, yang berlangsung selama akhir pekan di Wilayah Federal Sirius, Laut Hitam.
Selain itu perdagangan Rusia-Afrika juga mengalami peningkatan tambahan 18,5 menjadi USD8,6 miliar dalam delapan bulan pertama tahun ini, dengan omset timbal balik diproyeksikan berlipat ganda pada tahun 2030.
"Ini menunjukkan minat bersama dalam pengembangan perdagangan di lingkaran bisnis Rusia dan Afrika," katanya.
"Hampir 90 ekspor Rusia ke Afrika tahun lalu adalah minyak dan produk minyak, gandum, berbagai logam dan produk logam. Impor dari Afrika terutama diwakili oleh produk pertanian – buah-buahan, kacang-kacangan, kakao, dan kopi," tambah Volvach.
Sementara itu tercatat Mesir tetap menjadi mitra dagang utama Moskow di Afrika. Antara Januari dan September 2024, Kairo membeli 6,8 juta ton gandum Rusia.
Selanjutnya diikuti oleh Aljazair yang mengimpor 1,3 juta ton, seperti dilaporkan Pusat Jaminan Kualitas Biji-bijian. Kenya berada di posisi ketiga, dengan 1,2 juta ton; Libya membeli 1 juta ton; dan Sudan membeli 0,6 juta ton.
Ditambah pengiriman ke Gambia, Djibouti, dan Ethiopia juga dilanjutkan tahun ini, mencerminkan permintaan yang kuat untuk biji-bijian Rusia di seluruh benua, kata badan itu.
PVolvach mengakui bahwa ekspor Rusia secara tradisional menang atas volume barang yang diimpor dari negara-negara Afrika, lantaran itu ketidakseimbangan menjadi sumber kekhawatiran bagi bisnis lokal di Afrika Selatan. Dia mengatakan, kedua belah pihak secara aktif bekerja untuk mengurangi defisit dalam hubungan perdagangan.
"Ini demi kepentingan semua pihak, karena di satu sisi akan meningkatkan penjualan mitra kita, di sisi lain akan memperbaiki kondisi bagi perusahaan transportasi dan logistik yang saat ini mengangkut terutama dalam satu arah," ujarnya.
Wakil menteri mengumumkan, bahwa Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia sedang dalam pembicaraan dengan beberapa negara Afrika mengenai kemungkinan penandatanganan perjanjian untuk memfasilitasi promosi dan perlindungan timbal balik investasi.
Kesepakatan semacam itu sudah disepakati dengan Angola, Mesir, Zimbabwe, Libya, Guinea Khatulistiwa, dan Afrika Selatan. "Sementara dua lagi dengan Kongo dan Maroko sedang berlangsung," kata Volvach.