HIKMAH JUMAT : Bulan Rajab Saatnya Introspeksi Diri

HIKMAH JUMAT : Bulan Rajab Saatnya Introspeksi Diri

Gaya Hidup | serpong.inews.id | Jum'at, 3 Januari 2025 - 07:00
share

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang.

MOMEN PERGANTIAN tahun 2024 ke tahun 2025 beberapa hari lalu, merupakan momen pergantian waktu yang istimewa. Namun, keistimewaan itu bukan karena pergantian tahunnya, melainkan karena pergantian tahun itu bertepatan dengan pergantian bulan Jumadil Akhir ke bulan Rajab 1446 H.

Di dalam ajaran Islam, bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram (suci/mulia). Dengan kata lain, mulai tanggal 1 Rajab sampai dengan akhir bulan Rajab nanti, seluruh umat Islam tengah berada di bulan yang dimuliakan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an yang artinya:

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci/mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu..." (QS. At-Taubah [9]: 36).

Empat bulan haram pada ayat di atas, dijelaskan oleh Baginda Rasulullah SAW melalui sabdanya: “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rajab disebut sebagai "Rajab Mudhar" karena bangsa Mudhar sangat memuliakan bulan ini bahkan di masa jahiliah. Islam melanjutkan penghormatan tersebut dengan menjadikannya waktu yang penuh keberkahan dan larangan melakukan hal-hal yang merugikan.

Bagi kita umat Islam, keempat bulan haram tersebut menjadi momen istimewa, di mana umat Islam dianjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, memperbanyak amal kebaikan, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Salah satu amal kebaikan yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala di bulan haram, termasuk bulan Rajab tentunya, adalah melakukan introspeksi diri. Dasar hukumnya adalah firman Allah Ta’ala pada surat At-Taubah [9] ayat ke-36 yang sudah disebutkan di atas.

Kita kutip kembali ayat tersebut: “Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu...". Kata atau penggalan kalimat “janganlah kamu menganiaya dirimu”, memiliki makna bahwa sepanjang bulan haram termasuk bulan Rajab, kita diminta untuk berhati-hati dalam berbuat atau berperilaku.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
 
 

Menganiaya diri maknanya sama dengan zalim yakni menempatkan atau menggunakan sesuatu tidak sesuai dengan fungsi yang seharusnya. Sebagai contoh misalnya, kita menggunakan gelas untuk mandi dan menggunakan gayung untuk minum. Tentu itu adalah perbuatan zalim terhadap gelas dan gayung.

Demikian pula dengan perbuatan zalim terhadap diri kita. Menurut Imam Ibnu Katsir sanksi bagi orang yang berbuat zalim di bulan haram dosanya jauh lebih berat daripada di hari-hari lain.Oleh karenanya, berhati-hatilah berbuat zalim di bulan haram termasuk bulan Rajab ini.

Mari kita selalu mengintrospeksi diri dengan cara melakukan muhasabah harian, apakah tangan, kaki, mata, telinga, mulut, dan hati kita berbuat maksiat di bulan Rajab ini? Apakah mata kita telah menatap lawan jenis yang bukan haknya? Apakah kaki kita telah melangkah ke tempat yang dilarang oleh Allah Ta’ala? 

Bukankah seluruh anggota badan kita diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk digunakan dalam berbagai amal shalih sesuai dengan ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya? Maka apabila kita menggunakan salah satu saja anggota badan kita tidak sesuai dengan ketentuan, itu artinya kita telah menganiaya atau zalim terhadap diri kita sendiri.

Namun, apabila kita tidak melalukan kezaliman atau kemaksiatan di bulan haram, maka berbahagialah karena artinya kita telah memuliakan bulan haram termasuk bulan Rajab. Sebaliknya, jika ternyata kita banyak melakukan kezaliman dan kemaksiatan maka renungkanlah dan muhasabahlah. 

Ketahuilah bahwa orang yang menganiaya diri sendiri adalah mereka yang lebih banyak berbuat keburukan daripada kebaikannya. Untuk itu, perbanyaklah do’a yakni do’anya Nabi Adam ASyang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf [7] ayat ke-23, yang artinya:

“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” Do’a ini hendaknya diperbanyak untuk dibaca dalam berbagai kesempatan selama bulan haram, termasuk bulan Rajab.

Muhasabah atau introspeksi diri dalam bulan Rajab ini membantu kita mengidentifikasi kesalahan dan kekurangan yang ada pada diri kita, sehingga kita dapat memperbaikinya sebelum datangnya bulan Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr [59]: 18).


Salah satu amal kebaikan yang diperintahkan Allah Ta’ala di bulan haram, termasuk bulan Rajab tentunya adalah melakukan introspeksi diri. (Foto: Ist)
 
 

Tentu tidak cukup kita bermuhasabah dan berdo’a saja, iringilah setiap bentuk kezaliman yang kita lakukan dengan amal shalih. Terkait dengan hal ini, Baginda Rasulullah SAW memberikan tips melalui sabdanya yang artinya: 

“Bertakwalah kepada Allah di manapun Anda berada. Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan, karena kebaikan itu dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Salah satu amal shalih yang dianjurkan untuk banyak dilakukan di bulan Rajab dan bulan haram lainnya adalah puasa sunnah. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan haram, maka baginya pahala seperti puasa selama satu bulan." (HR. At-Tirmidzi).

Meskipun hadis ini memiliki perbedaan pendapat mengenai kekuatannya, semangat memperbanyak amal di bulan haram tetap menjadi tradisi yang dianjurkan. Hal ini dikarenakan bulan Rajab adalah bulan untuk mempersiapkan diri secara spiritual menuju Ramadhan. 

Seorang Muslim yang memperbaiki dirinya di bulan Rajab akan lebih siap menyambut kemuliaan Ramadhan. Dalam sebuah ungkapan disebutkan: "Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Ramadhan adalah bulan memanen."

Bulan Rajab adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan kesempatan emas untuk introspeksi diri. Dalam bulan ini, umat Islam diingatkan untuk memperbaiki hubungan dengan Allah Ta’ala dan sesama manusia. 

Ayat-ayat dan hadis-hadis di atas menegaskan betapa pentingnya memanfaatkan bulan ini untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan Rajab untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan yang mulia. Aamiin. (*)


Salah satu amal shalih yang dianjurkan untuk banyak dilakukan di bulan Rajab dan bulan haram lainnya adalah puasa sunnah. (Foto: Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Topik Menarik