HIKMAH JUMAT : Tempat Istimewa Bagi Seorang Guru

HIKMAH JUMAT : Tempat Istimewa Bagi Seorang Guru

Gaya Hidup | serpong.inews.id | Jum'at, 22 November 2024 - 06:20
share

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

TIGA HARI LAGI, tepatnya tanggal 25 November 2024, kita akan memperingati Hari Guru Nasional (HGN). Jika dihitung dari tanggal penetapan pertama kalinya, yakni 25 November 1994, maka HGN tahun 2024 ini adalah peringatan HGN yang ke-30 tahun.

Peringatan HGN ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI nomor 78 tahun 1994. Peringatan HGN ditetapkan secara nasional dilandasi oleh semangat mewujudkan penghormatan kepada guru yang telah berjasa besar dalam perjuangan mengajar dan mendidik putra-putri bangsa.

Berbicara mengenai guru, ada sebuah kisah inspiratif dari sebuah desa kecil di Timur Tengah. Di desa kecil itu hiduplah seorang ulama bernama Syekh Umar. Syekh Umar adalah seorang guru yang dikenal tidak hanya karena ilmunya, tetapi juga karena kesabaran dan kasih sayangnya dalam mengajar.

Suatu hari, seorang muridnya datang terlambat ke kelas. Anak itu tampak lusuh dan lelah. Dengan penuh perhatian, Syekh Umar bertanya, “Mengapa engkau terlambat, wahai anakku?” Anak itu menjawab dengan nada sedih, “Wahai Guru, saya harus membantu ibu saya bekerja di ladang sebelum datang ke sini.” 

Mendengar itu, Syekh Umar tidak marah. Sebaliknya, beliau merangkul anak itu dan berkata, “Ketahuilah Nak, usaha kecilmu membantu ibumu adalah bagian dari adab seorang penuntut ilmu. Namun ingat, jangan pernah kau tinggalkan belajar, karena ilmu akan memuliakanmu.” 

Kata-kata tersebut melekat dalam hati anak itu. Bagaimana pun kondisinya, anak tersebut terus belajar hingga dia dewasa. Anak itu pun kemudian tumbuh menjadi seorang ulama besar yang dikenal karena ilmunya dan pengaruhnya dalam masyarakat. 

Kisah ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi pembimbing akhlak dan penyemangat hidup. Dalam Islam, guru memiliki tempat istimewa karena peran mereka yang sangat mulia. 

Kemuliaan Seorang Guru dalam Islam

Dalam Islam, sejatinya tidak ada dikotomi antara ilmu dunia dengan ilmu agama. Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Guru, sebagai pembawa dan penyebar ilmu, memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam.

Allah Ta’ala memuliakan orang-orang berilmu dalam firman-Nya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadalah [58]: 11).

Guru adalah sosok yang membantu murid memahami ajaran Islam, mengenal Allah, dan menjalankan kehidupan sesuai syariat. Peran guru sebagai penghubung antara ilmu dan manusia sangat vital.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
 
 

Guru laksana pembawa cahaya yang menghilangkan gelapnya kebodohan. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). 

Guru laksana pelita abadi yang tak pernah padam. Guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membentuk karakter dan moral kepada murid-muridnya. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). 

Berdasarkan hadits di atas, maka sejatinya guru adalah perpanjangan misi Baginda Rasulullah SAW dalam menyebarkan akhlak mulia. Mereka membantu murid untuk mampu membedakan yang baik dan buruk, serta menjalani hidup dengan penuh keadilan dan kasih sayang. 

Oleh karenanya, guru juga dikenal sebagai pewaris para nabi. Guru adalah orang yang telah mengambil bagian terbesar warisan para nabi yaitu ilmu. Perhatikan sabda Baginda Rasulullah SAW berikut ini:

"Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar.” (HR. Abu Dawud).

Guru yang mengajarkan ilmu bermanfaat akan mendapatkan pahala selama ilmu tersebut diamalkan oleh murid-muridnya, menjadikan mereka sebagai salah satu sumber amal jariyah yang tak pernah putus walaupun sang guru telah meninggal dunia.

Baginda Rasulullah bersabda: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh." (HR. Muslim). 

Guru dalam Sejarah Islam

Sejarah Islam mencatat banyak tokoh guru yang memiliki pengaruh besar dalam peradaban dunia. Contohnya adalah Imam Al-Ghazali, yang dikenal sebagai "Hujjatul Islam" karena kontribusinya dalam menyebarkan ilmu agama dan filsafat.

Guru-guru lain seperti Al-Khawarizmi dan Ibnu Sina tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengajarkan sains, matematika, dan kedokteran, yang hingga kini masih dirujuk oleh dunia.

Demikian pula dengan tokoh-tokoh guru lainnya seperti Jabir Ibn Haiyan yang dikenal sebagai Bapak Kimia, Al-Kindi yang menulis banyak buku tentang aritmatika dan geometri, dan masih banyak yang lainnya.


Guru sebagai pembawa dan penyebar ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam. (Foto: Ist)
 
 

Guru-guru pada masa keemasan Islam bukan hanya pendidik, tetapi juga inovator dan pemimpin pemikiran. Mereka menjadi sumber inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus mencari ilmu dan menyebarkannya.

Tantangan Guru di Era Modern

Dalam era modern seperti saat ini, guru menghadapi berbagai tantangan. Banyak guru yang tidak mendapatkan penghormatan atau pengakuan yang layak dari masyarakat. Dengan mudah guru dikriminalisasi hanya karena masalah sepele. Padahal, guru adalah fondasi utama dalam pembentukan karakter bangsa.

Contoh terbaru adalah kasus viral yang menimpa guru honorer Supriyani dari Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Supriyani harus mengalami proses persidangan karena dugaan tindakan penganiayaan kepada muridnya.

Selanjutnya perkembangan teknologi yang mengubah cara belajar murid. Guru harus beradaptasi dengan metode baru agar tetap relevan dan efektif dalam menyampaikan ilmu. Pada sisi lain, teknologi dan globalisasi telah menimbulkan dampak negatif berupa degradasi moral. 

Dalam era globalisasi, tantangan moral semakin besar. Guru harus bekerja lebih keras untuk menanamkan akhlak mulia kepada murid di tengah arus budaya yang sering bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 

Nilai-nilai Islam terkait dengan adab seorang murid terhadap guru tetap harus dipertahankan. Baginda Rasulullah SAW mengajarkan adab seorang murid kepada gurunya melalui sabdanya: "Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang yang berilmu.” (HR. Ahmad).

Karakter Ideal Seorang Guru

Begitu mulianya kedudukan guru dalam pandangan Islam. Oleh karenanya, untuk meraih kemuliaan tersebut seorang guru dituntut memiliki sifat dan sikap ikhlas dalam mengajar. Guru harus mengajarkan ilmu dengan niat untuk mencari ridha Allah, bukan semata-mata karena imbalan duniawi. 

Selanjutnya, guru juga harus memiliki jiwa penyabar dalam mendidik murid-muridnya. Baginda Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang sangat sabar dalam membimbing para sahabatnya. Guru juga harus mencontoh kesabaran beliau dalam mengajarkan murid-muridnya. 

Guru juga harus menjadi teladan bagi murid-muridnya, bahkan bagi lingkungan di mana sang guru tinggal. Guru harus menjadi panutan dalam akhlak dan perilaku, sebagaimana Baginda Rasulullah SAW adalah teladan bagi seluruh umat manusia. (*)


Guru laksana pelita abadi yang tak pernah padam. Guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membentuk karakter dan moral kepada murid-muridnya. (Foto: Ist)

Wallahu a’lam bish-shawab.

Topik Menarik