Kisah Heroik Sanjoto, Pengawal Jenderal Soedirman di Medan Perang Gerilya
SEMARANG, iNewsSemarang.id Kisah heroik datang dari seorang pengawal Jenderal Soedirman, Dia adalah Kapten CPM (purn) Sanjoto yang merupakan salah satu pejuang Kemerdekaan Indonesia.
Pria yang kini telah berusia 94 tahun telah jadi saksi hidup ketika sang Jenderal Besar Soedirman menuntaskan perlawanan penjajah dalam perang gerilya tahun 1948.
Sanjoto yang tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah ini pernah dipercaya untuk menjadi pengawal Jenderal Soedirman dalam menjalankan taktik gerilya melawan tentara Jepang.
Ketika itu komandan Kolonel Gatot Subroto memintanya untuk mengamankan Jenderal Soedirman ketika hendak melintasi jalan poros Surakarta-Wonogiri.
Upaya ini dilakukan demi mematahkan serangan musuh melalui gerakan bawah tanah. Saat itu pria kelahiran 1930 ini berpangkat Letnan Muda dan ditugaskan untuk menjadi Pengaman Rute Gerilya dari satuan Polisi Tentara (PT) cikal bakal CPM.
Sehingga tugasnya pada waktu itu adalah untuk mendeteksi wilayah yang terdapat musuh dan mana yang aman dari pantauan tentara Belanda, demi mengamankan rute perjalanan sang Jenderal.
"Saat itu tentara Belanda ada di mana-mana, bahkan juga menyebar mata-mata. Oleh karena itu kami melakukan pengamatan dengan cermat dan mengenali setiap wilayah yang benar-benar aman," ujarnya Sanjoto saat ditemui iNews beberapa waktu lalu.
"Saat itu kami berada di Desa Mento, sekitaran Wonogiri-Sukoharjo. Di sana saya ingat ada belokan di tengah kebun tebu. Saya dan teman-teman memasang landsman (ranjau) tepat di belokan atau tikungan, ungkapnya.
Di sini Sanjoto mulai mencarikan jalan untuk Jenderal Soedirman, saat itu keadaan telah mulai gelap, terdapat beberapa ranjau yang terpasang di wilayah yang dilewatinya.
Dia sempat terkejut ketika melihat sebuah kendaraan Panser yang meledak dan terlempar karena menginjak ranjau. Sanjoto dengan sigap membentuk tiga regu pasukannya.
Dia berada di regu 2 yang bertugas melakukan pengecekan kondisi pasukan musuh. Sementara regu 1 dan 3 memberikan tembakan memancing reaksi musuh. Regu 2 pun akhirnya maju mengecek situasi dan menemukan banyak tentara Gurkha gugur karena rajau.
Dalam kisahnya ini, Sanjoto teringat bagaimana keganasan tentara Belanda dengan pesawat tempurnya yang memberondong tembakan ketika dia sedang menyeberangkan pengungsi melintasi Sungai Bengawan Solo.