Review Film The Little Mermaid (Live Action): Upaya Inklusivitas yang Maksa
Film The Little Mermaid versi live action dirilis 24 Mei 2023 di Indonesia. Film ini merupakan remake dari film animasinya yang rilis 34 tahun lalu. The Little Mermaid merupakan salah satu film Disney Princess yang diadaptasi dari dongeng klasik karya Hans Christian Andersen, penulis cerita anak-anak terkenal asal Denmark, yang dipublikasikan pertama kali tahun 1837.
The Little Mermaid live action sutradarai oleh Rob Marshall dan tetap menggandeng komposer musik yang sama dari film animasinya terdahulu, Alan Menken, yang kali ini berkolaborasi dengan Lin-Manuel Miranda, penulis lagu, aktor, dan juga pemain drama musikal Broadway. Halle Bailey, terpilih sebagai aktris yang memerankan tokoh utama, Ariel. Selain itu nama-nama terkenal lain seperti Javier Bardem (Raja Triton), Melissa McCarthy (Ursula), Jonah Hauer-King (Pangeran Eric), Daveed Diggs (Sebastian), dan Awkwafina (Scuttle) juga turut meramaikan film ini.
Sinopsis Film
The Little Mermaid sendiri berkisah tentang Ariel, seorang putri duyung muda yang memiliki rasa penasaran yang begitu besar terhadap dunia di atas permukaan laut. Ariel merupakan anak terkecil dari Raja Triton, sang penguasa lautan Atlantik. Ayahnya selalu melarang Ariel untuk berenang ke permukaan laut, karena takut anaknya tertangkap oleh manusia dan bernasib serupa dengan ibunya yang mati karena mengalami kecelakaan dengan kapal bajak laut. Namun Ariel bersama sahabatnya Flounder, si ikan kecil, selalu diam-diam pergi berpetualang ke permukaan laut, menemui Scuttle, si burung camar yang sok tahu. Ariel bahkan mengkoleksi berbagai macam benda milik manusia yang dikumpulkannya dari kapal-kapal yang karam di lautan.
Suatu ketika di malam Bulan Karang sebuah kapal milik Pangeran Eric yang sedang berlayar dan merayakan ulang tahunnya dilanda badai besar. Kapal tersebut terbakar dan karam di lautan. Ariel yang menyaksikan peristiwa tersebut kemudian menolong Pangeran Eric yang tenggelam dan membawanya ke pesisir.
Kejadian itu diketahui Raja Triton dan membuatnya begitu gusar kepada Ariel. Ia menghancurkan semua benda manusia koleksi Ariel dan melarang keras Ariel supaya jangan berani lagi muncul ke permukaan. Ariel yang telah jatuh hati kepada Pangeran Eric menjadi sedih.
Momen ini kemudian digunakan oleh Ursula, sang penyihir laut yang licik dan jahat untuk membujuk Ariel membuat kesepakatan. Dengan sihirnya ia menawarkan untuk mengubah Ariel menjadi manusia selama tiga hari. Ariel diminta menukarkan suara merdu miliknya untuk mendapatkan sepasang kaki tersebut. Dan untuk menjadi manusia selamanya Ariel harus mendapatkan ciuman sejati dari sang Pangeran, sebelum matahari terbenam di hari ketiga. Jika hal itu gagal maka ia akan kembali menjadi putri duyung dan menjadi milik sang penyihir laut, Ursula.
Review Film The Little Mermaid (Live Action)
Inklusivitas yang Dipaksakan
Film The Little Mermaid sebetulnya bukan film Disney Princess pertama yang dibuat remake live action-nya. Sebelumnya Disney juga telah membuat versi live action untuk Princess Cinderella, Beauty and the Beast (Belle), Aladdin (Jasmine), dan Mulan. Namun pada film The Little Mermaid kali ini terasa agak besar perbedaannya, dikarenakan sosok Ariel yang dibuat begitu beda dari gambaran aslinya di versi animasi.
Ariel yang diperankan Halle Bailey merupakan putri duyung berkulit gelap dengan rambut kecoklatan bergaya locs. Sementara pada versi animasinya sosok Ariel merupakan putri duyung muda, berkulit putih dan berambut merah terang yang begitu ikonik sehingga begitu dikenal sebagai ciri khasnya. Hal ini sendiri sudah menuai banyak pro kontra sejak pertama kali Disney mengumumkan Halle Bailey sebagai pemeran Ariel.
Nampaknya Disney berupaya begitu keras untuk menunjukan sisi inklusivitas (keberagaman) pada film Disney Princess-nya yang satu ini. Namun sayangnya hal itu terkesan terlalu dipaksakan.
Selain Ariel si tokoh utama yang dibuat berkulit gelap, kita bisa menyaksikan juga dari keenam tokoh kakak Ariel yang semuanya ditampilkan berbeda ras dan sangat beragam penampilan fisiknya. Mala, yang diperankan artis Karolina Conchet, memiliki perawakan kulit yang putih, mata sipit, berambut lurus. Kemudian Tamika yang diperankan oleh Sienna King, berkulit hitam legam dengan rambut bergaya afro.
Aktris Bridgerton Series, Simone Ashley, berperan sebagai Indira, kakak Ariel yang berkulit kecokelatan dan berperawakan mirip seperti orang India. Pakaian mereka sebagai putri duyung pun dibuat begitu berlebihan karena berusaha menunjukan darimana asal mereka. Hal ini menjadi timpang dengan sosok utama, Ariel, yang kostumnya terlihat biasa-biasa saja.
Tidak berhenti di situ, sosok ibu Pangeran Eric, yang diperankan oleh Noma Dumezweni, juga berkulit hitam. Sementara Pangeran Eric sendiri memiliki kulit putih dan rambut kecoklatan, seperti kebanyakan perawakan ras Mediterania. Keberagaman rupa manusia yang coba ditampilkan juga muncul pada peran-peran kecil seperti rakyat, pelayan istana, dan para mermaid lainnya.
Keberagaman yang coba ditampilkan di dalam film bukanlah suatu hal yang buruk. Namun memaksa menjejalkan segala ras dan rupa manusia yang ada di dalam satu film, walaupun nyambung gak nyambung, menjadikan hal ini rasanya menyebalkan.
Kebudayaan dan Sensitifitas Masyarakat yang Berubah
Terjadi perubahan lirik lagu pada dua soundtrack asli The Little Mermaid, yaitu lagu Kiss the Girl dan Poor Unfortunate Souls. Rob Marshall selaku sutradara film ini mengatakan bahwa, Kami meminta Lin-Manuel untuk membuat sedikit penyesuaian pada lirik asli Kiss the Girl karena penting untuk diingat bahwa kebudayaan dan kesensitifitasan telah berubah selama 34 tahun terakhir, dan penting bagi kami untuk menghormati perubahan tersebut.
Pada lagu Kiss the Girl perubahan lirik terjadi di bagian ketika Sebastian, si kepiting, menyanyikan Yes, you want her. Look at her, you know you do. Possible she wants you, too. There is one way to ask her. It dont take a word. Not a single word. Go on and kiss the girl. Lirik tersebut kemudian berubah bunyinya menjadi, Yes, you want her. Look at her, you know you do. Possible she wants you, too. Use your words, boy, and ask her. If the time is right and the time is tonight. Go on and kiss the girl.
Bagian lirik asli dari lagu tersebut mengalami perubahan karena terkesan bahwa Sebastian mendorong Pangeran Eric untuk mencium Ariel tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu dari sang gadis.
Ada beberapa perubahan lirik pada Kiss the Girl karena orang-orang menjadi sangat sensitif dengan ide bahwa (Pangeran Eric) dengan segala cara akan memaksakan dirinya pada Ariel," kata Alan Menken selaku komposer musik utama pada film ini pada Vanity Fair.
Selain pada lagu Kiss the Girl perubahan pun terjadi di lagu Poor Unfortunate Souls. Lagi-lagi Menken mengatakan, Kami memiliki beberapa revisi di Poor Unfortunate Souls terkait baris yang kemungkinan membuat anak-anak perempuan muda, entah bagaimana, merasa bahwa mereka seharusnya tidak berbicara, walaupun Ursula jelas-jelas memanipulasi Ariel untuk memberikan suaranya.
Pertanyaannya, apakah perubahan ini memberikan dampak yang nyata bagi penontonnya, terutama gadis-gadis muda?
Bagi penonton generasi milenial yang tumbuh besar dengan film-film Disney Princess dan merupakan penggemar beratnya, mungkin saja akan ngeh akan terjadinya perubahan lirik ini. Namun bagi Gen Z yang melihat film The Little Mermaid live action ini sebagai film baru atau mungkin belum pernah menonton film animasinya terdahulu, rasanya perubahan lirik ini bukan sesuatu hal besar yang akan disadari tujuannya.
Durasi yang Lebih Lama
Durasi live action The Little Mermaid yang lebih panjang 50 menit daripada durasi film animasinya membuat adanya penambahan cerita dan juga lagu-lagu baru. Sayangnya ketiga lagu baru tersebut bukanlah tipikal lagu Disney yang lirik dan melodinya mudah terngiang-ngiang ketika kalian keluar dari bioskop. Lagu yang dibuat Lin-Manuel Miranda ini rasanya tidak cocok dengan suasana filmnya dan memiliki tempo yang lebih slow.
Lagu-lagu lama The Little Mermaid, seperti Part of Your World, Under the Sea, Kiss the Girl rasanya masih tetap memegang peranan besar dalam film ini. Membuat para penonton merasa lebih ceria dan menyenangkan dalam menyaksikan filmnya, meskipun secara keseluruhan, suasana filmnya terkesan lebih gelap dan serius jika dibandingkan film animasinya. Kesan humor yang ditampilkan di dalam film rasanya masih kurang terasa. Visual effect (VFX) di beberapa scene rasanya aneh dan terlihat tidak natural. Misalnya saja ketika lagu Under the Sea dimainkan. Gambaran para hewan lautnya begitu terasa tidak realistis.
Pesan yang Hangat
Terlepas dari berbagai kekurangannya, The Little Mermaid live action masih berhasil dalam menghadirkan tontonan yang memberikan nilai dan pesan hangat tentang arti besarnya cinta orangtua kepada anaknya. Bagaimana orangtua berusaha sebaik mungkin dalam melindungi anak-anaknya, meskipun kadang caranya salah dan tidak tepat.
Raja Triton yang diperankan Javier Bardem, pada akhir film menunjukkan betapa besar kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Rasa haru yang besar muncul ketika menyaksikan adegan saat Raja Triton pada akhirnya mengubah Ariel menjadi manusia selama-lamanya agar bisa bersama orang yang dicintainya. Ia merelakan Ariel pergi dan mencari kebahagian dengan caranya sendiri.
Nilai keseluruhan untuk The Little Mermaid live action 6,5/10.
Masih cukup menarik dan menghibur untuk mengisi hari libur kamu.


