Kisah Fakhitah, Sepupu yang Dua Kali Menolak Cinta Nabi Muhammad

Kisah Fakhitah, Sepupu yang Dua Kali Menolak Cinta Nabi Muhammad

Seleb | BuddyKu | Rabu, 8 Februari 2023 - 13:05
share

NABI MUHAMMAD memang mengajarkan pengelolaan rumah tangga yang luar biasa. Apapun permasalahan di rumah tangga, Rasulullah menekankan pentingnya komunikasi yang lemah lembut dan kebersamaan untuk mencari solusi.

Nabi juga menekankan tentang pentingnya menjaga kerahasiaan antarpasangan. Itulah sebabnya Nabi marah kepada Hafshah karena tak mampu menjaga rahasia yang beliau percayakan, dan menceritakannya kepada Aisyah. Inilah yang memicu konflik kecil, dan Rasulullah sempat menalak Hafshah.

Namun, siapa sangka, mampu mengelola rumah tangga dengan beberapa istri, dan mengajarkan kita tentang manajemen keluarga islami, Rasulullah ternyata pernah juga patah hati. Patah hati pertama karena cintanya ditolak, ketika Nabi masih remaja, dan menambatkan hatinya pada sepupunya. Kedua, setelah nabi mendapat wahyu, dan melamar, untuk menerima lagi penolakan.

Dua penolakan itu dilakukan oleh perempuan yang sama.

Fakhitah binti Abu Thalib namanya.

Pilih Lelaki Puitis dan Cinta Anak
Fakhitah bukan sosok biasa. Dia perempuan yang lahir dari kaum terpandang, Bani Hasyim di Mekah. Ayahnya adalah Abu Thalib, dan berkakekkan Abdul Muthalib.

Ya benar, Fakhitah berkakekkan yang sama dengan Muhammad. Jadi, mereka sepupuan. Fakhitah adalah adik dari Jafar dan Ali bin Abu Thalib.

Karena sepupuan inilah, terutama kita tahu Muhammad muda tinggal bersama kakeknya dan lalu pamannya, mereka jadi akrab. Tumbuh dan meremaja bersama, Muhammad menyadari ada benih cinta lahir di hatinya.

Ini sebelum Muhammad berniaga dan kenal dengan khadijah.

Dorongan cinta dan sayang itu membuat Muhammad mengajukan lamaran kepada pamannya agar bersedia menikahkan Fakhitah untuk menjadi istrinya. Namun, meski Abu Thalib sangat menyayangi Muhammad, lamaran itu dia tolak.

Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kami ada hubungan kerabat (lewat pernikahan) dengan keluarga Hubairah. Dan orang dermawan akan memberi hal setimpal juga kepada orang dermawan, kata Abu Thalib.

Fakhitah telah dekat dengan seorang lelaki, Hubairah bin Abi Wahab. Hubairah ini penyair, sosok yang puitis dan romantis. Apalagi, Hubairah juga dari Bani Makhzum, yang dengan Bani Hasyim telah juga menjalin pernikahan sebelumnya. Abu Thalib harus meneruskan hubungan baik itu.

Tapi sebab utama penolakan itu adalah karena Fakhitah telah menerima lamaran dari Hubairah juga. Sesuatu yang tak mungkin dibatalkan Abu Thalib.

Tak banyak ungkapan sejarah bagaimana Muhammad setelah penolakan itu. Juga bagaimana perasaannya ketika Fakhitah kemudian menikah dengan Hubairah.

Pendek kisah, dari pernikahan dengan Hubairah, Fakhitah mendapatkan empat anak. Fakhitah kemudian lebih dikenal dengan panggilan Ummu Hani mengikuti nama anak perempuan pertamanya.

Fakhitah tidak termasuk golongan yang awal masuk islam. Bersama Hubairah, mereka tinggal di Mekah dan juga tak ikut hijrah ke Madinah karena belum memeluk Islam.

Ketika kemudian Rasulullah membebaskan Mekah dan kembali, barulah Fakhitah memeluk Islam, tepatnya di 20 Ramadan tahun ke-8 Hijriah atau 630 M. Namun, berbeda dari Fakhitah, suaminya tak pernah mau mengakui Islam, dan memilih kabur, meninggalkan keluarganya, buron ke Najran.

Tak ada sejarah yang mencatatkan kehidupan Hubairah setelah kaburnya dia ke Najran. Namun, Imam Dzahabi memastikan, Tidak ada satu perawi pun yang menyebutkan bahwa Hubairah masuk Islam.

Intinya, Fakhitah menjanda. Dan memang status pernikahannya gugur karena suaminya yang tak beragama Islam. Dan ibu yang luar biasa ini mengasuh keempat anaknya sepenuh cinta, sesayangnya.

Ummu Hani ini sosok yang banyak ditemukan dalam hadis. Rumahnya adalah tempat Rasulullah bersendiri dalam kepedihan setelah berpulangnya Khadijah dan pamannya. Di rumah Ummi Hani ini juga Rasulullah didatangi Jibril yang menjemputnya untuk Isra Miraj.

Fakhitah juga sosok pertama yang dikabarkan Rasulullah tentang perjalan malamnya dari Mekah ke Masjidilaqsa di Jerussalem, dan lanjut ke Sidratul Muntaha. Fakhitah tanpa ragu mengimani perjalanan itu langsung.

Jadi, bisa kita bayangkan, betapa dekat hubungan keduanya dalam persaudaraan dan dalam Islam. Tak heran jika pada akhirnya, melihat situasi kejandaan Fakhitah dan mengurus keempat anaknya, Rasulullah menawarkan perlindungan dan mengajukan lamaran.

Tapi, seperti kali pertama, Fakhitah tetap menolak lamaran itu.

Wahai Rasulullah, sungguh dirimu lebih aku cintai dari pendengaran dan pengelihatanku. Dan hak suami itu besar, saya takut nanti ketika menunaikan hak suami, saya menyia-nyiakan sebagian hak anak-anak saya dan diri saya (tidak maksimal mengurus mereka). Dan ketika saya mengurus anak-anak, saya takut melalaikan hak suami, tolaknya dengan lembut.

Dalam riwayat Imam Muslim, Ummu Hani mengatakan, Wahai Rasulullah, saya sudah berumur dan saya punya tanggung jawab kepada anak-anak.

Terkait penolakan itu, Gus Baha pernah menjelaskan, Alasannya bahwa Ummu Hani sudah tua dan mempunyai anak-anak banyak. Hal ini ditakutkan mengganggu dakwah Rasulullah SAW di masa yang akan datang.

Meski ditolak dua kali, hubungan Rasulullah dan Ummu Hani tetap baik dan dia selalu membantu perjuangan Islam.

Ummu Hani meninggal dunia pada tahun 40 Hijriah. Semasa hidupnya, ia telah meriwayatkan sabda Nabi Muhammad SAW sebanyak 46 hadits.

Topik Menarik