Siapa Ayah dari Prabowo Subianto? Ini Sosoknya Bukan Orang Sembarangan

Siapa Ayah dari Prabowo Subianto? Ini Sosoknya Bukan Orang Sembarangan

Seleb | BuddyKu | Selasa, 24 Januari 2023 - 10:55
share

JAKARTA - Prabowo Subianto, siapa tak kenal sosoknya. Namun, tahukah kalian jika Menteri Pertahanan (Menhan) RI bukan anak dari kalangan biasa.

Lalu, siapakah ayah Prabowo Subianto?

Mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus itu merupakan anak dari Soemitro Djojohadikoesoemo. Sederet jabatan menteri di era Orde Lama hingga Orde Baru pernah diembannya.

Dikutip dari wikipedia, Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan salah satu ekonom paling terkemuka di eranya. Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar, yang saat itu merupakan mahasiswa keperawatan di Utrecht, ketika keduanya belajar di Belanda.

Keduanya menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama, Dora beragama Kristen asal Manado dan Sumitro beragama Islam. Kemudian, pasangan tersebut tinggal di daerah Matraman, Jakarta.

Soemitro dan Dora dikaruniai 5 anak. Anak pertama mereka, Biantiningsih Miderawati, menjadi sarjana pendidikan dari Universitas Harvard. Anak kedua, Mariani Ekowati, menjadi ahli mikrobiologi.

Anak ketiga, adalah Prabowo Subianto merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju.

Prabowo juga sempat menikahi Titiek Soeharto, putri Suharto. Anak bungsu dari Soemtitro adalah Hashim Djojohadikusumo, menjadi pebisnis grup Arsari.

Soemitro sendiri lahir pada 29 Mei 1917 dan wafat pada 9 Maret 2001. Soemitro yang merupakan anak sulung lahir dari keluarga ningrat Jawa, Raden Mas Margono Djojohadikusumo.

Soemitro sempat menempuh pendidikan ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam. Selama 1942-1994, Soemitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah, khususnya urusan ekonomi.

Usai Perang Dunia Kedua, Soemitro kembali ke Indonesia dan turut dalam delegasi Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Amerika Serikat. Dalam misi diplomatik ini, Soemitro berperan menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia.

Ia juga turut serta dalam Konferensi Meja Bundar, dan setelahnya bergabung dalam Partai Sosialis Indonesia sebelum menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Natsir.

Soemitro juga pencetus program Benteng, dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia ke proses industrialisasi. Ia pun dipercaya menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap, sembari mengembangkan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai dekannya yang kedua.

Soemitro merupakan salah satu menteri yang mendukung masuknya modal dan investor asing ke Indonesia saat Orde Lama. Itulah yang membuatnnya ditekan Soekarno dan politisi-politisi Partai Komunis Indonesia selama era Djuanda, yang menyebabkan Soemitro bergabung ke Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra.

Peranan Soemitro dalam PRRI dilangsungkan dari luar Indonesia melalui aktivitasnya menggalang dana dan dukungan luar negeri. Setelah PRRI ditumpas, Soemitro tidak pulang sampai tahun 1967, setelah Soeharto menjadi presiden.

Selepas itu, Soeharto mengundangnya kembali ke Indonesia dan mengangkat Soemitro menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, dan belakangan sebagai Menteri Riset.

Banyak bekas muridnya di Universitas Indonesia juga terlibat dalam pemerintah Soeharto, dan lebih dikenal sebagai mafia Berkeley. Sedangkan Soemitro tetap aktif di bidang ekonomi setelah tidak menjadi menteri, dan sering mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah sebelum krisis moneter.

Jabatan menteri yang pernah diemban:

- Menteri Negara Riset Indonesia ke-3 (28 Maret 1973 28 Maret 1978)

- Menteri Keuangan Indonesia ke-8 (3 April 1952 30 Juli 1953) (12 Agustus 1955 24 Maret 1956)

- Menteri Perdagangan Indonesia (6 Juni 1968 28 Maret 1973)

- Menteri Perdagangan dan Perindustrian Indonesia (6 September 1950 27 April 1951)

Topik Menarik