Ini Kisah Berakhirnya Kerajaan Tarumanegara, Berganti Nama atau Ditinggalkan?

Ini Kisah Berakhirnya Kerajaan Tarumanegara, Berganti Nama atau Ditinggalkan?

Seleb | BuddyKu | Rabu, 28 Desember 2022 - 09:07
share

BANDUNG, iNews.id - Kerajaan Tarumanegara dikenal cukup besar, karena eksistensinya yang cukup panjang dan menjadi penerus dari kerajaan Salakanagara. Salakanagara disebut-sebut sebagai cikal bakal Kerajaan Sunda yang diperkirakan kedudukannya tertua di Indonesia.

Kerajaan Tarumanegara berkuasa sekitar 300 tahun dari tahun 358 hingga 669 masehi. Lalu bagaimana kerajaan Tarumanegara bisa berakhir? Banyak ahli sejarah berpendapat soal ini. Beberapa dari mereka menyebut Kerajaan Tarumanegara lenyap dan digantikan oleh Kerajaan Galuh atau Sunda. Namun literatur lainnya menyebut Kerajaan Tarumanegara berganti nama menjadi Kerajaan Sunda.

Dalam buku Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah \'Panitia Wangsakerta\' Cirebon terbitan Dunia Pustaka tahun 2005, penulis Ayatrohaedi menyebut jika raja saat itu mengganti nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda.

Setelah meninggal Linggawarman digantikan oleh menantunya, Tarusbawa yang berkuasa atas nama isterinya. Karena pamor Tarumanagara sudah sangat pudar, Tarusbawa bercita-cita mengembalikan kebesaran negaranya, Sundasambawa, seperti pada masa pemerintahan Purnawarman yang bersemayam di Ibukota Sundapura.

Setahun setelah penobatannya (670) Maharaja Tarusbawa mengubah nama kerajaan dari Tarumanagara menjadi Sunda. Penggantian nama itu berarti mengakhiri riwayat kerajaan Tarumanagara selama 311 tahun (358-669), tulis Ayatrohaedi.

Kisah tersebut Ayatrohaedi dapatkan dari naskah tua Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara Kitab (mengenai) Kerajaan kerajaan di Nusantara.

Dikutip dari buku tersebut, kisah kerajaan Tarumanegara bermula dari cerita di India. Ada dua negara yang dikalahkan oleh Samudragupta, maharaja dari kerajaan Maurya pada tahun 345, yaitu kerajaan Salankayana dan Palawa. Sang Gupta kemudian menjadi raja yang paling berkuasa di seluruh India.

Ilustrasi
Ilustrasi Kisah Berakhirnya Kerajaan Tarumanegara yang membuat perbedaan tradisi Sunda dan Galuh. (Foto : Ist)

Dia dikisahkan sangat kejam, tidak mengenal belas kasihan terhadap musuh yang dikalahkannya. Akibatnya, banyak keluarga, pembesar dan juga penduduk kedua negara yang dikalahkan itu berupaya menyelamatkan diri.

Pada tahun 348, Maharesi Jayasinghawarman dari keluarga Salankayana, bersama dengan pengikutnya sebagai pengiring, tentara dan penduduknya melarikan diri ke pulau-pulau di sebelah selatan karena selalu dikejar-kejar untuk ditangkap. Mereka tiba di Pulau Jawa dan menetap di wilayah bagian barat. Di situ sang maharesi mendirikan dusun di tepi Citarum, termasuk daerah kuasa sang Prabhu Dewawarman VIII dari Salakanagara.

Jayasinghawarman kemudian menjadi menantu Dewawarman VIII. Sekitar 10 tahun kemudian dusun itu berkembang karena banyak penduduk dari tempat lain menetap. Beberapa tahun kemudian dusun itu pun telah menjadi negara. Jayasinghawarman terus berusaha memperluas negaranya sampai menjadi kerajaan hingga diberi nama Tarumanagara.

Dia kemudian menjadi rajadirajaguru dan bergelar Jayasinghawarman Gurudharmapurusa dan memerintah selama 24 tahun (358-82). Setelah meninggal, dia dikenal sebagai Sang Lumahing Gomati Yang dipusarakan di Gomati, dan digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Rajaresi Dharmayawarman-guru yang memerintah selama 13 tahun (382-95). Ia bergelar demikian karena selain sebagai raja Tarumanagara, juga menjadi pemimpin semua agama di negaranya. Setelah meninggal dia dikenal sebagai Sang Lumahing Candrabhaga Yang dipusarakan di Candrabhaga.

Dharmayawarman mempunyai dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Setelah meninggal ia digantikan oleh anak sulungnya, Purnawarman dengan nama nobat Sri Mg. Haraja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaparakramg Suryamahapurusa Jagatpati. Sebagai pemuja Batara India, ia dikena| dengan julukan Sang Purandara Saktipurusa Manusia sakti penghancur benteng musuh. I
Dia memerintah selama 39 tahun (395-434) dibantu oleh adiknya, Cakrawarman, sebagai panglima perang, dan pamannya, Nagawarman, sebagai panglima angkatan laut. Dari permaisurinya yang merupakan anak salah seorang raja bawahannya, Purnawarman mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan.

Setelah meninggal dan dikenal dengan julukan Sang Lumahing Tarumanadi Yang dipusarakan di Ci Tarum, digantikan oleh anak sulungnya, Wisnuwarman dengan nama nobat Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah dan berkuasa selama 21 tahun (434-55). Ia memperistri Suklawatidewi, anak Raja Wirabanyu dari negara bawahannya, Indraprahasta. Dari perkawinan itu lahir beberapa orang anak. Setelah meninggal dia digantikan oleh Indrawarman, anak sulungnya.

Indrawarman yang bergelar Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramartha Saktimahaprabhawa Lingga Triwikrama Bhuwanatala itu berkuasa selama 60 tahun (455-515). Setelah meninggal dia digantikan oleh anak sulungnya, Candrawarman yang bernama nobat Sri Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusasakti Suralagawagengparamartha dan berkuasa selama 20 tahun (51535).

Prasasti
Prasasti Tugu (frame kiri) dan Prasasti Ciaruteun (kanan), dua dari delapan prasasti peninggalan Tarumanagara atau Kerajaan Tarum. (FOTO: ISTIMEWA)

Anak sulungnya yang bernama Suryawarman kemudian menggantikannya menjadi raja, bergelar Sri Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsa Digwijaya dan memerintah selama 26 tahun (535-61). Dari permaisurinya, dia mempunyai dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak sulungnya, Kertawarman naik takhta menggantikannya sebagai penguasa kedelapan Tarumanagara, bergelar Sri Maharaj Kertawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Sakalabhumandald dan berkuasa selama 67 tahun (561-628).

Kertawarman mempunyai dua orang istri: permaisurinya berasal dari keluarga Salankayana, sementara istrinya yang kedua berasal dari Suwarnabhumi. Karena mandul, dia tidak mempunyai anak dari kedua istrinya itu. Namun, istrinya yang kedua mempunyai anak angkat yang telah dianggap sebagai anak sendiri, bernama Brajagiri. Brajagiri kemudian diangkat menjadi senapati kerajaan sehingga menyebabkan keluarga kerajaan yang tersisih, kian mendendam.

Karena tidak mempunyai anak, setelah meninggal dia digantikan oleh adiknya, Sudawarman bergelar Sri Maharaja sudawarman Mahapurusa Sang Paramartharesi Hariwangsa. Sudawarman sebenarnya sudah menjadi brahmanaresi dan perdiam di India; penunjukannya sebagai raja merupakan kebetulan karena Kertawarman tidak mempunyai anak. Ia berkuasa selama 11 tahun (628-39) dan terkenal berwatak sabar dan berbudi luhur. Ketika berdiam di India, dia kawin dengan adik Mahendrawarman, raja Palawa ketika itu, dan mempunyai anak bernama Dewamurti.

Setelah Sudawarman meninggal, ia digantikan oleh anaknya, Dewamurti sebagai raja kesepuluh Tarumanagara, bergelar Sri Maharaja Dewamurtyatma Hariwangsawarman Digwijaya Bhimaparakrama. Berlainan dengan ayahnya, Dewamurti terkenal berperangai kasar dan tidak mengenal belas kasihan. Dalam pada itu ia sangat mencurigai Brajagiri yang diperkirakannya ingin merebut kekuasaan; dengan cara yang kasar ia mempermalukan Brajagiri di depan umum sehingga Brajagiri merasa sangat sakit hati dan mendendam.

Brajagiri akhirnya berhasil membunuh Dewamurti yang hanya sempat berkuasa selama satu tahun (639-640) dan bersembunyi di hutan. Namun ia ditangkap oleh Nagajaya, raja daerah Cupunagara dan menantu Dewamurti. Oleh karena itu, Nagajaya kemudian menjadi raja kesebelas Tarumanagara, bergelar Sri Maharaja Nagajayawarman Dharmasatya Cupujayasatru. la memerintah selama 26 tahun (640-66).

Setelah meninggal, Nagajayawarman digantikan oleh anak Sulungnya dengan nama nobat Si Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabhumi dan memerintah selama tiga tahun (666-9). Dari perkawinannya dengan Ganggasari, anak Prabhu Wisnumurti dari Indraprahasta (636-61), ia mempunyai dua orang anak perempuan. Anak sulung bernama Dewi Manasih yang diperisteri oleh Tarusbawa, dan anak kedua yang bernama Sobakancana diperisteri oleh Sri Jayanasa dari Sriwijaya.

Setelah meninggal Linggawarman digantikan oleh menantunya, Tarusbawa yang berkuasa atas nama isterinya. Karena pamor Tarumanagara sudah sangat pudar, Tarusbawa bercitacita mengembalikan kebesaran negaranya sendiri, Sundasambawa, seperti pada masa pemerintahan Purnawarman yang bersemayam di ibukota Sundapura.

Karena itulah, setahun setelah penobatannya (670) Maharaja Tarusbawa mengubah nama kerajaan dari Tarumanagara menjadi Sunda. Penggantian nama itu berarti mengakhiri riwayat kerajaan Tarumanagara selama 311 tahun (358-669).

Topik Menarik