Mengenal Suku Bajo di Indonesia yang Jadi Inspirasi Film `Avatar: The Way of Water`
FILM Avatar: The Way of Water sudah tayang di bioskop di Indonesia sejak 14 Desember 2022. Film besutan sutradara James Cameron sedang jadi perbincangan. Ternyata film produksi Hollywood ini terinsipirasi dari kehidupan suku Bajo di Indonesia.
\'Avatar: The Way of Water\' mengisahkan tentang keluarga Sully (Jake, Neytiri, dan anak-anak mereka), serta masalah yang dihadapi keluarga Sully ketika harus melawan keserakahan orang-orang langit (manusia).
James Cameron mengakui bahwa suku Metkayina dalam Sekuel Avatar ini terinspirasi dari suku Bajo yang hidup di rumah panggung dan mampu menyelam dan bertahan dalam waktu lama di dalam air.
Suku Bajo memang sangat kental dengan tradisi kemaritiman. Mereka tersebar di wilayah perairan Sulawesi, Kalimantan Timur, Maluku, hingga Nusa Tenggara.
James Cameron mengaku pernah bercita-cita menjadi seorang penyelam agar bisa menikmati seluruh keindahan bawah laut di dunia. Dengan adanya Sekuel Avatar 2 ini jadi kesempatan baginya mewujudkan mimpi tersebut dengan mengkolaborasikan kecintaannya pada laut.
Ada orang laut di indonesia, yang tinggal di rumah panggung dan tinggal di rakit dan sebagainya, kami melihat hal-hal seperti itu dan kami melihat beberapa desa yang berbeda pada jalur air yang ada menggunakan arsitektur dari pohon-pohon lokal, ujar James seperti dikutip dari kanal YouTube National Geographic, Kamis (22/12/2022),.
James juga menggambarkan kehidupan suku Bajo dalam Sekuel Avatar. Semua budaya navi tidak ingin menebang pohon, melihatnya menjadi barang-barang bangunan material kayu. Mereka ingin berintegrasi dengan cara yang sangat alami dan anggun serta bersimbiosis ke dalam lingkungan mereka, jadi kami harus membuat arsitektur mereka, kata James.
Sekilas Suku Bajo
Suku Bajo memiliki ketangguhan untuk mengarungi lautan sebagai bagian dari sejarah dan Jatidiri masyarakat suku Bajo. Meskipun saat ini sebagian masyarakat suku Bajo yang tinggal di darat, tetapi ketergantungan suku ini terhadap laut belum hilang.
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung karena kehebatannya menjelajahi lautan. Dimana banyak suku Bajo yang dapat menyelam hingga kedalaman hingga 70 meter di bawah permukaan laut hanya dengan satu tarikan napas.
Kehebatan suku Bajo ini menarik perhatian para ilmuwan dunia untuk melakukan penelitian.
Salah satunya sekelompok peneliti dari University of Copenhagen dan University of California di Berkeley.
Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa limpa orang-orang suku Bajo ini lebih besar 50% dibandingkan dengan rata-rata manusia. Sehingga produksi oksigen dalam darah orang Bajo akan lebih banyak, karena besarnya ukuran limpa tersebut.
Suku Bajo yang berkelana di laut, hanya bermodalkan perahu kuno tanpa alat penunjuk arah apapun dan hanya mengandalkan posisi bintang.
Pada zaman dahulu orang-orang suku Bajo terbiasa hidup di atas perahunya dan hidup secara nomaden. Namun kini, ada juga masyarakat Bajo yang hidup dengan membangun rumah di atas laut dangkal sebagai tempat tinggal.
Keahlian menjelajah laut orang-orang suku Bajo didapatkan secara turun-temurun. Sejak kecil anak-anak suku Bajo sudah diajarkan cara memancing dan menyelam oleh orang tua mereka.
Para nelayan atau penyelam suku Bajo juga menggunakan cara-cara tradisional untuk berburu, seperti sebuah panah tradisional atau tombak tembak.