Ada Orang Jawa dan Mandailing Jadi Menteri Malaysia, Masuk Jajaran Kabinet Anwar Ibrahim
Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah resmi mengumumkan nama-nama menteri yang duduk dalam kabinet yang baru pemerintahan Malaysia.
Namun muncul kejutan dalam susunan kabinet tersebut di mana menteri keturunan Jawa dan Mandailing masuk dalam susunan kabinet yang dipimpin Anwar Ibrahim.
Anwar Ibrahim disamping menjabat sebagai Perdana Menteri juga merangkap sebagai Menteri Keuangan. Ini sesuai janjinya mengedepankan kabinet yang ramping.
Nama Menteri Malaysia keturunan Indonesia itu masing-masing Ahmad Zahid Hamidi yang menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pengembangan Desa dan Wilayah.
Kedua ada Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution. Dilihat dari nama belakangnya, Nasution, ia merupakan keturunan Mandailing, Sumatera Utara yang sudah turun temurun tinggal di Malaysia .
Ahmad Zahid Hamidi merupakan Presiden UMNO sejak awal memang sudah digadang-gadang menduduki jawbagan Wakil PM. Ini karena UMNO yang masuk dalam koalisi Barisan Nasional memutuskan bergabung dalam koalisi yang dimpimpin Anwar Ibrahim.
Dejan/Gloria Baru Targetkan Lolos BWF World Tour Finals 2024 Usai Gagal ke Olimpiade Paris
Diketahui Zahid Hamidi merupakan anak dari Raden Hamidi Abdul Fatah seorang pribumi asal Wates, Kulonprogo, Yogyakarta yang merantau ke Federasi Malaya pada 1932, sedangkan ibunya, Tuminah Abdul Jalil merupakan warga Ponorogo, Jawa Timur.
Tak hanya bisa berbahasa Melayu , Inggris dan Mandarin, ia juga bisa berbahasa Jawa Halus seperti yang diajarkan kedua orangtuanya. Bahkan Zahid juga saat ini masih memiliki saudara sepupu dari pihak ayah yang pernah menjadi Wali Kota Yogyakarta ke-9, Haryadi Suyuti.
Silsilah Saifuddin
Sosok Saifuddin Nasution yang diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri Malaysia merupakan politisi Partai Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Anwar Ibrahim. Dia merupakan Sekjen PKR dan menjadi politisi yang cukup diperhitungkan di Malaysia.
Saat Mahathir Mohamad menjabat sebagai Perdana Menteri untuk periode keduanya, Saifuddin Nasution pernah menduduki jabatan sebagai Menteri Perdagangan Dalam Negeri.
Saat itu dia bercerita seperti yang dilansir BBC mengaku bangga karena banyak menteri dari Indonesia serta saudara-saudara dari Mandailing, Sumatra Utara, yang mengucapkan selamat kepadanya.
"Saya yang satu-satunya yang membawa nama Nasution. Saya mendapat banyak panggilan tahniah (ucapan selamat) dari menteri-menteri Indonesia, dari kedutaan indonesia yang memberikan tahniah (ucapan selamat) dan menyatakan kebanggan mereka dan mereka rasa dekat begitu dengan kami. Saya sangat bersyukur dan ini satu yang sangat membanggakan," cerita Saifudin pada Desember 2018 lalu seperti yang dikutip BBC.
Saifuddin adalah generasi ketujuh dalam keluarga Nasution yang diketahui.
Ayahnya berhijrah dari desa Mandailing, Ujong Lombang ke Singapura pada tahun 1950-an, sebelum berpindah ke Kedah, wilayah di Malaysia.
"Yang namanya Nasution sepanjang ingatan saya, baik kabinet Tuanku Abdul Rahman, atau zaman Tun Abdul Razak, zaman Tun Hussein, zaman Mahathir, zaman Abdullah Badawi, zaman Datuk Najib dan sekarang kembali zaman Mahathir, satu-satunya menteri yang bergelar Nasution itu Saifuddin Nasution Ismail," ceritanya tersenyum bangga.
Saifuddin merupakan satu di antara ratusan ribu warga Malaysia keturunan Mandailing.
Menurut sejarawan Abdur Razzaq Lubis, banyak yang selalu pulang kampung untuk melihat tanah leluhur ataupun berjumpa dengan sanak keluarga.
Abdur Razzaq mengatakan pulang kampung yang dilakukan banyak warga keturunan Mandailing di Malaysia ini karena "romantisme tentang tanah leluhur."
"Mereka kembali ke Mandailing untuk menjalin silaturahmi dengan kaum kerabat di tanah leluhur...Saya sendiri masih mempunyai kaum kerabat (saudara) di tanah leluhur dan di Jakarta," cerita Abdur Razzaq.
"Tidak pernah putus hubungan antara orang Mandailing di Malaysia dan kaum keluarga kami yang di Sumatera maupun di Jawa," tambahnya.
Tak punya harta, tapi nama besar Nasution
Saifuddin bercerita ayahnya yang pertama kali mewariskan nama Nasution untuk digunakan oleh anak-anaknya.
"Ayah saya mengatakan beliau tidak punyai harta. Tidak punya uang yang banyak untuk mewariskan kepada kami adik-beradik tapi beliau wariskan satu nama besar dalam sejarah keturunan yaitu Nasution. Beliau wasiatkan agar nama anak cucunya harus dikekalkan," kata Saifuddin.
Ia mengatakan selalu berupaya pulang paling tidak setahun sekali, dan demikian pula halnya kakak adik dan saudara lainnya.
"Bila tak pulang, ada rasa kehilangan. Rasa semacam tak lengkap dalam jadwal setahun kita 365 hari. Kalau tidak sampai ke Ujung Lombang (desa di Mandailing), paling tidak ke Medan kerana saya ada keluarga di situ," tambahnya.
Bagi Saifuddin Nasution, pulang kampung dan berjumpa sanak saudara tak ternilai harganya.
"Sekarang dalam posisi sebagai menteri itu, itu memudahkan kerana hubungan misalnya dengan pak bupati, pak camat (di Mandailing) itu lebih mudah bagi kami. Kita juga sering kirim surat dan (mereka) mengundang saya ke sana. Ini sesuatu yang luar biasa. Tak ternilai."
Baca Juga:Prediksi Skor Indonesia vs Myanmar Malam Ini: Tantangan Berat di Laga Perdana Piala AFF 2024
"Saya fikir tak ada nilai uang ringgit untuk menggantikan hubungan kekeluargaan ini terutamanya dalam kehidupan modern yang sibuk, penuh dengan ujian. Bukan sedikit keluarga yang berceraiberai (terpisah) dan bersilaturahmi dapat dilakukan karena nilai-nilai baik dipupuk dari awal."
"Alhamdulillah sekurang-kurangnya dalam konteks keluarga kami baik di Malaysia atau Sumatera kami masih dapat menjalinkan hubungan akrab dan saya doakan hubungan ini kekal buat selama-lamanya," tutupnya.