Tanpa Insentif dari Pemerintah, Penjualan Mobil di 2025 Diprediksi Anjlok Lebih Parah Dibawah 800 Ribu Unit

Tanpa Insentif dari Pemerintah, Penjualan Mobil di 2025 Diprediksi Anjlok Lebih Parah Dibawah 800 Ribu Unit

Otomotif | sindonews | Jum'at, 17 Januari 2025 - 08:31
share

Pengamat Otomotif LPEM Universitas Indonesia (UI) Riyanto mengatakan, pasar mobil membutuhkan intervensi cepat. Sebab, kondisi makin berat. Tidak bisa mengandalkan perbaikan fundamental seperti penguatan daya beli dan akselerasi pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hitungan LPEM Universitas Indonesia, dengan asumsi opsen pajak diberlakukan di semua wilayah, tarif PKB maksimum 1,2, dan BBNKB 12, total pajak mobil naik menjadi 48,9 dari harga dibandingkan sebelumnya sebesar 40,25.

Akibatnya, harga mobil baru naik 6,2 di tengah belum pulihnya daya beli masyarakat.

Riyanto menyebutkan, dengan elastisitas -1,5, penjualan mobil tahun ini diprediksi turun 9,3 menjadi sekitar 780 ribu unit di 2025.

Diskon PPnBM

Salah satu opsi insentif yang bisa dipertimbangkan pemerintah adalah diskon PPnBM untuk mobil berpenggerak 4x2 dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di atas 80, seperti yang dilakukan pada 2021.

Dengan diskon PPnBM 5 alias tarif PPnBM 10, harga mobil bisa diturunkan 3,6, yang bisa memicu tambahan permintaan 53.476 unit.

Selanjutnya, dengan diskon PPnBM 7,5 atau tarif 7,5, harga mobil bisa turunkan 5,3, dengan tambahan permintaan 80.214 unit.

Kemudian, jika diskon PPnBM 10, harga mobil turun 7,1 yang akan memicu tambahan permintaan 106.592 unit.

Terakhir, dengan PPnBM 0, harga mobil turun 10,7 yang akan memicu tambahan permintaan 160 ribu unit. Pemberian insentif ini disebut Riyanto bakal berdampak positif terhadap ekonomi. Kontribusi industri mobil baik langsung dan tidak langsung terhadap produk domestik bruto (PDB) akan mencapai Rp177 triliun dengan tarif PPnBM 10, lalu Rp181 triliun dengan PPnBM 7,5, Rp185 triliun PPnBM 5, dan Rp194 triliun dengan PPnBM 0, dibandingkan skema business as usual Rp168 triliun.

Selain itu, akan ada tambahan tenaga kerja otomotif sebanyak 7.740 orang dengan PPnBM 10, lalu 11.611 orang (PPnBM 7,5), 15.481 orang (PPnBM 5), dan 23.221 orang (PPnBM 0).

Adapun tambahan tenaga kerja dalam perekonomian (multiplier) mencapai 15.790, 23.685, 31.581, dan 47.371 orang, dengan PPnBM masing-masing 10, 7,5, 5, dan 0.

Riyanto juga mengusulkan PPnBM mobil murah tahun ini bisa dikembalikan ke 0 dari saat ini 3. Adapun insentif PPnBM untuk mobil pertama layak dipertimbangkan, bersama lokalisasi, ekspor, dan litbang karena bakal berimbas positif terhadap industri otomotif.

Penyebab Pasar Otomotif Stagnan dan Cenderung Menurun

Penurunan jumlah kelas menengah menjadi ancaman sektor otomotif. Sebab, selama ini mereka menjadi pembeli kendaraan bermotor sekaligus mesin ekonomi Indonesia.

Pada 2024, jumlah kelas menengah mencapai 47,85 juta, turun dari 2019 sebanyak 57 juta.

Ini menjadi penyebab stagnasi pasar mobil di level 1 juta unit selama 2014-2023 dan kontraksi pasar pada 2024.

Tanpa tambahan insentif, penjualan mobil 2025 dikhawatirkan jebol di bawah 800 ribu unit, melanjutkan tren buruk pada 2024, di mana pasar turun 13,9 menjadi 865.723 unit.

Sebaliknya, dengan skenario tambahan insentif, pasar mobil bisa diselamatkan dengan estimasi penjualan 900 ribu unit.

 

Sejauh ini, pemerintah telah merilis insentif diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil hybrid sebesar 3. Namun, insentif ini dinilaibelumcukup.

Topik Menarik