Kenapa Indonesia Tidak Membuat Jet Tempur Sendiri?
JAKARTA - Kenapa Indonesia tidak membuat jet tempur sendiri tentu menjadi pertanyaan khususnya generasi muda saat ini. Sebelumnya Indonesia menjalin kerjasama dengan Korea Selatan dalam proyek pengembangan jet tempur KFX/IFX.
Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (1/9/2023), proyek tersebut sudah berlangsung dari masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pengembangan jet tempur KFX/IFX sempat terganggu lantaran Indonesia menunggak hampir Rp 7 triliun dari total Rp 20,3 triliun.
Sementara berdasarkan kesepakatan, Indonesia harus membayar sebesar 20% pembiayaan proyek. Setiap tahunnya Indonesia membayar cohe here dua kali yaitu pada bulan April dan Oktober. Diharapkan proyek tersebut selesai pada tahun 2026.
Sudah umum diketahui biaya dalam melakukan produksi jet tempur sangatlah tinggi. Karena terdapat proses pengembangan, uji coba, hingga produksi massal pesawat militer. Semuanya itu memerlukan anggaran yang sangat besar. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa Indonesia tidak membuat jet tempur sendiri.
Proyek jet tempur KFX/IFX bersama Korea Selatan menghabiskan dana total 8,8 triliun won (Rp 109,2 triliun). Indonesia yang menanggung beban hanya 20% masih keberatan dan menunggak. Meskipun demikian, sampai 2022 lalu Indonesia sudah mulai mencicil kewajibannya.
Selain itu Indonesia juga tidak memiliki banyak insinyur yang ahli dalam membuat jet tempur sendiri. Direktur Umum Program KF-21, Jung Gwang-seon, dalam pidatonya menyebut Indonesia hanya memiliki 40 insinyur yang menjalani pelatihan di Korea Aerospace Industries (KAI).
Mantan pilot tempur Angkatan Udara Korea Selatan mengatakan dengan 40 insinyur Indonesia tidak dapat membuat jet tempur sendiri.
Apa yang bisa dilakukan dengan 40 insinyur? ujar Jung Gwang-seon dalam pidatonya.
Beberapa pihak bahkan mengatakan Indonesia sebagai beban sejak awal pembuatan prototipe. Korea Selatan juga mendapat desakan dari berbagai pihak untuk mengeluarkan Indonesia dalam program itu.
Salah satunya adalah Amerika Serikat. Mereka bahkan enggan mengirimkan sejumlah teknologi maju yang mereka kuasai seperti radio jammer, radar AESA, dan IRST karena keikutsertaan Indonesia.
Menghimpun berbagai sumber, jet tempur proyek Indonesia dan Korea Selatan itu memiliki sistem radar active electronically scanned array (AESA). Kecepatannya maksimal diperkirakan mencapai mach 1,81 dan jarak tempuh 2.900 km.
Demikian alasan kenapa Indonesia tidak membuat jet tempur sendiri. Terimakasih.
