Sejarah Gergaji Mesin, Awalnya Dibuat untuk Bantu Proses Kelahiran Bayi
JAKARTA, celebrities.id - Gergaji mesin merupakan salah satu perkakas yang digunakan tukang, utamanya tukang kayu.
Menariknya lagi, gergaji mesin kerap dijadikan sebagai senjata pembunuh dalam berbagai film horor. Saking seramnya perkakas itu, ada film horor legendaris yang judulnya menggunakan nama perkakas tersebut , yakni Texas Chainsaw Massacre.
Bahkan film animasi yang masuk dalam kategori dewasa juga menggunakan nama yang sama, yakni Chainsaw Man.
Padahal disebutkan Science Times, gergaji mesin justru dibuat untuk kegiatan yang sangat mulia, bukan digunakan untu memotong kayu atau pohon seperti yang kita ketahui lho.
Gergaji mesin justru pertama kali dibuat untuk membantu proses kelahiran bayi. Kok bisa? Situs How Stuff Works membenarkan klaim tersebut.
Bahkan Anthony Tizzano, dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Ohio, Amerika Serikat, yang memiliki data ekstensif tentang sejarah persalinan di dunia membenarkan hal itu.
"Terdengar seram memang kesannya, tapi itu justru sejarahnya," ujar Anthony Tizzano yang juga pemilik museum Obstetri dan Ginekologi, Tizzano Museum.
Dia mengatakan penggunaan gergaji mesin untuk proses persalinan melalui tahapan yang panjang. Semuanya bermula saat dokter asal Prancis, Jean-Rene Sigault pada 1770-an terinspirasi oleh tindakan ahli bedah Prancis di era 1500-an, Severin Pineau.
Waktu itu Severin Pineau melakukan proses symphysiotomy atau pemotongan simfisis pubis untuk meningkatkan diameter panggul sehingga bayi yang besar dapat melewati panggul.
Dari situ Jean-Rene Sigault mengusulkan pembedahan untuk memisahkan sendi panggul untuk memperlebar bukaan panggul.
Diharapkan penggunaan gergaji mesin itu bisa efektif sehingga bayi bisa dengan mudah masuk ke jalan lahir.
Jean-Rene Sigault dan rekannya Alphonse Le Roy kemudian menguji prosedur tersebut pada pasien pertama pada bulan Oktober 1777 bernama Madame Souchot.
Dia adalah pasien Jean-Rene Sigault berusia 40 tahun dengan rakhitis yang tidak dapat melahirkan secara normal. Pasalnya dia memiliki panggul yang menyempit.
Banyak rumah sakit yang tidak bisa membantu Madame Souchot karena harapan hidup yang tipis jika proses melahirkan dijalankan dengan normal. Begitu juga dengan persalinan caesar yang mungkin akan mengakibatkan kematiannya.
Kondisi itu yang membuat Jean-Rene Sigault mencoba melakukan symphysiotomy pada Madame Souchot untuk memperlebar bukaan panggul. Berkat cara itu dia justru berhasil menyelamatkan bayi dan nyawa dari Madame Souchot.
Hebatnya keberhasilan Jean-Rene Sigault langsung diakui oleh kalangan medis. Upaya symphysiotomy kemudian dikembangkan dengan alat khusus yang uniknya menggunakan gerigi layaknya gergaji.
Pada 1785 dua orang dokter asal Skotlandia, John Aitken dan James Jeffray menggunakan alat yang kemudian dikenal sebagai gergaji fleksibel Aitkens.
Alat pemotong ini dirancang khusus untuk memudahkan pengangkatan tulang panggul wanita dan mengurangi waktu persalinan. Gergaji mesin yang fleksibel juga menyebabkan lebih sedikit trauma.
Anthony Tizzano mengatakan gergaji fleksibel Aitkens dibuat dengan rantai penghubung bergerigi halus dengan gagang di kedua ujungnya. Salah satu pegangannya dapat dilepas sehingga dokter dapat memasang jarum berujung tumpul di ujung rantai.
Pada tahun 1890-an, dokter kandungan Italia Leonardo Gigli mengembangkan alat yang yang dikenal sebagai gergaji kawat bengkok Gigli.
Gergaji mesin ini fungsinya mirip dengan gergaji Aikens tetapi memiliki pegangan berbentuk T yang lebih mudah digenggam.
Ada juga gergahi buatan Bernhard Heine. Gergaji buatan Bernhard Heine justru paling mirip dengan gergaji mesin yang kita kenal sekarang ini.
Saat ini teknik symphysiotomy dengan menggunakan gergaji justru mulai ditinggalkan.
Hal itu terjadi karena teknologi kesehatan dan persalinan juga semakin baik dan canggih.
