Relawan Piala Dunia 2022 Ungkap Tak Diberi Ongkos ke Qatar hingga Cari Sponsor Sendiri

Relawan Piala Dunia 2022 Ungkap Tak Diberi Ongkos ke Qatar hingga Cari Sponsor Sendiri

Otomotif | BuddyKu | Selasa, 13 Desember 2022 - 17:11
share

JAKARTA - Para relawan Piala Dunia 2022 dari Indonesia mengungkapkan bagaimana perjalanannya ke Qatar.

Dikutip dari BBC, mereka mengaku kalau FIFA tidak membayar ongkos pesawat dan penginapan bagi para relawan.

Di mana FIFA hanya mengurus memudahkan pembuatan visa, menyediakan makanan utama, dan menanggung seluruh transportasi lokal para relawan di Qatar.

Seorang relawan bernama Rusmayani atau Maya (35), mengatakan kalau pekerjaan ini benar-benar sukarela.

"Jangan berpikir ini akan dibayar dan segala macam, No! Karena ini memang sukarela Tapi ini pengalaman spesial, ini empat tahun sekali yang tidak tiap tahun kalian dapatkan. Pengalaman yang istimewa, kemudian network (jaringan)," ujarnya.

Maya juga menyebut menawarkan diri untuk jasa penitipan barang bagi warga Indonesia yang berada di Qatar.

"Lumayan untuk tambahan, dimanfaatkan saja," bebernya.

Adapun relawan lain bernama Nanda Nifri, yang berangkat ke Qatar dengan uang tabungannya bekerja di sebuah perusahaan teknologi di kawasan Depok.

"Jadi, kita sudah beli tiket pergi sendiri. Sudah siapkan semua sendiri. Kita masih bingung, akomodasi kita bagaimana, tiket pulang bagaimana," jelasnya.

Adapun relawan lain bernama Nanda Nifri, yang berangkat ke Qatar dengan uang tabungannya bekerja di sebuah perusahaan teknologi di kawasan Depok.

"Jadi, kita sudah beli tiket pergi sendiri. Sudah siapkan semua sendiri. Kita masih bingung, akomodasi kita bagaimana, tiket pulang bagaimana," kata perempuan yang lulus kuliah 2021 silam, sambil menambahkan sempat ragu untuk ikut andil dalam Piala Dunia.

Mereka juga mencari sponsor untuk mendapat biaya tambahan.

dengan satu kepentingan: mencari sponsor untuk mendapat biaya tambahan.

Mereka bersepakat membuat proposal, lalu menyebarkannya ke lebih dari 100 perusahaan swasta, kementerian, institusi olahraga dan BUMN.

Di mana dari ratusan proposal yang disebarkan ini, kebanyakan ditolak, tak dijawab atau berakhir dengan cuma balasan email bilang terima kasih. Hanya tiga perusahaan yang merespons.

Sampai akhirnya sebuah BUMN membantu biaya tiket pesawat dan tambahan akomodasi penginapan.

Mereka juga mendapat produk perjalanan dari sebuah perusahaan outdoor serta bantuan dari sebuah platform media sosial berbagi video.

"Jadi, aku punya pengalaman yang aku nggak bisa beli dengan uang tabunganku yang semuanya terkuras. Kesempatan aku merasakan berada di mega event seperti ini tak akan terbeli. (Juga) bertemu teman-teman baru," kata Nanda yang bertugas di Stadion Khalifa.

Ada lagi, Sofia Rahman yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.

Sofia Rahman, mahasiswa yang sedang menanti masa wisudanya.

"Ini seperti mimpi yang bisa aku peluk," kata perempuan 22 tahun.

Dia mendarat ke ke Qatar karena ada privilege orang tua yang mampu buat bantu.

Karena dia mengaku ketinggalan pesawat karena nama di paspor berbeda dengan Kartu Hayya. kartu visa Qatar.

Tiket yang sudah dibeli seharga Rp9 juta akhirnya hangus begitu saja.

"Untung ada orang baik yang mau mengganti tiketnya," jelasnya.

Sofia enggan menyebut besaran uang yang sudah dikeluarkan dari koceknya sejauh ini untuk terlibat dalam Piala Dunia.

Tapi dia memperkirakan tanpa adanya sponsor, uang yang harus disiapkan setiap relawan antara Rp30 hingga 45 juta.

"Dari tiket, karena (harga) tiket kan traffic-nya waktu datang semua mahal ya. Yang biasa dapat Rp5 juta itu, jadi Rp9 juta. Penginapan, makan, terus lain-lain yang tak terduga," katanya.

Sebagai informasi, Maya, Nanda dan Sofia telah lolos menjadi relawan FIFA usai melakukan pendaftaran.

Mereka mendaftar di situs resmi FIFA. Email yang didaftarkan nantinya akan terus memberi informasi tentang agenda FIFA.

"Walaupun itu hanya pemberitahuan ada pertandingan," kata Maya.

FIFA juga akan mengumumkan pembukaan relawan setiap kali terdapat hajatan olah raga internasional.

Untuk persyaratannya adalah kemampuan berbahasa Inggris, melewati tes wawancara serta hadir dalam semua pelatihannya.

"Ada tahapan online testing, interview. Di sini memang tahapan yang paling krusialnya," tambah Maya.

Topik Menarik